Keluarga Somplak

201 23 21
                                    

Baili abis pulang dari rumah Shanshan. Sekarang udah di halaman rumahnya sendiri. Nah motornya di parkirin dengan rapi. Sebentar lagi Baili bakal denger cekcok ayah sama ibunya. Tolong Baili capek punya orang tua kayak mereka.

"Yakan nggak harus gini!!"

Tak!

Buku bergambar dilempar gitu aja sama wanita hampir 40 tahunan. Tapi wajahnya masih seperti 30 tahun. Lagi marah-marah ke pria yang dingin tidak berperasaan.

"Ya udah darisononya gitu! Mau apalagi? Mau buang? Sana buang. Capek aku nurutin maumu." suami itu akhirnya angkat bicara.

Suasana menyebalkan bagi Baili. Dia cuman pengen makan tidur istirahat dengan tenang. Bukan dengerin dua orang saling tuduh.

"Baba, Ma, Baili pulang."

"Eh.  Anak mama udah pulang."

"Mama sama Baba ngapain lagi?"

"Ini Mama kamu, bikin ulah lagi. Salah mulu bikin gambar."
Ujar nggak enak si bapak negara.

"Enak aja nyalahin. Baba kamu aja nih gambar kandang doang kagak bener!! Kesel!"

Baili menghela napasnya.

"Mama mau bikin kandang apa lagi?"

"Kelinci. Besok mau bikin kandang buaya."

"Wei Ying!"

"Apa sih Lan Zhan!"

Dan mereka berdua seperti anak kecil rebutan permen. Baili si polos itu milih naik ke lantai atas. Biarin mereka debat nggak ada ujungnya. Kaya biasanya. Dan Baili lagi-lagi kudu nyumpal telinganya karena biasanya bakalan ada suara ghoib yang ampun banget Baili risih dengernya. Ya gimana ya, dia kan.. Juga mau...








Sama Shanshan.



















Shi Ying ngelihat perutnya udah gede di depan cermin. Jeans yang biasanya nyampek atas sekarang cuman di bawah perutnya. Dia megangin perutnya yang polos karena belom pakek kaos. Diusapin tu perut.

Dug

Ada kaki tercetak di ujung kanan perutnya terus di kiri kadang ada yang lancip kemungkinan siku nya si bayi.

"Anget ya disana? Jangan lama-lama ya. Pipi pengen liat kamu juga."

Lagi-lagi bayinya gerak. Sumpah miapa tapi bukan miancal miancal. Seneng bangt rasanya. Jadi gini rasanya jadi ibuk.

Shi Ying jadi keinget masa dia kecil. Dulu nggak ada yang mau ngerawat dia kecuali gigolo di bar itu. Masih kecil udah disugui yang namanya seks dan sebagainya. Karena dia tinggal dengan gigolo banyak yang menghindarinya.

Banyak pembulian mental yang dia dapat. Kalau dipikir nanti apa ya anaknya dihujat juga ya karena punya ibu cowok.

"Hayo mikirin apa?"

Shi Ying terkejut ketika nengok di belakangnya ada suaminya. Itu cowok lagi bawa susu. Udah pasti itu punya Shi Ying. Buru-buru Shi Ying makek sweater putihnya terus nerima susu dari Yun.

"Nggak ada, lagi mikirin Papanya dedek."

Xie Yun tidak percaya pun mencebik, "Hilih, masak?"

"Iya dongg emang mau aku mikirin yang lain."

Hidung Shi Ying ditarik sampek pemiliknya ikutan meringis, "Nakal kamu ya?? Sembarangan."

"Sakit woe. Kok ditarik." Shi Ying ngelus idungnya yang udah merah.

"Habisin susunya, nanti kalau mual bilang ke Mommy biar ditemenin. Maaf ya. Kantor lagi rusuh banget."

"Iya nggak papa. Ati-ati. Nanti pulang bawain anggur ya."

In Your Arms {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang