Rafa bergegas membereskan perlengkapan basketnya.
"Gue langsung balik ya? Udah mau hujan ni"
Ketiga temannya menatap Rafa, kemudian mengangguk.
"Lo sama kita aja" ujar Adrian
Rafa menggeleng, "rumah Lo bertiga lawan arah sama gue. Kalau kalian ngantarin gue buang-buang waktu sama bensin"
Delvin terkekeh mendengar ucapan Rafa. "Waktu gue banyak kok. Kalau masalah bensin, itu kan mobil Adrian"
"Bacot Lo. Dahlah gue pergi dulu" ujar Rafa pergi menuju parkiran motornya.
----------
Aleta menatap jam ditangannya. "Udah jam 4, kenapa pak mamang belum jemput jugak ya"
Setelah beberapa lama menunggu akhirnya Aleta memutus kan untuk memesan ojek online dari hpnya
Aleta cemberut kesal melihat hpnya. "Udah setengah jam nunggu, dan baru tahu pak mamang enggak bisa jemput. Tahu gini kan udah pesan ojek online dari tadi".
Aleta menggerutu ketika hp nya tiba-tiba mati karna kehabisan daya.
Aleta menatap kiri Kanan jalan berharap ada angkutan umum yang bisa dia naikin.
"Kenapa sepi sih, aku kan takut" ujar Aleta yang sudah menahan tangis.
Tiba-tiba seseorang menghentikan motornya tepat dihadapan Aleta.
Sadar ada orang yang menghampirinya, Aleta yang takut semakin menunduk sambil mengelap air matanya yang sudah keluar.
"Hei, gue Rafa " ujar Rafa pelan sambil memegang bahu Aleta yang bergetar.
Aleta mendongakkan kepalanya menatap Rafa, kemudian langsung memeluk Rafa.
"Udah jangan nangis lagi. Gue disini kok" ujar Rafa berusaha menenangkan Aleta.
"Emm maaf aku enggak sengaja meluk kamu" ujar Aleta kemudian melepaskan pelukannya dari Rafa.
Rafa mengangguk tersenyum. "Iya gue ngerti kok".
Aleta menatap Rafa dalam diam.
"Kenapa?"
"Emm supir aku enggak bisa jemput, terus hp aku mati. Aku boleh mintak tolong sama kamu?" Tanya Aleta gugup.
Rafa tersenyum menatap mata Aleta. "Boleh. Ayok gue antar Lo pulang"
Aleta terkejut mendengar ucapan Rafa. "Emm maksud aku, boleh pinjam hp kamu mau pesan ojek online"
Rafa yang masih menatap Aleta terkekeh. "Kalau ada yang gratis kenapa harus bayar?"
"Em tapi kan..."
Rafa menaikin motornya lalu menatap Aleta. "Ayok naik, sebelum gue berubah pikiran"
Aleta yang takut ditinggal rafa, bergegas menaikin motor besar Rafa.
"Pegang bahu gue biar nggak jatuh" ujar Rafa melihat Aleta kesusahan menaiki motornya.
Aleta memegang bahu Rafa kemudian naik dan duduk dibelakang Rafa."maaf sudah merepotkan kamu".
Rafa melirik Aleta dari kaca spionnya. "Gue enggak merasa direpotin".
Selama perjalanan menuju rumah Aleta, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Yang putih itu rumah Lo?" Tanya Rafa ketika hampir sampai dirumah Aleta.
Aleta mengangguk.
Rafa kemudian menghentikan motornya tepan didepan rumah Aleta. "Yaudah gue balik dulu ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quenby
Teen FictionBagaimana bisa aku mencintai seseorang yang tidak tahu keberadaan ku ada.