Chapter 09 - Mask II

9 1 0
                                    

Bibir Teiga maju beberapa senti, tidak habis pikir dengan sang sahabat yang tidak menyadari kedatangannya.

Laki-laki bermata hijau emerald itu membanting helm super mahal yang baru dia beli beberapa bulan lalu.

Brak!

"KALIAN PADA GILA ATAU GIMANA SIH?!"

Mulut Tita ternganga, kakinya spontan berjalan ke arah Teiga lalu memungut helm berlapis emas. "Ini mahal bego! Kenapa lo banting-banting?! Lagi gangguan jiwa lo, ya?!" Sembari mengelus-elus benda hitam tersebut.

"Gue orang kaya, jadi bisa beli lagi. Kalau lo mau, ambil saja."

Di sisi lain, Tita ingin sekali menampol wajah Teiga, tapi di sisi lain juga dia kegirangan karena laki-laki itu memberikan benda mahal. "Beneran?"

Yang ditanyai mengangguk. "Iya, itu helm paling murah. Gue beli di Prancis cuma sekitar lima puluh juta."

Apa?! Lima ratus juta dia bilang 'cuma'?! Wah, fiks Teiga nggak bisa hitung-hitungan.

Teiga berkacak pinggang setelah mengingat apa yang akan dia katakan. "Aaarrgghh! Kenapa jadi bahas helm sih?! Kenapa kalian ke rumah Tita nggak ngajak-ngajak?!"

"Lah, lo sendiri kok tahu kita di sini?" sambar Nilo.

"Gue dapat nontifikasi kalau kalian bertiga keluar dari zona teritorial!"

"Wah, lo nyadap hp kita, ya?!" Nadi bangkit tidak terima.

Teiga menarik kepala, merasa tersinggung karena dituduh secara langsung. "Lah, emang kerjaan Anonymous kayak gue itu apa kalau nggak nyadap, ngerampok, ngehack, dan keluar masuk web atau aplikasi terlarang ? Nukang? Laundry? Enggak, 'kan?!"

"Udah berapa lama lo mengintai hp kita?" tanya Nano mengintimidasi.

Teiga memasang wajah serius sembari mengetuk-ngetuk kepalanya. "Kalau kalian bertiga sih kayaknya udah mau empat tahun, sedangkan Tita hampir tiga tahun ini. Kenapa?"

Nilo memegang bahu Nano yang masih duduk di sampingnya, mengelusnya beberapa kali sampai sudah merasa minyak di tangannya hilang. Yang dielus bahkan belum sadar kelakuan bejat sang sahabat.

"Kenapa?! Kenapa?! Itu lo namanya melanggar privasi orang!"

"Bukan weh! Itu namanya menjaga! Kalau ada apa-apa sama kalian, gue bisa langsung datang!"

"Udah! Jangan pada berantem! Nggak enak tahu kalau dilihatin tetangga!"

"Lo mana punya tetangga, kanan kiri lo saja kebon," sela Nilo memasang watados.

"Ah, pokoknya jangan berantem! Ini udah malam, nggak enak sama mahluk yang lain. Toh di hp kita juga nggak ada apa-apa."

Hmm. Entah kenapa mereka bertiga mematung terdiam ketika Tita mengatakan kalimat itu. Seolah apa yang dikatakan salah.

Diam-diam tanpa sepengetahuan Tita tapi diketahui Nilo, Nano, dan Nadi, Teiga menyunggingkan senyuman yang sangat menakutkan serta lebar seperti di film Joker.

|||

20:00

Seperti biasa, kalau udah kenyang enaknya rebahan. Nah, itulah yang saat ini dilakukan oleh Nadi, Teiga, Nano, dan Nilo termasuk Tita. Saat ini mereka sedang berbaring di atas karpet yang digelar tepat di depan rumah menghadap angkringan supaya kalau ada yang beli bisa langsung dilayani.

"Jualan sampai jam berapa?" tanya Nadi memecah keheningan di antara jangkrik-jangkrik tanpa beralih dari buku di tangannya.

Maklumlah, mereka dari tadi sudah banyak cerita, jadi sekarang kehabisan bahan.

Tita in Human SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang