Prolog

41 1 0
                                    

Bersama membuat semuanya terasa lebih menyenangkan.

Bersama membuat semuanya terasa lebih nikmat.

Bersama membuat semuanya terasa lebih ringan.

Bersama membuat semuanya terasa lebih hemat.

Bersama membuat semuanya terasa lebih seru.

Bersama membuat semuanya terasa lebih bahagia.

Bersama membuat semuanya terasa lebih haru.

Bersama membuat semuanya terasa lebih mensyukuri nikmat dunia.

Bersama membuat semuanya terasa lebih melegakan.

Bersama membuat semuanya terasa lebih romantis.

Bersama membuat semuanya terasa lebih bebas tanpa tertekan.

Bersama membuat semuanya terasa lebih gereget dengan pikiran kritis.

Tapi, apa kebersamaan itu selalu ada?

Apa tidak apa-apa jika terus bersama?

Sampai kapan kita berjalan bersama?

Apa nanti perjalanan akan lurus?

Atau justru terpecah menjadi beberapa bagian untuk mencari jalan yang benar?

Sebenarnya, apa arti dari kebersamaan itu sendiri?

|||

08:56

Dari atas bukit, tepatnya di pinggir pembatas berdiri seorang gadis yang memakai seragam putih biru tidak lengkap sedang menikmati pemandangan kota kelahirannya.

"Kenapa di sini nyaman banget, sih?" monolognya sembari menatap satu-persatu dua belas gedung pencakar langit yang ditutupi kabut tipis. "Suasana di sini memang nggak pernah gagal."

For you information, kata almarhum ayahnya, gedung-gedung itu sudah ada sebelum dirinya lahir. Jadi, tidak terkejut jika matanya lebih banyak melihat gedung dan juga bangunan-bangunan kecil di bawahnya.

Tangannya perlahan menyapu bulir-bulir air di atas pembatas karena memang satu jam lalu turun hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Jadi, tidak aneh jika hawanya sedikit lebih dingin dari biasanya.

Pepohonan saling bergesekan akibat terpaan angin yang kadang bisa kencang, kadang sedang, namun juga kadang tidak ada sama sekali.

Gadis berponi yang dengan warna rambut Coffee itu meloncat lalu duduk tepat di atas bangunan berbahan semen yang lebarnya hanya dua jengkal tangan anak usia lima tahun dengan sungai berbatu yang terpampang jelas.

Dua kaki yang dibalut sepatu converse hitam berpolet putih dibiarkan menggantung, sedangkan tubuhnya duduk tanpa rasa merinding atau takut.

Sebenarnya kalau jatuh tidak langsung menghantam batu sungai, sebab di bawah kakinya saat ini ada pohon-pohon besar tumbuh. Dan, kalau jatuh bisa langsung memegang dahan pohon atau tanaman rambat yang menginang di pohon tersebut.

Baginya, saat-saat yang paling nikmat adalah saat di mana dia sendirian sambil menikmati pemandangan luar biasa yang sangat memanjakan mata. Jadi, dia tidak rugi membolos sekolah hanya untuk menyendiri di sini.

Tak sadar, senyum simpul terlukis dengan indah di bibir gadis itu. Jika, dipikir-pikir akhir-akhir ini dia sering melamun ketika kesepian melanda dirinya secara fisik maupun batin.

Pernah merasa kesepian padahal keadaan sedang ramai tapi seperti tidak ada yang perduli?

Jika iya, maka itu yang dirasakannya.

Beberapa menit kemudian, datang empat remaja laki-laki yang juga memakai seragam SMP dengan seragam atas dikeluarkan tanpa ada dasi yang menggantung di kerahnya.

"Siapa tu cewek?" tanya salah satu dari mereka yang kulitnya paling putih. Di jari telunjuk serta jari tengahnya ada cincin berbentuk lumba-lumba.

Sedangkan tiga yang lainnya menghendikkan bahu, mereka juga tidak tahu siapa gadis itu.

"Kalau mau bunuh diri, ya, bunuh diri saja. Gitu saja susah banget!" cibir remaja laki-laki yang ditangannya memegang buku tebal warna abu-abu.

"Bagus sih kalau lo bunuh diri, beban keluarga lo jadi berkurang," tambah remaja laki-laki yang tubuh atasnya dibalut hoodie berwarna hitam dan dibagian tudungnya ada hiasan telinga kucing.

"Cepat loncat gih sana! Lo merusak pemandangan kita!" Laki-laki yang membawa laptop serta headset yang melingkar di kepalanya juga tidak mau kalah.

Sang gadis yang mendengar suara dari belakang tersenyum makin lebar, tapi tetap tidak berhasil menampakkan deretan giginya. Tiba-tiba saja satu ide terlintas di pikirannya.

Tanpa menoleh atau melirik, gadis berponi tipis itu dengan cepat bangkit merubah posisinya dari duduk ke berdiri. Tubuhnya berdiri tegap, bahkan angin pun tidak bisa mengecohnya.

8, 5, 1, 10, 16, 16, 10, 20, 2, 9, 5, 12, 14, 23, 4, 18, 9, 14, 13, 20, 7, 18, 9, 13, 14, 11, 16, 15, 12, 8, 19, 9, 18, 26, 2, 12, 15, 22, 5.

Tita in Human SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang