10

959 143 11
                                    

Rasanya lelah sekali, tapi lelah yang menyenangkan.

Junkyu dan Jeongwoo menikmati malam dengan mampir disebuah toko buku kecil dipinggiran kota sambil memakan semangkuk mie rebus yang mereka beli di kedai sebelah.

Seperti rencana awal, beruntungnya semua berjalan dengan baik.

Mereka masih membahas seputar hal-hal yang sudah banyak berubah dari waktu ke waktu. Seperti bangunan pada rental buku yang kini sudah memiliki dua lantai lengkap dengan rooftop yang dihias sedemikian rupa, atau membahas tentang series novel Darren Shan yang terakhir kali mereka baca.

Hingga waktu menunjukan pukul sembilan malam, dan mereka memutuskan untuk kembali pulang.

Namun saat mereka baru saja keluar dari rental buku, tiba-tiba Jeongwoo dikejutkan oleh sebuah panggilan telepon dari seseorang, dan Jeongwoo meminta Junkyu untuk lebih dulu masuk ke dalam mobil, karena pria tan itu perlu membahas sesuatu dengan seseorang.

Junkyu lantas menurut, lalu melepas genggaman tangan mereka yang sebenarnya sudah tertaut sejak tadi.

Dipertengahan jalan, mereka masih bercanda gurau dan segalanya nampak baik-baik saja, sampai Jeongwoo memutuskan untuk menepikan mobilnya disisi trotoar.

Junkyu menatap bingung awalnya, namun melihat Jeongwoo yang memijat dahinya dengan tangan yang bergetar membuat Junkyu kini menatapnya khawatir, Junkyu sadar bahwa Jeongwoo sedang tidak baik-baik saja.

"Hey, are you okay?"

Junkyu mengelus bahu Jeongwoo lembut, pria itu hanya menggeleng ringan dan berkata jika ia baik-baik saja.

"Lo kuat nyetir gak Woo? Gue gantiin ya?"

Jeongwoo menolehkan wajahnya kesamping untuk menemukan raut khawatir milik Junkyu yang terpampang jelas dihadapannya.

Jeongwoo bimbang, haruskah membiarkan Junkyu menyetir untuk menggantikannya? Tapi Jeongwoo juga tidak yakin bisa mengemudikan mobilnya dengan baik atau tidak sekarang.

"Ayo pindah tempat duduk. Lo santai aja Woo, gue masih bisa nyetir kok"

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, pada akhirnya Jeongwoo setuju, dan mereka berdua bergantian tempat duduk.

Junkyu semakin khawatir saat Jeongwoo bahkan kesulitan untuk berdiri. Tubuh pria itu semakin bergetar hebat, dengan peluh yang membanjiri dahi. Padahal suhu tubuh Jeongwoo terbilang normal, dan tidak menunjukan tanda-tanda demam, namun bibirnya semakin pucat.

"Astaga lo kenapa bisa sampai kayak gini sih Woo? Lo gak salah makan 'kan?" Junkyu mengusap peluh yang menetes dipipi Jeongwoo, pria itu hanya menggeleng lemah.

Berkali-kali Jeongwoo mengatakan jika ia baik-baik saja, hal ini juga sering terjadi padanya dan itu tidak masalah baginya.

Tapi orang gila mana yang mau percaya jika orang yang kini terduduk lemah disampingnya baik-baik saja? Bahkan Jeongwoo sesekali memukul sebelah telinganya entah karena apa.

Junkyu semakin khawatir, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Jika ia turut panik, maka bahaya lain akan mengancam mereka.

Junkyu hanya bisa membantu menenangkan pria itu dengan menggenggam tangannya erat, dan bertanya dimana alamat rumah Jeongwoo yang lebih jelas.

"Lo beneran gak mau ke rumah sakit aja? Lo keliatan kesakitan banget Woo, please"

Jeongwoo lagi-lagi menggeleng "gak, jangan. Tolong anter aku ke apart aja Kyu, aku ada obat disana"

Tak ada pilihan lain, Junkyu memutuskan untuk menuruti keinginan Jeongwoo.

Namun ekor matanya menangkap sesuatu, seiring dengan getaran ponsel pada saku depan celana yang Jeongwoo kenakan, saat itu pula keadaan Jeongwoo semakin kacau.

















Pulang ; Jeongkyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang