D

451 56 22
                                    

Chanyeol tengah menerima telepon dari Sehun sambil menatap kedua anaknya yang di simpan dalam inkubator.

"Tentu saja, aku meluncur ke sana sekarang. Tapi bagaimana keadaan Wendy sekarang?"

Setelah pertanyaan Sehun itu, terdengar suara sang ibu mertua yang berteriak memanggil nama anaknya. Membuat perhatian Chanyeol kini sepenuhnya pada sang ibu mertua, ia masuk kembali ke ruang bersalin sang istri. Ibu mertuanya itu menangis tersedu di sebelah istrinya.

"Ibu, Wendy kenapa?"

"Maaf Tuan, istri anda telah tiada."

Ponsel di tangan Chanyeol melesat jatuh ke lantai. Kakinya berjalan lemas mendekati tempat tidur sang istri yang sudah terkujur kaku.

"Wendy-ah, bangun," ujarnya sambil mengguncang tubuh Wendy.

"Wendy, bangun. Kau bilang kau hanya tidur, Wendy-ah. Wendy!!! Jangan tinggalkan aku!"

Chanyeol memeluk tubuh itu. Tubuh wanita yang sangat ia cintai. Kenapa dia harus pergi saat dia baru saja memberikannya dua malaikat kecil?

"Tidak, Wendy. Jangan pergi, aku membutuhkanmu, dua malaikat kita membutuhkanmu, kenapa kau harus pergi begitu cepat, Wendy-ah. Maafkan aku, maafkan aku. Kembalilah..."








Kakinya berlutut di sebelah ranjang sang istri. Tangannya menggenggam tangan sang istri tak mau lepas, sama seperti yang istrinya lalukan seharian ini.

"Chanyeol-ah, lepaskan tangannya. Dia harus dipindahkan ke ruang jenazah." ujar Ibunya.

Nyonya Son kini tengah di rawat karena tadi sempat pingsan, ia terlalu terpukul mendapati kematian sang anak.

Ibunya mengelus pundak anaknya pelan, "Chanyeol-ah, kau harus melepaskannya pergi, sayang,"

Chanyeol masih diam saja.

"Kenapa dia harus pergi, Ma? Kenapa secepat ini Ma? Chanyeol belum bisa jadi suami yang baik untuknya, Chanyeol baru saja mencintainya. Kenapa dia pergi begitu saja setelah memberikan dua malaikat kecil itu padaku?"

"Chanyeol-ah,"

"Ma, aku tidak bisa melepaskannya pergi,"

"Jangan begitu Chanyeol-ah, biarkan dia pergi dengan tenang. Ini sudah takdir."

"Ini tidak adil Ma! Kenapa Tuhan mengambil Wendy sekarang! Seharusnya kita bahagia sekarang, Ma! Seharusnya dia sedang menggendong atau menyusui anaknya sekarang!"

Nyonya Park merengkuh tubuh anaknya yang sedang kalut, "Mama tahu, Mama tahu, tapi jangan begini, Nak."

"Ma, aku harus bagaimana tanpa Wendy, aku tidak bisa sendirian, Ma." Chanyeol menangis dalam pelukan ibunya.

"Kau pasti bisa melalui ini, ada Mama, Papa, Ibu, Ayah. Kita semua kehilangan Wendy juga. Kamu harus bisa melanjutkan hidup. Ingat, kamu punya dua malaikat yang Wendy tinggalkan untukmu. Kamu harus bisa bertahan demi mereka."

🍀🍀

Besoknya tubuh Wendy segera dikremasi. Isakan pilu Nyonya Son menghiasi proses kremasi, dengan Tuan Son yang terus berusaha menenangkannya. Sedangkan Chanyeol terus menatap tangannya. Tangan yang seharian kemarin selalu ingin digenggam oleh wanitanya. Ia bahkan masih bisa merasakan genggaman itu membekas di tangannya. Tempat istrinya juga menyalurkan rasa sakit persalinannya. Ia masih bisa merasakannya, bahkan ia masih mengingatnya dengan jelas. Tapi kini sudah tidak ada. Apa yang ia genggam kemarin, sekarang hilang.

Itu adalah hari terakhirnya. Hari kelahiran kedua malaikat kecilnya, dan hari kepergian bidadari hatinya. Sakit, sangat sakit. Tapi ia sudah tidak bisa menangis lagi, air matanya sudah habis. Matanya sudah menyayu dan bengkak akibat semalaman tidak tidur dan menangis sambil merutuk langit karena mengambil sang istri.

BLOOMING [Wenyeol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang