R

491 83 23
                                    

"Tapi kenapa harus menikah, Pa?" protes Chanyeol.

"Dengarkan Papa," pria setengah baya itu membawa anaknya duduk di sofa di hadapannya.

"Perusahaan Tuan Son memiliki potensi besar kau tahu? Hanya saja mereka saat ini sangat kekurangan sumber keuangan. Saat kalian menikah nanti maka kedua perusahaan akan di merger. Kau tahu itu akan sangat menguntungkan kita,"

"Tapi, Papa bisa saja menjadi investor tanpa harus membuat aku menikahi anaknya, kan?" Chanyeol masih keras kepala memprotes.

"Papa ingin perusahaannya merger dengan perusahaan kita. Kau mengerti?"

Chanyeol mendelik sebal. Ia kadang kala membenci sifat terlalu ambisius ayahnya ini sampai harus mengorbankan dirinya seperti ini.

"Ini juga untukmu. Kau kan yang akan menjadi penerusku, Nak."

Tapi untuk apa kalau dia harus hidup sebagai suami dari orang yang tidak ia cintai atau bahkan, tidak ia kenal. Chanyeol pasrah. Kalau dipikirkan lagi, ini benar-benar sangat menguntungkan untuk bisnisnya. Persetan dengan perasaanya, bukankah yang terpenting sekarang adalah perkembangan perusahaan?

"Kau akan mencintainya nanti Chanyeol. Cinta ada karena terbiasa, seperti aku dan Mamamu." ujar sang Papa menepuk pundak anaknya.

🍀🍀

"Itu bukan cinta, itu hanya perasaan terbiasa. Karena biasanya ada dia, kau jadi merasa kehilangan saat ia tidak ada. Bukan berarti selalu cinta. Itu sama seperti saat salah satu barangmu hilang." ujar Wendy pada Irene yang tadi mencurahkan isi hatinya tentang seseorang yang ia sukai.

"Benarkah? Lalu bagaimana rasanya cinta?" tanya Irene.

"Kenapa tanya padaku?"

"Kau kan sudah menikah,"

Wendy terpaku.

"Kau pasti menikahinya karena mencintainya kan?" lanjut Irene.

Wendy tersenyum penuh arti, "tidak semua orang menikah karena cinta, Irene."

Ucapan Wendy berhasil membuat kedua alis Irene bertaut, "jadi benar rumor itu?" tanyanya ragu.

"Rumor? Apa?"

"Kau menikah dengan suamimu karena perusahaan,"

Wendy menatap Irene serius. Ia sudah menduga rumor-rumor pasti akan beredar meski teman-temannya hanya diam di depannya. Mau bagaimana lagi? Itu kenyataannya.

Wendy mengangguk sekali dengan mantap. Sedangkan Irene kini memburu memeluknya.

🍀🍀

Seperti biasa, setiap pulang kerja sang istri langsung mengambil alih barang bawaannya. Bertanya padanya dengan lembut,

"Kau ingin mandi pakai air hangat?"

Chanyeol hanya mengangguk lalu wanita itu segera pergi menuju kamarnya. Chanyeol akan mendudukkan dirinya di sofa sambil meregangkan tubuhnya. Lalu wanita itu kembali dan bertanya,

"Apa kau sudah makan malam?"

"Sudah,"

"Air panasnya sudah siap,"

Setelahnya, Chanyeol akan menemukan piyama yang sudah wanita itu siapkan di ruang ganti. Saat kembali ke kamar, dapat ia lihat sang istri sudah tertidur pulas di kasurnya, bahkan tanpa selimut dengan posisi terlentang. Menyiratkan dengan jelas bahwa ia lelah.

Bayangkan, ia harus bangun lebih pagi untuk memasak dan membangunkan suaminya, lalu berangkat kerja. Sudah pasti pekerjaannya juga sama melelahkannya dengan yang dimiliki Chanyeol di kantor, pulangnya ia harus tetap mengurus sang suami. Kadang kala Chanyeol ingin memintanya untuk tidak perlu melayaninya sebegitunya. Untuk apa? Agar ia mencintainya?

BLOOMING [Wenyeol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang