14

940 139 24
                                    

ㅡ cw // physical abuse !!
             







Junghwan merapikan tumpukan buku yang berserakan diatas meja. Ia tengok jam dinding yang sudah menunjukan waktu pukul lima sore.

Ia mengecek ponsel, dan tak mendapatkan pesan apapun.

Junghwan menghembuskan nafas berat, mungkin ini adalah akhir dari semuanya ya?

Junghwan rasa, sekarang Jeongwoo dan Haruto sudah berada pada titik lelahnya. Mengingat beberapa waktu yang lalu, Junghwan dan Junkyu masih sering menerima banyak sekali pesan dari nomor-nomor tak dikenal.

Pesan yang selalu meminta mereka untuk kembali, atau memberitahu dimana keberadaan mereka berdua.

Selama itu pula, Junghwan lalai dengan pendidikannya.

Junghwan bersyukur karena dalam waktu tiga minggu ini, ia bisa belajar dengan tenang, tanpa perlu memikirkan kemana lagi mereka akan pergi.

Junghwan terpaksa harus mengambil sekolah paket, dengan keputusan yang sudah ia bicarakan baik-baik dengan Junkyu.

Sedih? Tentu ada. Namun apa boleh buat?

"Hwan, pulang bareng gak?"

Itu Niki, salah satu teman baru Junghwan. Pria berdarah Jepang yang sialnya membuat Junghwan merindukan seseorang.

"Iya, ayo bareng" Junghwan memakai tasnya dan membenarkan resleting jaket yang ia kenakan. Mengingat jika udara di Gwangju cukup dingin disore hari.

Mereka biasa pulang bersama, karena rumah mereka satu arah. Maka dari itu, Niki adalah teman terdekatnya di Gwangju.

"Kenapa cek ponsel terus? Kakakmu nyariin?"

Junghwan mengulum bibir, lalu menggeleng sebagai respon.

"Nggak sih, cuma scroll-scroll aja, bete banget soalnya"

Niki hanya mengangguk, lalu kembali memasukan kedua tangannya pada saku jaket. Di perjalanan pulang mereka akan melewati satu minimarket yang selalu buka dua puluh empat jam. Biasanya, Niki akan meminta Junghwan untuk menunggunya sebentar, selagi Niki membeli susu pisang kesukaan adiknya.

"Jajan dulu gak?" Tanya Niki setelah tangannya meraih handle pintu minimarket.

"Gak deh, aku tunggu disini aja"

Niki lantas mengangguk, lalu pria itu memasuki minimarket.

Selama menunggu, Junghwan hanya sibuk memainkan video game di ponselnya. Beberapa bulan terakhir Junghwan memang tidak pernah aktif lagi di sosial media. Karena Junkyu semakin mengawasi kegiatan Junghwan, apa yang Junghwan mainkan, dan siapa saja yang Junghwan hubungi, tidak sedikitpun lepas dari pengawasan Junkyu.

Junghwan cukup tersiksa dengan aturan itu, tapi Junghwan paham jika Junkyu hanya tidak ingin mereka terus-menerus hidup dalam ketakutan yang ayah Jeongwoo lakukan.

Mungkin dengan mengubur identitas mereka sedalam mungkin, bisa menyelamatkan mereka berdua. Sebab Junkyu paham, jika Park Woojin bukanlah tipikal orang yang senang bermain-main dengan ucapannya.

Pulang ; Jeongkyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang