"Kenapa lo setuju aja sih? Aturannya lo tuh gak usah setuju Minho! Gue gamau ya tinggal serumah sama lo! Kita ini belum nikah." Sungut Hayeon
"Yaudah, nikah sekarang aja gimana biar kita bisa serumah?"
"MINHO GUE SERIUS!!"
Minho ngehela nafasnya pelan. Sekarang mereka berdua lagi di alun-alun buat jalan jalan sebentar. Daritadi sejak keluar dari restaurant Hayeon tuh ngomel mulu. Kan pusing Minho jadinya.
"Gue juga serius, Hay. Lo tau sendiri kenapa gue sering ke rumah lo atau ke rumah Jungwoo daripada tinggal dirumah gue sendiri. Gue gak betah ada di rumah. Makanya gue setujuin aja biar gue bisa keluar dari rumah itu tanpa repot cari alasan." Kata Minho
"Ya gue paham. Tapi kan —ah gatau deh Min. Lo bener bener nyebelin." Kata Hayeon kemudian ngerucutin bibirnya.
"Perasaan gue ga ngapa-ngapain deh. Lagian juga kalo kita nolak tuh percuma. Ntar juga dipaksa biar setuju. Daripada buang buang energi, mending langsung setujuin aja."
Hayeon gak jawab karena sibuk sama pikirannya sendiri. Hayeon bener bener kesel sama Minho. Hayeon berniat ngejauhin Minho, eh malah disuruh tinggal serumah.
Bahkan tadinya Hayeon mau jujur aja sama Chansung bahwa Hayeon gak mau lanjutin pertunangannya sama Minho karena Hayeon udah capek.
"Kan abis ini kita putus, Min. Susah juga nantinya kalo kita serumah." Kata Hayeon lirih.
"Putus? Apa-apaan maksud lo?"
"Ya kalo ga putus mau gimana? Percuma juga gue pertahankan kalo lo aja memilih buat bersama orang lain kaya gini."
"Hayeon, gue—"
"Selama ini gue tahan semuanya, Min. Lo ga pernah anggap gue sebagai tunangan lo, lo ga peduli sama gue, gue gak masalah sama itu. Gue percaya nantinya lo bakal berubah. Tapi kayanya ekspetasi gue ketinggian. Karena ternyata ujungnya lo malah jatuhin hati lo buat orang lain." Kata Hayeon kemudian natap bintang yang ada di langit.
"Hayeon, gue kan udah minta maaf."
"Maaf doang gak akan merubah keadaan, Min."
"Gue gak mau kalo lo sampe pergi dari gue."
Hayeon nengokin kepalanya kemudian senyum getir kearah Minho.
"Then what's the point of me being by your side if you never care about me? Gue capek, Min. Dua belas tahun bukan waktu yang sebentar."
"I need you, aren't you aware of that? No matter what happens, I'll never let you go."
"Lo egois."
Percakapan keduanya berhenti. Sebenernya Hayeon capek banget kalo harus ngebahas masalah ini tiap hari. Hayeon udah muak sama pembahasan yang terus berulang kaya gini.
"Jauhin gue."
Dua kalimat yang sukses bikin Minho langsung natap Hayeon dengan tatapan gak percaya. Ini kenapa tiba tiba Hayeon minta Minho jauhin dia? Selama ini Hayeon gak pernah ngomong kaya gitu. Biasanya Minho yang ngomong kaya gitu.
"Lo apa apaan sih, Hay? Kenapa minta gue menjauh? Jangan kaya gini dong. Biasanya juga kalo lo lagi kesel sama gue lo bakal marah-marah. Ga pernah kaya gini. Lo tuh sebenernya kenapa?" Tanya Minho agak ngegas
"I need time to heal my heart. No need to ask because I'm sure you already know the reason."
"Hayeon, jangan—"
"Mulai hari ini jauhin gue. Gue gak mau denger alasan apapun, Min. Biasanya lo juga ga bakal peduli kan?"
Hayeon yang tadinya duduk di sebuah kursi panjang di alun alun bersama Minho kemudian berdiri. Dan tanpa ngucapin sepatah kata apapun, Hayeon pergi ninggalin Minho gitu aja.
Hayeon gak pernah ngeluarin emosinya ke Minho kaya gini. Biasanya Hayeon lebih memilih buat pendam aja soalnya gamau berantem. Tapi lama lama Hayeon juga gak kuat kalo harus mendam terus.
Langkah Hayeon berhenti ketika sepasang tangan Minho meluk bahunya dari belakang.
"Don't go, please." Kata Minho lirih
"Lepasin gue Min, malu dilihatin banyak orang."
Padahal disini gak ada orang. Karena Hayeon sama Minho duduk di kursi panjang disudut pojok alun-alun yang sepi pengunjung. Apalagi ini bukan hari libur, alun-alun gak serame biasanya.
"Lo lupa sama janji lo ke Mama gue?" Tanya Minho
Hayeon terdiam. Tiba tiba Hayeon ingat janjinya yang dia ucapkan ke Minyoung tujuh tahun lalu. Sebelum Minyoung meninggal, Minyoung minta Hayeon buat selalu jagain Minho. Dan Hayeon udah berjanji bahwa dia gak akan pernah pergi dari sisinya Minho apapun yang terjadi.
"I never begged anyone. But this time I'm begging you, don't go." Kata Minho lirih sambil ngeratin pelukannya.
Dalam situasi kaya gini Hayeon bingung jadinya harus gimana. Di satu sisi Hayeon udah janji sama Minyoung bahwa Hayeon gak akan pergi dari Minho. Tapi disisi yang lain Hayeon harus pergi karena menurut Hayeon percuma bertahan. Itu bakal bikin hatinya lebih sakit nantinya.
"Kenapa gue gak boleh pergi?" Tanya Hayeon
Sekarang Minho gak bisa jawab. Minho sendiri bingung sama perasaannya sendiri. Minho juga gak tahu kenapa dia gak bisa jauhin Hayeon.
Mungkin karena selama dua belas tahun kan Minho sama Hayeon barengan. Ya meski Minho suka ga peduli sama Hayeon, cewek itu tetap gak pernah pergi dari Minho. Rasanya aneh aja semisal Hayeon pergi gitu aja dari Minho.
Singkatnya Minho sangat bergantung sama Hayeon. Sayangnya Minho gak sadar sama itu. Ego Minho terlalu tinggi buat sekedar menyadari bahwa selama ini dia bergantung sama Hayeon.
Atau mungkin hati Minho udah berubah. Perasaan orang bisa berubah dengan cepat.
"Kenapa diem? Kasih gue alasan kenapa gue gak boleh pergi." Kata Hayeon
Minho tetap diem dengan posisi yang sama. Bikin Hayeon ngehela nafasnya pelan karena ini sesek banget anjir. Minho meluk Hayeon udah kaya meluk guling, erat banget.
"Gue... Gue..."
"Apa? Kebelet berak? Mau gue anter ke toilet?" Tanya Hayeon yang udah kesel setengah mati.
"Hayeon gue lagi serius."
"Ya makanya cepetan ngomong anjir! Ngang-ngong ngang-ngong aja daritadi! Gue—"
"Gue gamau lo pergi karena lo satu satunya orang yang peduli sama gue, Hay. Kalo pergi, siapa yang bakal peduliin gue? Gue mau bergantung ke siapa?" Potong Minho
"Min? Lo ga kesambet sampe ngomong kaya gitu?"
"Gue serius. Cuma lo yang paling ngerti tentang keadaan gue, Hay. Jangan pergi, gue mohon."
— t b c —
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love || Lee Know
Fanfiction[ON GOING] Tentang cewe bernama Hwang Hayeon yang harus sabar menghadapi sikap tunangannya, Lee Minho. Juga tentang sosok Hayeon yang mencoba bertahan hidup agar bisa terus menemani Minho hingga maut memisahkan.