Daritadi Minho sama gue diem-dieman. Asli rasanya jadi canggung banget gara gara kejadian di taman bunga tadi. Wajah gue daritadi udah memanas karena ada dideket Minho. Jantung gue udah gak bisa berdetak dengan normal gara gara cowok didepan gue ini. Makanya gue ga pake jam digital gue karena ntar pasti bunyi mulu.
Gue sama Minho udah meninggalkan villa setelah berpamitan sama bapak penjaga villa. Sekarang gue sama Minho udah ada di perjalanan menuju ke rumah. Daritadi gue perut gue bunyi. Pengen makan ayam.
"Daritadi diem aja. Kenapa? Sakit?" Tanya Minho yang ngga nengok ke gue karena sibuk nyetir.
"Laper."
"Oh, kirain sakit. Mau makan dimana? Kaefsi? Meksidi? Atau mau yang lain?"
"Kaefsi deket sini ada gak sih Min? Pengen sup krim nya gue."
"Ngga ada. Udah kelewat tadi. Adanya di deket rumah. Tapi masih agak lama perjalanannya. Kira-kira satu jam lebih. Gimana?"
"Lama juga ya."
"Mau makan yang lain?"
"Ngga Min. Gue nunggu aja gak masalah. Lagi pengen makan kaefsi soalnya."
"Tidur aja biar gak kerasa lama."
Gue nganggukin kepala doang. Selanjutnya suasana mobil hening banget. Sebenernya gue gak suka situasi canggung kaya gini. Tapi gue bingung juga mau ngobrolin apa.
Gue akhirnya memutuskan buat nyalain handphone gue aja yang udah dua hari gak gue nyalain. Soalnya waktu di villa bener bener gak ada sinyal. Gue juga gak bawa charger. Jadi yaudah gue matiin aja handphonenya.
Pas handphone gue nyala, ada banyak chat ternyata. Pada nanyain apa gue lagi stay cation sama Minho. Lah ini pada tahu darimana anjir? Apa Minho bikin snapgram ya? Gue gak tahu soalnya gue gak pegang handphone.
Wah, ternyata bener dia bikin snapgram yang isinya muka gue. Meski dalam kondisi tidur sih. Jujur gue seneng banget karena Minho perlahan mulai mau nunjukin hubungan kamu berdua padahal dulu dia ngga mau ngelakuin itu karena malu. Meski sebenernya ngga perlu di tunjukin juga orang-orang udah pada tahu kalau gue itu tunangannya Minho.
"Min, Naeun gak marah kalo kita pergi berdua begini?"
Minho cuma nengokin kepalanya kemudian fokus ke jalanan lagi. Aduh, gue kayanya salah tanya. Ngapain juga gue nanya tentang Naeun anjir.
"She's upset and angry. Don't worry, I can handle it." Katanya
Gue cuma nganggukin kepala doang. Sebenernya seneng sih denger Naeun kesel sama marah. Lagian dia suka bikin gue kesel juga.
Tiba tiba gue ngerasa ngantuk. Mungkin karena lagu yang diputer ini lagi slow dan AC mobil juga dingin banget. Ngga lama kemudian gue ketiduran di mobil.
•••
"Hayeon bangun. Katanya mau makan kaepsi. Udah sampe nih." Kata Minho sambil nepuk pelan pipinya Hayeon.
Untung aja Hayeon bukan tipe orang yang susah dibangunin. Nggak lama kemudian Hayeon udah buka matanya.
"Oh udah sampe ya? Cep—hngg..."
Hayeon sedikit merintih karena tiba tiba dadanya kerasa nyeri luar biasa. Ini kalau Hayeon make jam digitalnya, pasti jam nya udah bunyi kenceng.
"Hayeon? Kenapa? Sakit?"
Hayeon gelengin kepalanya meski kenyataannya jantungnya kerasa sakit luar biasa. Hayeon gak mau bikin Minho khawatir dan gak mau nyusahin Minho.
"N-ngga, gue baik baik aja." Kata Hayeon yang berusaha sekuat mungkin nahan rasa sakitnya
"Tapi—"
Hayeon kemudian senyum kearah Minho. Ngasih pertanda kalau dia baik baik aja. Minho yang ngelihat itu cuma bisa menghela nafasnya. Jelas Minho tahu Hayeon lagi nyembunyiin rasa sakitnya.
"Jam nya mana?" Tanya Minho
"Ada di tas. Di kursi belakang."
Minho kemudian langsung nyari keberadaan jam digital itu. Hayeon suka nyembunyiin rasa sakitnya dan jam ini adalah satu satunya penanda kalau jantung Hayeon lagi berdetak gak normal. Setelah jam nya ketemu, Minho balik lagi ke Hayeon kemudin ngambil tangan kiri Hayeon.
"Lo gak pakai ini. Gue tahu kalau lo pakai ini udah pasti bakal bunyi karena jantung lo berdetak gan normal. Jangan pernah ngelepasin jam ini, Hayeon. " Kata Minho
Minho sama Hayeon kemudian keluar dari mobil. Badan Hayeon rasanya lemes banget. Dadanya masih kerasa sedikit nyeri walau sudah berdetak normal.
"Min, gue mau ke toilet dulu. Lo pesen dulu ya. Samain aja." Kata Hayeon yang kemudian pergi ninggalin Minho
Pas udah sampe toilet, Hayeon ngatur dulu nafasnya sambil mukul mukul pelan dadanya yang masih kerasa sedikit nyeri.
"Please jangan kambuh. Gue udah rajin minum obat sama vitamin. Please jangan kambuh..." Kata Hayeon sambil terus mukul pelan dadanya.
Hayeon akhirnya minum lagi obatnya. Kali ini obat pereda nyeri. Jujur aja Hayeon bener bener benci keadaan kaya gini. Dimana penyakitnya suka kambuh di waktu yang gak tepat kaya sekarang.
Butuh waktu lama untuk menghilangkan rasa sakit yang Hayeon rasain. Setelah rasa sakitnya perlahan menghilang, Hayeon kemudian menatap dirinya di cermin wastafel.
"Hwang Hayeon, please hold on a little longer. I know you are strong." Kata Hayeon, mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Di saat saat kaya gini Hayeon bener bener pengen nangis rasanya. Minho akhirnya ngebales cintanya Hayeon meski belum sepenuhnya. Penantian Hayeon selama dua belas tahun membuahkan hasil.
Tapi disaat begini justru kondisi Hayeon kian memburuk. Hayeon takut dirinya bakal ninggalin Minho disaat Minho udah mulai mencintainya.
Hayeon kemudian menggelengkan kepalanya. Duh, jadi overthinking begini. Padahal ngga seharusnya Hayeon mikir macem macem kaya begini.
Hayeon kemudian keluar dari kamar mandi dan mencari keberadaan Minho. Ternyata Minho udah duduk di tempat duduknya. Makanannya juga udah ada di meja.
"Lo ngapain lama banget di toilet? Lo gak apa apa kan, Hay?" Tanya Minho
"Ngga ada masalah kok. Tadi toiletnya rame. Maaf ya agak lama."
Minho sama Hayeon kemudian makan barengan. Gak ada yang di obrolin sih soalnya keduanya sama sama fokus sama makanan masing masing.
"Ada saos." Kata Hayeon yang kemudian ngusap pelan saos yang ada di ujung bibir Minho. Tanpa sadar Hayeon menjilat saos yang ada di tangannya.
Setelah sadar Hayeon buang muka. Minho juga. Keduanya sama sama salting. Disini Minho mikir, kenapa ya dia ngga ngerasain hal kaya gini sejak dulu.
Minho sama Hayeon lalu ngelanjutin acara makan siangnya sebelum pulang kerumah masing-masing.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love || Lee Know
Fanfiction[ON GOING] Tentang cewe bernama Hwang Hayeon yang harus sabar menghadapi sikap tunangannya, Lee Minho. Juga tentang sosok Hayeon yang mencoba bertahan hidup agar bisa terus menemani Minho hingga maut memisahkan.