Vote dulu sebelum baca.
**
**
**
Vote dulu woi:v
**
Pintu tua ini perlahan-lahan terbuka. Menampilkan sesosok manusia dengan rambut ikal menjuntai kedalam ruangan, namun muka dan badannya yang tertutup oleh pintu tua itu. Dan tiba-tiba langkah kaki terdengar menuju kedalam ruangan. Tak disadari, Lyn langsung memeluk Fox karena ketakutan.
Rambut ikal itu kini sudah tergantikan dengan seseorang yang sudah mencoba masuk kedalamnya, namun nihil. Setelah pintunya terbuka setengah, sisanya tak bisa dibuka. Hal itu membuat Lyn semakin menjerit ketakutan. Setelah akhirnya pintu itu dibuka, dan ternyata itu adalah mereka.
Arron membuka pintu tua itu dengan kasar, dan akhirnya pintu itu terbuka. "Fox?" Arron pun kini mendekati Lyn dan Fox. "Lyn? Kalian ngapain?" ucap Arron dengan nada kebingungan.
Lyn pun perlahan membuka matanya yang tertutup oleh kedua tangannya, ia pun mengintip dari sela-sela tangannya dan melihat Arron disitu. "Arron-" ucapannya terpotong karena Teph sudah mendului omongannya.
"Ecie beduaan, pantes lama," cibir Teph.
Lyn pun melirik kesebelahnya, tak ingat jika ia tadi memeluk Fox secara refleks. "Dih lo ngapain disebelah gue?" ucap Lyn sambil menatap Fox jijik dan memukul mukul bahunya.
"Ngapain lo?" Tanya Arron dengan nada datar. Tak biasanya Arron seperti itu.
"Lo sih pake acara gabisa buka pintu segala," ucap Fox sambil menjauhkan diri dari Lyn.
Arron pun mengedikkan bahunya. "Salahin pintunya dong, udah jelek kagak diganti lagi."
"Udah mau malem, nginep sini gimana? Perjalanan dari sini ke rumah gue aja bisa dua jam," ucap Teph sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
**
Angin malam berhembus dingin. Matahari tergantikan oleh bulan dan bintang yang mengelilinginya, menerangi mereka semua yang sedang bermalam diatas rumah ini. Sunyi, namun tergantikan oleh suara binatang yang nan merdu. Gelap, namun tergantikan oleh cahaya bintang yang saling mengelilingi bulan. Dingin, namun tergantikan oleh kehangatan keberadaan mereka semua disini, berkumpul, bersama.
Angin membuat rambut Lyn yang diurai bergerak searah dengan angin. Rambutnya yang hitam legam, seolah-olah bercahaya dibawah sinar rembulan.
Fox, Lyn, dan Arron menatap kearah langit. Tenang dengan pikirannya masing-masing. Sedangkan Clara, Teph, dan Nathan sudah terlelap lebih dulu.
Lyn menutup matanya, menikmati hembusan angin. "Gue kangen sahabat gue," ucapnya berbisik. Namun masih terdengar kearah Fox dan Arron.
"Emang dia kemana?" Tanya Arron pura-pura tak tahu.
"Pergi. Dan gaakan pernah balik," jawab Lyn diiringi senyuman tipisnya masih menutup matanya.
"Kalau seandainya dia balik lagi?" Tanya Arron sambil menengok kearah Lyn dengan tatapan ingin tahu.
Lyn terkekeh pelan. Namun tiba-tiba setetes air mata mengalir dipipinya. "Ya gaakan lah," ucapnya sambil menghapus air mata tersebut.
"Kalau seandainya lo masih bisa berharap, dan Tuhan bakalan ngabulin permintaan lo?"
"Sayangnya gue jauh dari dia."
Arron mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
Lyn pun membuka matanya, dan menatap bintang-bintang dilangit. "Sejak kejadian itu, gue stres. Gue gabisa berfikir jernih. Dan akhirnya gue berencana bunuh diri-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lovelipop
Teen FictionCewek penyuka lollipop yang mengagumi seseorang dari jauh. Dulu, semakin kau mendekat, aku menjauh. Kini, semakin aku mendekat, kau menjauh. Mengapa? Tapi apakah kau tahu? Aku menyukaimu sekarang!