Chapter 14 - Dinner

12 2 0
                                    

18:34

Perubahan rencana, acara masak-masak mereka jadinya diadakan di atas bukit, karena kata Nano di rumahnya sedang ada pertemuan bisnis rekan kerja orang tuanya. Kan, kalau sibuk sendiri di dapur rasanya tidak sopan.

Nano membawa bahan yang dibeli tadi sore, membawa satu kompor untuk memasak dan satu es batu berukuran cukup besar.

Nilo membawa karpet bulu-bulu supaya bisa menghangatkan tubuh yang sejujurnya sangat disayangkan karena digelar di atas rumput dan termos besar berisi air panas.

Teiga membawa panci, lima gelas yang terbuat dari kristal, dan penggorengan yang dilapisi emas tiga puluh empat karat.

Nadi membawa cangkir yang di setiap sisinya dilapisi emas serta batu berlian warna biru dan tabung gas organik.

Sedangkan Tita sendiri membawa alat yang wajib ada saat mereka kumpul-kumpul seperti ini, yaitu baskom beserta sendok, garpu, dan sumpit.

Sedikit informasi, kenapa harus menggunakan baskom jika ada piring atau mangkuk? Karena kalau mereka masak selalu dalam jumlah yang cukup besar sebab nantinya yang makan itu lima orang, jadi kalau pakai piring atau mangkuk tidak akan muat. Dan, kalau makan sendiri-sendiri rasanya tidak senikmat makan dalam satu tempat.

"Nih cobain. Ini menurut gue sih udah manis, tapi kayaknya lidah cewek lebih tajam." Nilo yang tugasnya membuat minuman memberikan seperempat gelas minuman hangat rasa choco cheese pada Tita." Sembari tangan menerima sodoran gelas kosong.

Gadis itu mengecapkan lidah, membiarkan indera perasa miliknya bekerja. "Tambahin air dikit, dikit aja sampai batas tutup." Setelah itu kembali mengaduk-aduk penggorengan berisi ceker ayam yang sudah direbus dan sosis ayam yang sudah digoreng juga sembari menahan sakit di dada melihat emas di depan matanya bersentuhan langsung dengan api.

Teiga mengibas-ngibaskan satu tangannya, mencoba untuk menghirup aroma makanan yang amat menggugah seleranya. "Dari aromanya aja udah pedas banget anjir, apalagi rasanya. Di, lo kasih berapa cabai tadi?" tanyanya pada Nadi yang bertugas mengulek bumbu.

"Empat puluh ada kayaknya. Soalnya, 'kan, tadi cekernya banyak banget, sekalian aja masukin semua." Sekarang, dia sedang beres-beres bahan dan barang yang tidak perlukan lagi, jadi nanti kalau sudah waktunya pulang tinggal pulang.

Teiga tadi sudah merebus dan menggoreng sosis, jadi saat ini dia hanya memperhatikan satu-satunya gadis di sana yang sedang memasak.

"Udah belum, Tit?" tanya Nano, dia sudah siap dengan panci berisi air panas yang nantinya akan digunakan untuk merebus makanan yang wajib ada kalau mereka sedang kumpul.

Apalagi kalau bukan mie instan goreng.

"Udah nih," balas Tita sembari mengangkat penggorengan menggunakan lap menjauhi kompor lalu memasukkan isinya ke dalam baskom merah. "Tutup pancinya, biar mendidihnya cepat."

"No, rebus mienya cepetan dikit, keburu ceker sama sosis merconnya dingin," ujar Teiga sudah tidak sabar untuk menyatap makanan.

Harusnya sih bisa saja makan ceker dan sosisnya dulu, tapi seperti biasa mereka menunggu semua selesai baru makan. Itu sebabnya makanan yang bisa dikatakan masih enak dimakan bahkan saat dingin dimasak lebih dulu, selain itu untuk menghormati dan menunggu yang masak.

|||

18:38

Nano memasukkan semua kerupuk pedas ke dalam baskom biru sebagai toping setelah memasukkan dua bubuk cabai lalu mengaduknya sampai rata dengan mie goreng yang dimasak setengah matang. Mie yang pada dasarnya sudah memiliki cita rasa pedas makin pedas lagi.

Tita in Human SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang