17. Sayangku

30 6 0
                                    

Rose Pov.

Kaki ku sungguh pegal, pinggang ku terasa mau patah. Karena kesal dengan Aidan aku berniat ingin mencari makanan sambil berjalan-jalan disekitar kota ini, sialnya aku tidak membawa ponselku. Astaga kota ini membuat ku gerah dan juga kelelahan, untungnya aku pintar. Aku memutuskan berjalan kaki menuju salah satu bangunan terkenal di kota ini, aku yakin Aidan akan mencari ku ke sana, tetapi diluar prediksi aku menunggunya hingga empat jam sambil kelaparan. Ingin meminta bantuan pada orang lain aku takut, aku tidak pernah keluar negri sebelumnya dan lagi ya itu, aku benar-benar takut.

Aku melihat rambut pirang seorang wanita yang ku kenal, dia sepertinya sedang terburu-buru. Ku panggil saja dia "Leona," dan wanita itu melihat kearah ku. Dia langsung menghembuskan napasnya lega, katanya Aidan sedang mencari ku dan mereka juga diperintahkan demikian. Dalam hati aku mulai cemas akan apa yang Aidan katakan kepadaku nanti.

Mereka membawaku kembali ke hotel, kaki ku sungguh terasa perih. Baru aku membuka pintu kamar tempat aku akan menginap di kota ini sudah ku dengar suara pintu terbuka lagi, saat aku melihat kebelakang ternyata itu adalah Aidan. Wajahnya begitu menyeramkan, tidak ada senyuman dan dari sorot matanya aku tahu dia marah bahkan murka.

"Demi Tuhan kau kemana Rose?" tanya Aidan sambil memegang kedua bahuku dengan keras. Aku meringis karena merasa sakit, dia sedikit melonggarkan cengkramannya pada kedua bahuku.

"Aidan sorry, aku lapar dan hanya berniat mencari tempat makan yang keren disekitar sini, tapi ternyata aku tersesat dan tidak membawa ponsel. Aku menunggumu di Burj Khalifa," kataku kepadanya dan dia menghembuskan napasnya kasar sambil melepaskan kedua bahuku. Aku berjalan menjauh dengan susah payah, tidak kuduga tiba-tiba dia berlutut didepan ku membantuku membuka kedua sepatu tinggi yang menyiksa ini.

Kulihat dengan prihatin kedua tumit kakiku, pantas saja perih ternyata tumit ku sudah terluka dan aku malu karena Aidan mengetahuinya. Aidan menatapku dari tempatnya berlutut, sungguh manis dan hatiku menghangat saat dia terlihat khawatir seperti ini. "Aku akan memannggilkan Dokter," katanya dan aku berteriak menghentikan perbuatan konyolnya itu.

"Aidan ini hanya lecet karena sepatu, aku baik-baik saja. Cukup bantu aku ambilkan kotak obat di hotel ini," kataku memerintahnya dan dia menautkan kedua alisnya. Ya Tuhan, apa yang barusan ku katakan dia pasti tidak pernah di perintah oleh siapapun selain keluarganya mungkin.

"Kalau begitu aku akan suruh Leona membantu mu, apa kau sudah makan?" tanyanya lagi dan aku menggelengkan kepalaku lemah. Dia kembali mendekatiku setelah menelpon pegawai wanitanya itu. "Aku ingin mengajak mu pergi makan diluar malam ini karena itu aku membatalkan satu pertemuan yang harus ku lakukan, tapi ternyata kau membuatku frustasi. Untuk apa kau keluar kalau juga tidak mendapatkan makanan, dasar bodoh !" Awalnya aku tersentuh mendengar dia membatalkan pekerjaannya malam ini untukku, tapi kemudian dia menghina ku 'bodoh' dasar pria kaya kurang ajar.

"Aku bukan bodoh, aku bergegas ke area gedung itu agar kau bisa menemukan ku."

"Kau pikir aku punya radar tersendiri untuk mencari mu? kau harus berpikir logika Rose."

"Karena aku berpikir logika makanya aku kesana," kataku tak mau kalah darinya.

"Oke cukup baiklah, aku sudah tahu logika mu seperti apa sekarang dan aku peringatkan jangan pergi kemanapun tanpa orang yang akan aku tugaskan mengawal
mu." Aku ingin menjawab lagi, tapi dia sudah berdiri ingin membukakan pintu kamar ini, sepertinya Leona sudah datang. Benar saja, aku melihat Leona masuk kedalam kamar ku membawa kotak yang aku tebak adalah tempat obat-obatan.

Saat Leona didalam kamar aku tidak melihat adanya Aidan disekitar ku, mungkin pria itu sedang di ruangan lain. Ya, kamar ini memang memiliki beberapa ruangan layaknya seperti apartemen. Setelah selesai memberikan plaster kepada kedua tumitku, Leona pamit pergi dan aku berterima kasih kepadanya. Aidan kemudian masuk kedalam kamar, di tangannya sudah ada nampan. Diletakkannya nampan itu ke atas nakas tepat disebelah tempat tidurku.

"Kau makanlah lebih dulu, aku ingin mandi." Aku mengangguk, kemudian aku tersadar Aidan mengambil jubah mandi dari lemari yang ada didalam kamar ini.

"Aidan kenapa kau mengambil jubah mandi di lemari itu?" pertanyaanku membuat dia menautkan kedua alisnya, Pria ini masih saja tidak memiliki ekspresi lain di wajahnya itu.

"Menurut mu aku harus ambil dimana?" tanya dia balik dan aku baru tersadar kalau sedari tadi memang Leona dan Andres terlihat membawa koper kami berdua kedalam kamar ini. Seketika kepalaku langsung pusing, aku memang sudah pernah tidur bersamanya bahkan lebih dari sekedar tidur tetapi untuk kembali dengan sadar satu kamar dengannya aku tidak mau.

Aku membawa nampan makanan ini keluar, lebih baik aku tidur di sofa didepan tv sana daripada tidur didalam kamar ini. Aku makan dengan lahap, makanan hotel ini enak entah apa nama masakannya tetapi pas dilidah ku. Aku sudah membawa selimut tebal dari dalam kamar tadi, dan aku akan beralasan kalau aku mau menonton tv agar Aidan tidak curiga kalau aku tidak mau tidur satu tempat tidur lagi dengannya. Aku menutup mata menghadapi keadaan serba salah ini. Sejujurnya aku sendiri bingung harus menghadapi Aidan dan bersandiwara seperti apa.

Aku tidak ingin munafik kalau aku terpana dengan hidup serba mudah yang aku jalani saat ini bersama Aidan, pria ini super kaya dan semua jadi mudah untuk ku, tidak perlu memikirkan uang makan dan juga tempat tinggal, untuk pekerjaan aku akan mendapatkannya nanti di Paris sesuai dengan yang Aidan katakan saat pertama mengajak ku ke kota itu. Saat aku melamunkan semua hal yang telah aku lalui beberapa waktu ini bersama Aidan, pria itu muncul dengan kaos putih polos yang mencetak bentuk tubuh sempurnanya sebagai seorang Pria. Dia memegang satu handuk yang dia gunakan untuk mengeringkan rambut.

"Honey, kenapa tidak beristirahat dikamar?" Ya Tuhan panggilannya kepadaku kenapa terasa sangat menggelikan... tetapi aku suka. Astaga aku bahkan kelu untuk menjawab pertanyaannya tadi. "Rose. Hon," panggilnya lagi dan aku yang kesal melemparkan bantal sofa kepadanya.

"ROSE!" pekiknya mungkin terkejut karena aku melemparkan bantal cukup kuat mengenai wajahnya.

"Jangan panggil aku honey lagi!" perintahku padanya, dia terdiam kemudian tertawa. Apanya yang lucu? pikirku dan sekarang seenaknya dia duduk disamping ku. "Aidan jika lelah pergilah ke kamar, aku akan menyusul."

"Kenapa? aku ingin disini."

"Aku masih mau menonton, kau bisa tidur lebih dulu."

"Kau bisa menonton didalam kamar hon," katanya lagi dengan kata 'sayang' aku ingin menatapnya tapi tidak kuduga wajahnya sangat dekat denganku saat ini. Hidung kami bahkan bersentuhan. Oh...Aidan ini sangat suka membuat jantungku berdetak tidak karuan seperti sekarang, dia sungguh tampan. Bola mata biru terang yang dia miliki menenggelamkan ku, dan aku rela tersesat disana sepertinya.

"Hon," katanya lagi dan kini satu tangannya mengusap bibirku dengan lembut "Izinkan aku memanggil mu honey Rose," ucapnya kemudian memagut bibir ku dalam. Aku belum menutup kedua mataku, masih berpikir kenapa rasanya selalu seperti ini setiap Aidan menyentuhku. Baik sentuhan fisik maupun ketika bibir kami saling bertaut seperti ini, rasanya sungguh membuat semua saraf tubuhku meremang dan ini begitu indah.

Aku bagai mendengar musik, dan perutku tergelitik dengan sendirinya. Menyadari aku hanya diam, Aidan melepaskan pagutannya menatapku hingga mata kami saling bersisihan. Aku terpana, dan aku cukup menyadari aku juga menginginkannya. Satu tangannya menyentuh wajahku, dia tersenyum. "Kau sangat manis sayang," katanya lagi dan kini dia sudah dengan santainya mengambil ponsel untuk memesan makanan. Aku masih setia memandangi semua gerak-gerik Pria kaya yang diberi Tuhan untuk menjadi penghibur hidupku yang sulit ini. Namun, pertanyaannya sampai kapan Pria kuda putih tampan yang kini ada di samping ku ini berada?

Bersambung...

Aku mulai up date rutin kalau komentarnya rame...jadi silakan kalian ramekan ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang