MWD-part 1

266K 9K 301
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




“Sampai kapan Kamu sendiri terus, Nak?” tanya seorang Wanita paruh baya menatap anaknya khawatir. Sedangkan yang di tatap hanya menampilkan wajah datar.

“Kamu nggak ada niatan buat nikah, gitu?” sambung Wanita paruh baya itu.

“Ma, udah Arumi bilang, Arumi mau nikah tapi nggak sekarang, Ma.”

“Tapi sampai kapan Arumi?” kesal Wanita paruh baya itu menatap tajam anak Perempuan satu-satunya.

“Arumi itu baru berumur dua puluh dua tahun, Ma. Nggak papa kalau belum nikah, tapi kalau umur dua puluh lima tahun, ya, gitu.” Perempuan itu terus kukuh.

“Nah, masalah itu, Arumi. Kamu itu udah tua banget, Kamu mau jadi perawan tua?” Mata Perempuan muda terbelalak mendengar ucapan sang Ibu.

“Mama pengen punya anak jadi perawan tua?!” Perempuan itu menatap kesal pada Wanita paruh baya di hadapannya.

“Ya nggak mau lah!”

“Makanya Mama diem! Arumi mau fokus dulu sama karier Arumi buat Toko Kue Arumi sukses dulu, Ma,” ucapnya memelas menatap sang Ibu.

“Oke deal! Seminggu nggak dapat calon, Mama jodohin Kamu. Nggak ada penolakan!” ucap sang Mama tegas. Tentu saja Perempuan muda itu membulatkan matanya, bagaimana hanya dengan seminggu ia mendapat seorang calon suami? Bagaimana ia tidak menemukannya? Ibunya pasti menjodohkannya dengan anak teman ibunya.

“Nggak bisa gitu dong, Ma!” protes sang anak. Sang Mama mendelik.

“Terserah dong!” balasnya 'tak mau kalah. Lalu berjalan meninggalkan ruang tamu meninggalkan sang anak yang menatapnya kesal.

Dirinya sebagai Ibu tentu saja khawatir, anaknya belum mempunyai pasangan. Di umurnya yang masih dua puluh dua tahun memang wajar jika perempuan masih fokus pada kariernya. Tapi dirinya hanya khawatir, anak teman-temannya semua pada menikah. Hanya anak bungsunya yang belum nikah, kadang dirinya merasa iri melihat teman-temannya suka menggendong cucunya. Memang dirinya mempunyai anak selain Arumi, putrinya. Dirinya mempunyai dua anak, yang pertama adalah laki-laki. Tapi anak pertamanya di luar kota beserta istri dan anaknya. Ya, dirinya begitu kesepian. Ia ingin seperti Ibu-ibu yang lain, saat arisan dirinya bisa menggendong cucunya.

•••

Arumi Hania, gadis lajang berumur dua puluh dua tahun. Ia begitu kesal pada sang Mama yang terus memaksanya untuk menikah. Padahal menurutnya wajah jika dirinya belum menikah di usianya sekarang. Tapi, kenapa sang Mama begitu heboh. Dia bekerja di toko miliknya yang sudah ia rintis dari umur dua puluh tahun. Meskipun keluarganya termasuk jajaran orang kaya, namun 'tak menutup kemungkinan Arumi membuka usahanya sendiri.

“Ih, Mama! Gimana kalau belum dapet, lah, gimana mau dapet, orang dikasih waktunya cuma seminggu!” Arumi menutup wajahnya dengan bantal guna memendam rasa kesal pada sang Ibu.

Married With Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang