K

456 85 25
                                    

Hehe
Aku lupa terus mau update karena lagi bikin chapter ending tapi bingung harus gimana. Jadinya aku ngahuleng dulu.

Malah curhat.































Oke, selamat membaca☺️

Jangan lupa vote and comment yaaa readers yg baik dan budiman, biar akunya ga lupa update 🤗





































🍀🍀

"Bersihkan mobilku sekarang juga! Aku tidak mau besok saat aku pergi ke kantor masih tercium bau muntahnya atau ada seincipun bekas muntahannya!"

"Bisa tidak besok saja kau bawa mobilmu ke tempat cuci mobil? Aku juga capek!"

"Tidak! Kalau menunggu besok baunya akan sulit hilang,"

Tatapan Wendy berubah tajam, "tidak mau. Kau pikir aku akan menurut karena selama ini aku begitu?"

"Kau berani melawanku!?"

"Kenapa tidak?"

"Aku ini suamimu!"

"Tapi aku bukan pesuruhmu!"

Wendy melewati Chanyeol yang tercengang karena ucapannya.

"Yaak! Kembali kau! Yaak!"

Wendy segera masuk kamar dan menguncinya.

"Yak! Buka pintunya ini kamarku!" teriak Chanyeol dari luar sambil menggedor pintu.

"Ini juga kamarku! Aku sedang tidak ingin melihat wajahmu. Seperti muntahan!"

"Yaak!! Bagaimana aku akan tidur!?"

"Tidur saja di kamar lain!"

Tengah malam Wendy terbangun karena tenggorokannya sangat haus. Saat menuju dapur, ia melihat Chanyeol tertidur di sofa ruang tengah lengkap dengan pakaiannya tadi sambil mengilangkan kedua lengannya guna menghalau dingin. Ia lupa kalau semua kamar lain di rumah itu dikunci oleh sang ibu dan ibu mertuanya. Untuk menghindari mereka tidur terpisah kamar.

Setelah mengambil minum, ia kembali ke kamar, mengambil selimut dan menyelimutinya pada tubuh Chanyeol. Kasihan juga, pikirnya.

Tapi tiba-tiba tangannya digenggam erat oleh pria itu. Matanya masih tertutup tapi ia menarik Wendy mendekat padanya. Wendy tidak dapat bereaksi apapun selain terkejut bukan main. Chanyeol membuka matanya. Kini posisinya sudah tepat berada di bawah kukungan pria itu. Sebentar tadi jantung Wendy berdetak begitu cepat, takut-takut pria itu melakukan sesuatu padanya.

Chanyeol menyeringai puas. Dengan cepat kakinya menyentuh lantai dan berlalu menuju kamar.

"Yaak! Yaaak! Park Chanyeol!"

Wendy mengejarnya dan mengetuk keras pintu kamarnya yang sudah terkunci. Keadaan berbalik sekarang.

"Yaak! Kau sangat licik! Yaak! Bukan pintunya! Dasar tidak punya perasaan!"

Wendy menghembuskan nafas pasrah. Ia duduk di sofa tempat Chanyeol terbaring tadi. Ia baru menyadari ada sekotak cokelat di atas meja di depan sofa itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BLOOMING [Wenyeol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang