Delapan Belas

19 2 0
                                    

Bel sudah berbunyi tanda waktu pulang telah tiba.

Aleta bergegas memasukan perlengkapannya kedalam kelas dan segera menuju ruangan tempat dia belajar tambahan.

"Aleta" panggil seseorang dari arah belakang.

Aleta terkejut sambil memegang dadanya.

"Eh maaf ngagetin lo ya?"

Aleta mengangguk sambil tersenyum melihat Adit yang telah membuat nya terkejut

"Gue cuman mau ngajak bareng keruang rapatnya"

Aleta mengangguk dan meneruskan jalannya menuju ruang rapat dengan Adit yang berada disebelahnya.

"Assalamu'alaikum" ujar Aleta memasuki ruang rapat yang sudah ada Rafa didalamnya.

Rafa tersenyum dan menunjuk kursi yang disampingnya. "Waalaikumsalam"

Aleta menghampiri Rafa dan duduk disamping Rafa.

"Gimana ulangannya? Bisa kan?"

Aleta yang sudah mengeluarkan beberapa buku dan alat tulisnya menatap Rafa lalu mengangguk.

"Susah nggak?"

"Enggak kok. Yang kamu ajarin tadi masuk semua ke soal ulangan aku"

Rafa tersenyum senang. "Bagus dong, berarti aku enggak sia-sia ajarin kamu"

Aleta mengangguk sambil tersenyum menatap Rafa.

"Lain kali kalau ada yang enggak paham, hubungin aku langsung ya" ujar Rafa lalu mengusap kepala Aleta

Seketika jantung Aleta berdebat semakin kencang dan menatap Rafa dengan muka bingungnya.

"Ekhem. Lo udah pelajari ini?" Tanya Adit memecahkan keheningan yang baru terjadi.

Aleta terkejut dan melirik buku yang ditunjuk Adit. "Ini kan fisika. Harusnya kamu tanya Rafa dia yang lebih jago"

Rafa yang mendengar ucapan Aleta tersenyum senang.

"Oh iya gue lupa" ujar Adit canggung.

Rafa menarik buku yang ada ditangan Aleta kemudian membantu menjelaskannya kepada Adit dan Aleta.

"Eh udah mulai belajar ya? Maaf bapak telat tadi ada urusan sama kepala sekolah" ujar pak Deo tiba-tiba datang.

"Iyak pak. Enggak papa kok"

Pak Deo yang sudah duduk disamping adit menjelas kan beberapa materi yang belum dipahami oleh ketiganya.

"Untuk biologi ini ringkasannya kisi-kisinya . Kalian harus pelajari tentang orgam tubuh dan bentuk nya, bapak jugak udah nandai point-point penting nya jadi kalian pelajari dirumah ya"

Ketiganya mengangguk mendengar ucapan pak Deo.

"Lomba nya bentar lagi, jadi kalian harus siapin mental dan jaga kesehatan jugak. Ngerti?"

"Ngerti pak"

Pak Deo tersenyum mendengar ucapan ketiga muridnya. "Sekarang waktu nya pulang dan jangan lupa istirahat"

"Baik pak"

Pak Deo sudah meninggalkan ruang rapat dan ketiga nya telah selesai membereskan perlengkapan belajarnya.

"Pulang sama siapa?" Tanya Adit ke Aleta.

Aleta mendongakkan kepalanya. "Sama supir"

Adit mengangguk. "udah hubungin supir Lo?"

"Supir aku udah didepan gerbang" ujar Aleta kemudian berdiri dari tempat duduknya

Rafa yang mendengar pembicaraan Adit dan Aleta tersenyum senang.

"Aku duluan ya" pamit Aleta menatap Adit kemudian Rafa yang ada disampingnya.

Rafa mengangguk sambil tersenyum,"Hati-hati".

Adit dan Rafa yang berada didalam ruangan saling menatap satu sama lain.

"Bersaing nya setelah siap lomba ya bro. Kalau sekarang kita harus sohib dulu" ujar Rafa terkekeh menatap Adit.

Adit yang mengerti ucapan Rafa mengangguk setuju.

"Gue balik. Lo mau disini aja?"

Adit menatap Rafa. "Yakali".

Rafa terkekeh kemudian merangkul Adit menuju parkiran motor mereka.

----------

Rafa sedang berbaring diatas kasurnya setelah melakukan ibadah sholat isya.

Tiba-tiba seseorang masuk ke kamarnya dan langsung ikut berbaring disampingnya.

"Dari mana Lo?"

"Nganterin sepupu gue" jawab Adrian.

Rafa mengangguk kemudian melanjutkan hayalannya yang sempat tertunda.

Adrian menyenggol Rafa. "Mikir jorok ya Lo"

Rafa terkekeh. "Yakali"

"Gimana Lo sama Aleta?"

Rafa kembali terkekeh. "Gue lagi coba dekatin sih. Banyak peluang buat dekat sama dia jugak"

"Karna lomba cerdas cermat?"

Rafa mengangguk. "Gue ada saingan jugak"

Adrian mengerutkan keningnya menatap Rafa

"Gue kan lombanya bertiga, yang satunya lagi cowok. Nah sicowok itu jugak suka Aleta"

Adrian terkekeh. "Terus Lo nyerah?"

"Ya enggak lah"

"Itu baru teman gue. Lagian yang jadi juri nya nantik itu Aleta, jadi Lo jangan mundur gitu aja"

Rafa mengangguk mendengar ucapan Adrian.

"Seandainya Lo tahu siapa yang ngasih bekal Lo. Lo bakal milih siapa? Aleta atau sipemberi bekal?"

Rafa mengerutkan keningnya sambil berfikir. "Gue belum bisa jawab"

Adrian mengangguk. "Gue paham. Dan saat itu tiba gue yakin Lo bakal milih yang terbaik"

Rafa tersenyum mendengar ucapan Adrian.

"Delvin ngedekatin temannya Aleta?"

Adrian mengerutkan keningnya dan mengambil hp yang ada ditangan Rafa.

"Menurut Lo gimana?"

Adrian menggeleng. "Entar gue tanyain Delvin langsung"

Rafa mengangguk mendengar ucapan Adrian. "Mau soto nggak Lo?"

"Bik Ijah buat soto?"

Rafa menarik tangan Adrian menuju ruang makannya. "ayok"

Rafa dan Adrian telah menghabiskan satu mangkok soto dihadapannya.

Tiba-tiba hp Rafa berbunyi.

Secret Admire
Segelap-gelap nya malam, malam terkadang menghasilkan bintang yang bercahaya.

Rafa membaca pesan tersebut dalam diam.

"Ngapa Lo?"

Rafa menggeleng kemudian menyimpan kembali hpnya.

"Gue balik, sepupu gue udah mintak jemput"

Rafa mengangguk kemudian mengantar Adrian kedepan halaman rumahnya.

Langkah Rafa terhenti ketika mendengar suara mobil memasukin halaman rumahnya.

"Papa baru balik?"

Reno mengangguk. "Kamu udah makan?"

"Udah. Tadi bik Ijah buat soto, papa?"

"Papa udah makan tadi sekalian meeting sama orang kantor"

Rafa mengangguk. "Jangan lupa istirahat. Rafa kekamar dulu"

Reno mengangguk mendengar ucapan anaknya dan menatap punggung anaknya yang perlahan menjauh.

QuenbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang