Chapter 13 - Chek

5 1 0
                                    

Zeika menegakkan dirinya ketika lima meter ke depan melihat orang yang dia tunggu selama hampir seperempat jam baru saja datang, padahal orang itulah yang menyuruhnya ke parkirab mobil di waktu jam pelajaran berlangsung.

"Kenapa lama banget sih? Aku tuh nungguin kamu dari tadi!"

Nano yang baru saja datang dan mendapati gadis di depannya menggelendot manja langsung melepas paksa tangan lain dari tangannya.

"Loh, kenapa? Bukannya kamu nyuruh aku ke sini itu untuk membahas masalah petisi?"

Kenapa ni orang bisa tahu? Perasaan dari tadi gue belum ngomong apa-apa? batinnya dalam hati.

Gemas sendiri rasanya melihat sang pujaan hati melirik-lirik ke sekitar seolah curiga kalau ada apa-apa. "Tenang, aku nggak melihara jin kok. Cuma jenglot nyokap suka ngintilin aku."

"Lo nggak ingkar janji soal lo yang datang ke sini sendiri, 'kan?"

"Enggak, kok. Aku orangnya, 'kan, lemah lembut dan tidak jahat."

"Niatan gue ketemu sama lo emang karena petisi itu," jujur Nano.

Rencana ini harus berhasil dengan cepat, karena waktunya sudah hampir habis. Petisi milik Nano sudah sembilan puluh delapan persen, sedangkan petisi milik Zeika sudah sembilan puluh sembilan persen.

"Tapi sayangnya, aku nggak mau ngehapus atau batalin kalau kamu ngelakuin itu buat, Tita," ungkap gadis berambut panjang curly itu, sembari melipat tangan di depan dada, menatap angkuh.

"Sekalipun gue nawarin lo hal yang sangat berharga, diidam-idamkan semua wanita di dunia, dan yang nggak akan pernah lo lupakan?"

Perlahan ke dua tangan Zeika melonggar sampai akhirnya kembali mendampingi paha putih nan mulus miliknya. "Maksud lo?"

Gerakan cepat Nano yang tidak pernah dia duga sebelumnya berhasil membuat gadis berseragam ketat dengan dua kancing terbuka itu goyah lalu terpojok di pilar yang tadi dia buat sandaran.

Matanya mengerjab beberapa kali menatap dua bola mata tajam bak mata elang di depannya. Bahkan saat setengah wajah Nano yang tertutupi oleh masker hitam, tetap tidak mengurangi kharisma serta ketampanannya.

Keadaan yang sepi tanpa adanya orang, memungkinkan Nano mendengar detak jantung Zeika yang sudah tidak karuan.

"Sekarang lo nggak bisa ke mana-mana."

Cukup mendengar satu kalimat yang keluar dari bibir Nano saja berhasil membuat siapa saja merinding, apalagi Zeika yang tubuhnya tidak bisa ke mana-mana karena Nano mengurungnya dengan ke dua tangan.

Untuk melancarkan aksinya, laki-laki bermarga Na yang dia dapat dari ayahnya itu menaik turunkan satu alis sebelum ke dua tangan terulur untuk mendekatkan bibirnya dan bibir gadis di depannya yang kurang dari satu senti akan bersentuhan.

"Itu kalau lo mau ngalihin anak-anak dari petisi lo ke petisi gue tanpa sepengetahuan kepala sekolah," bisiknya dengan nada super seksi, membuat Zeika harus membuka mata padahal tadi dia sudah percaya.

Nano yakin, Zeika tidak akan pernah menolak tawaran ini karena dia tahu kalau gadis itu sudah lama menyukainya.

Senyum smirk dari balik masker itu terlukis, kala Zeika memberikan ponselnya dengan sukarela. Hanya dalam hitungan detik jari-jari lentik nan putih itu berhasil mangatur apa yang tadi dikontrol dari balik layar.

"Thank you."

Setelah berterima kasih dan mengembalikan ponsel kepada sang pemilik, Nano memutuskan untuk menutup ke dua mata Zeika dengan tanganya selagi dia membuka masker lalu menempelkan bibirnya ke bibir ranum dan manis milik anak salah satu pemilik saham terbesar di sekolah.

Tita in Human SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang