"Hayeon?"
Denger suara Minho bikin Hayeon langsung nutup matanya, pura pura tidur. Sekarang Hayeon lagi di UKS setelah debat sama Minho tadi. Sebenernya Hayeon gak lagi sakit, cuma males aja dikelas soalnya abis ini mapel matematika minat, Hayeon gak minat mate.
"Kok disini? Sakit?" Tanya Minho kemudian narik kursi di samping kasurnya Hayeon dan naruh kresek berisi jajan yang tadi Hayeon nitip ke temennya.
Minho ngecek jam digital yang ada di pergelangan tangan Hayeon. Semuanya tampak normal.
"Gue tau lo pura pura tidur, Hayeon." Kata Minho
"Tinggalin gue. Gue lagi gak enak badan."
"Yang sakit badan lo apa hati lo?"
Hayeon buka matanya pelan kemudian natap Minho yang lagi natap dirinya datar banget.
"Ngapain tanya kalo udah tau jawabannya? Gak usah minta maaf terus. Capek dengernya."
Minho ngehela nafasnya. Tadi Minho berantem sama Naeun. Masa sekarang mau berantem sama Hayeon juga sih. Terus Minho harus lari ke siapa dong kalo kaya gini? Masa mau cari cewe lagi.
"Kasih gue waktu. Sebentar aja, Hay."
"Sampe kapan? Sampe gue mati?"
Minho langsung melotot denger kalimat itu. Minho bener bener gak suka kalo bahas tentang kematian. Hal itu selalu bikin Minho jadi keinget sama mendiang mamanya yang udah meninggal.
"Apa sih? Kok ngomongnya gitu?" Tanya Minho sambil natap Hayeon gak suka
"Karena gue gak tahu sampe kapan gue bakal hidup, Minho. Penyakit gue semakin hari semakin parah. Di sisa hidup gue, gue pengen bahagia. Gue pengen ngerasain kebahagiaan, Min."
Mata Hayeon yang berkaca kaca menatap kearah mata Minho. Minho jadi gak tega. Dalam tatapan Hayeon kelihatan banget kalo dia udah putus asa dan pasrah sama keadaannya. Dan jujur itu bikin hati Minho sedikit sakit.
Tangan Minho terulur kemudian ngelus rambutnya Hayeon pelan.
"Gue udah janji ke Bunda Suzy buat ngebahagiain lo Hayeon."
"But you didn't keep your promise. You hurt me."
"I'm sorry. I've hurt you a lot."
Hayeon ngalihin pandangannya. Berusaha nahan air matanya biar gak jatuh didepan Minho. Hayeon gak mau terusan nangis didepan Minho.
Sebuah keheningan akhirnya tercipta. Hayeon masih sibuk mati-matian nahan air matanya sedangkan Minho cuma bisa natap Hayeon doang. Setelah Hayeon ngerasa dia gan akan nangis lagi, Hayeon ngubah posisinya jadi duduk.
"Minho, ayo bolos. Gue pengen cari udara seger. Ayo main ke pegunungan. Gue pengen lihat taman bunga dan main di sungai." Ajak Hayeon
"Hah? Sekarang? Mendadak banget?"
"Gue maunya sekarang, Minho. Gue pengen nenangin diri disana. Sebentar aja. Bilang aja mau nganterin gue pulang karena gue sakit. Pasti diiizin."
"Butuh waktu sampe empat jam buat kesana Hayeon. Gue gak bawa mobil. Pulang dulu ambil mobil mau?"
"Pake motor aja."
"Nggak, nanti lo capek. Ayo kesana tapi bawa mobil. Ambil baju sekalian kita nginep."
Senyum Hayeon langsung terpancar. Huft, akhirnya bisa jalan jalan ke pegunungan juga. Meski harus pake acara bolos sekolah sih.
•••
"Eh? Udah pulang? Kok pagi banget?" Tanya Junho pas liat Minho udah pulang padahal ini masih jam sepuluh pagi.
"Oh sama Hayeon. Kamu kenapa Nak? Sakit kah?" Tanya Junho
Junho tadinya mau interogasi Minho karena pulang pagi tapi gak jadi karena ada Hayeon. Ibaratnya tuh kaya Junho ngebebasin Minho ngapain aja asal sama Hayeon.
"Nggak kok. Hari ini aku baik baik aja. Um... Pengen main ke pegunungan aja sama Minho. Boleh ya?" Tanya Hayeon ragu karena takut Junho marah atau ga diizinkan.
"Astaga pake minta izin. Gak usah minta izin dulu. Kaya sama siapa aja kamu. Kalo mau pergi langsung aja gapapa asal berdua." Kata Junho
"Hayeon ganti baju dulu. Masa mau pake seragam gitu." Kata Minho
Hayeon nganggukin kepalanya kemudian masuk ke dalem kamarnya Minho. Minho udah ganti seragamnya ke baju santai. Cepat banget ini anak ganti bajunya.
"Gak usah bawa banyak barang. Cuma dua hari kan?" Tanya Hayeon
"Iya. Udah sana cepet. Perjalannya lama."
Hayeon ngebuka lemari Minho. Nyari bajunya yang ada di lemari. Di rumah Minho kebanyakan baju rumahan gitu. Bukan baju yang bagus buat dipake keluar. Bajunya yang lucu lucu ada dirumahnya Hayeon sendiri.
"Min, baju gue yang lucu lucu dirumah. Skincare gue juga. Oh, sama perintilannya yang lain."
Minho muter bola matanya males sambil ngehela nafasnya. Karena perginya mendadak jadi gak ada rencana apa apa kaya begini
"Duh, dasar cewek. Nginep dua hari aja mau bawa barang banyak. Gak usah, pake seadanya aja." Kata Minho
"Tapi kan gue mau foto juga nanti."
"Pake baju yang ada Hayeon. Gak usah ngeyel atau kita gak jadi berangkat."
Hayeon cuma bisa menyebikan bibirnya kearah Minho. Yaudah lah datipada gak jadi pergi akhirnya Hayeon bawa barang seperlunya aja. Setelah milihin baju, Hayeon sama Minho masukin semuanya di tas gede gitu. Setelah semuanya udah siap, Minho keluar dari kamar dan gak lupa buat ngunci pintu.
Sebelum pergi, Minho menyempatkan diri buat ngasih makan ketiga anaknya alias ketiga kucingnya dulu. Setelah kebutuhan ketiga prioritas utama Minho itu selesai, Minho sama Hayeon pamit ke Junho sama Ciara. Lebih tepatnya cuma Hayeon yang pamit.
"Kalian mau nginep berapa hari? Nginep dimana?" Tanya Ciara
"Cuma dua hari kok, Tante. Besok siang atau sore udah sampe rumah. Nginepnya di villa punya Oma. Kebetulan Oma punya villa disana."
"Oh gitu. Yaudah, hati hati ya kalian berdua."
Minho sama Hayeon kemudian masuk ke dalam mobil dan segera pergi ninggalin kediaman kelurga Lee.
"Udah pamit Naeun belum kalo lo mau jalan jalan sama gue?" Tanya Hayeon
"Kenapa harus pamit?"
"Bukannya lo emang biasanya begitu? Kan Naeun pacar lo tuh. Lo juga apa apa biasanya harus izin dulu sama Naeun. Atau kalian berdua udah putus ya?"
"Ngga. Gue sama Naeun ngga putus."
Hayeon ngehela nafasnya pelan. Padahal Hayeon berharapnya Naeun sama Minho tuh putus. Ternyata engga.
"Gue cuma pengen prioritaskan apa yang emang seharusnya gue prioritaskan, Hayeon. Dan gue sadar, prioritas gue seharusnya lo. Bukan Naeun."
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love || Lee Know
Fanfiction[ON GOING] Tentang cewe bernama Hwang Hayeon yang harus sabar menghadapi sikap tunangannya, Lee Minho. Juga tentang sosok Hayeon yang mencoba bertahan hidup agar bisa terus menemani Minho hingga maut memisahkan.