Chapter 02 - Pengumuman

7 1 0
                                    

06:50

Bersusah payah Tita keluar dari kerumunan setelah berhasil menemukan nama serta kelas barunya yang dipajang di mading sekolah.

Ke dua tangannya menengadah sambil memasang wajah melas. "Ya Allah, semoga saya nggak ketemu orang-orang aneh lagi." Mengusapkan ke wajahnya.

|||

Brugh!

"Duh, matanya dijepit di ketiak apa gimana sih? Kan, gue duluan yang mau masuk!"

Tita sontak menoleh ke sumber bacotan tadi, matanya membelalak sempurna melihat setan berkerudung di depannya.

"Lo, lagi?!" Serunya bebarengan dengan siswi berjilbab kemarin yang di antrian audisi mencari uang.

Memang benar, dunia ini sangat sempit sampai Tita harus bertemu dan berurusan lagi dengan siswa menyebalkan itu.
Padahal semalam dia tidak mimpi buruk, tapi ini kenapa harinya sangat buruk?

"Ngapain lo di sini?" Tita menjauhkan badannya.

"Nguli! Lo pikir gue udah cantik-cantik pakai seragam mau ngapain?!" Siswa itu tidak berubah, tetap saja tidak mau mengalah.

"Jadi pelacur bisa, 'kan? Lagipula, jaman sekarang banyak kok yang kerja gituan. Nggak usah malu kali, kalau badan gue bagus juga gue mau."

"Astagfirullah haladzim ...." Mengelus dada. "Mending gue ngomong sama enceng gondok daripada sama kemoceng kusut kayak lo!"

"Dih! Siapa juga yang mau ngomong sama listrik batangan kayak lo!" Gadis berponi tipis itu sedikit meninggikan suaranya saat sang lawan bicara sudah berlalu.

Tapi, tak lama kemudian dia juga masuk ke dalam kelas dengan mata terus menjelajah melihat hanya tersisa beberapa bangku kosong. "Duduk sama siapa, ya? Gue nggak jago bergaul lagi. Satu-satunya murid SMP gue yang sekolah di sini, 'kan, cuma gue." Ada sedikit nada sombong di akhir kalimat.

"Apa lihat-lihat?! Mau gue colok pakai tiang listrik?!" bentak siswi itu menatap sinis ketika Tita berdiri di depannya.

"Boleh duduk satu bangku sama lo nggak? Gue nggak ada teman soalnya."

"Nggak!" jawab siswi di depan Tita angkuh serasa menjadi bos.

Singkat, padat, dan jelas.

Sang gadis yang ditolak mentah-mentah berkacak pinggang lalu membanting tote bagnya di meja yang berseberangan dengan siswi itu.

"Okay! Gue pastikan lo bakalan nyesel nggak duduk sama gue!"

Siswi itu juga ikut bangkit, tidak lupa pula memasang wajah garang. Tapi sebelum mengamuk balik, terdengar suara dari central kelas.

"Pengumuman untuk seluruh siswa dan siswi SMU Semua Bisa, diharapkan segera ke lapangan utama karena sebentar lagi akan diadakan apel pembukaan tahun ajaran baru!"

"Sekali lagi untuk-"

"Udah dengar! Kita nggak budek!" sela siswi perempuan itu kalut dalam emosi.

"Kalau sudah mendengar, kenapa masih berantem?!"

"Enggak berantem, cuma adu public speaking saja."

|||

07:15

"Baik anak-anak, terima kasih atas partisipasinya karena kalian sudah mengikuti MPLS dengan baik dan benar." Susanto, kepala sekolah berpidato di atas mimbar warna biru setinggti dua meter.

"Saya yakin para OSIS yang bertugas kemarin memberi kalian misi yang sangat menyusahkan, karena memang hidup pihak OSIS juga sangat menyusahkan."

Ketika laki-laki setengah baya itu tertawa renyah, para murid di sana malah tidak bisa diajak kompromi. Alhasil yang terdengar hanya suara jangkrik buatan dari salah satu siswa dan tawa Susanto.

Tita in Human SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang