O

493 72 24
                                    

Hehe...




























🍀🍀

Chanyeol mengacak rambutnya frustasi. Setelah kepergian Wendy tadi, ia segera menelepon Kai. Ia harus benar-benar memastikannya sekarang. Dari argumentasi Wendy barusan, kemungkinan besar anak dalam kandungannya itu benar anaknya. Tapi sebagian dirinya yang lain masih percaya jika anak itu bukan anaknya.

"Kai, kau yang mengantarku pulang saat aku mabuk hari itu, kan?" tanya Chanyeol sambil berjalan menuju mobilnya untuk menyusul Wendy.

Walau bagaimanapun, Wendy tetaplah wanita yang akan berbahaya jika keluar di malam hari begini, belum lagi ia sedang hamil sekarang. Kalau sampai terjadi apa-apa, pasti dia yang akan disalahkan pertama kali oleh orangtua dan mertuanya.

"Setiap kau mabuk, aku yang selalu mengantarmu pulang, ya. Kenapa pertanyaanmu begini?"

"Tidak apa-apa, aku ingin memastikan. Apa istriku ada di rumah saat itu?"

"Oh yang itu. Pertama kalinya kau mabuk setelah menikah? Aku ingat jelas, dia ada. Dan kau mabuk berat."

"Hmm, baiklah." Chanyeol menutup teleponnya.

Segera ia pergi mencari Wendy, ternyata wanita itu pergi tak jauh. Hanya ke jembatan Mapo. Chanyeol hanya memperhatikan Wendy dari jauh. Ia merasa bersalah karena membuat wanita itu merasa perlu melepas tekanan dalam dirinya dengan berteriak begitu. Jadi ia biarkan saja, sampai Wendy akan pulang sendiri.

Tapi tak lama, Sehun datang dan Wendy memeluknya. Emosi Chanyeol saat itu kembali memuncak. Ia keluar menghampiri mereka, menarik Wendy lepas dari pelukan pria itu dan memukulnya tepat di rahang bawahnya hingga Sehun tersungkur ke tanah.

"Menjauh dari istriku!"

Ia menggenggam dan menarik tangan Wendy begitu kencang, "Ayo pulang!" ujarnya dingin sambil membawanya pergi.

"Bukankah kau tidak menerimanya!?"

Langkah Chanyeol terhenti karena teriakan Sehun.

"Kumohon jangan," batin Wendy.

"Kau bilang anak itu anakku kan?"

"Sehun!!"

"Wendy-ah! Kalau ayahnya tidak mau menerimanya, aku siap menerimanya!"

Air mata Wendy lagi-lagi berhasil meloloskan diri dari kantungnya.

Setelah melirik pada Sehun sebentar, Chanyeol kembali menarik Wendy pergi. Wendy terus menggigit bibirnya demi menahan tangisannya lebih deras. Chanyeol seperti orang gila melajukan mobilnya. Jantung Wendy rasanya ingin meledak saja.

"Kau benar-benar, kenapa- akhhh" tatapannya begitu mengintimidasi.

Begitu sampai, Chanyeol kembali menarik Wendy. Tidak ada lembut-lembutnya sama sekali. Membawanya ke kamar dan menghempaskannya ke kasur.

"Aw!"

"Sudah kubilang, kau hanya milikku, Wendy!"

Wendy menelan salivanya ngeri, ia ingat jelas kata-kata itu yang juga Chanyeol ucapkan malam itu, sebelum ia melakukannya.

Chanyeol menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya perlahan. Menatap Wendy yang kini tengah menahan tangis. Kondisinya sedikit berantakan karena air mata dan ekspresi tegangnya.

Chanyeol duduk disebelah Wendy dan menatapnya sendu.

"Maafkan aku," ujarnya lembut sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipi Wendy.

BLOOMING [Wenyeol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang