Dewa melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, sekarang ia akan menjemput Arumi di rumah mertuanya. Tanpa beristirahat, Dewa langsung menancap gas menuju kediaman mertuanya.Beberapa saat kemudian, mobil Dewa sudah masuk kedalam perkarangan rumah mertuanya. Dewa turun dan langsung masuk kedalam rumah yang pintunya terbuka setelah mengucapkan salam.
"Eh, Dewa. Kamu kapan sampai disini?" Runia memang tahu menantunya akan pulang hari ini.
Dewa menyalimi tangan Runia. "Tadi, Ma. Dewa langsung kesini untuk menjemput Arumi. Kata Mama Yessy Aksa menangis dari semalam, dan tidak berhenti."
"Jadi kamu memutuskan untuk pulang hari ini karena itu?"
Dewa mengangguk. "Iya. Ditambah Arumi baru keluar dari Rumah Sakit, Dewa tidak bisa fokus bekerja disana. Jadi memutuskan untuk pulang dan menyuruh Andre mengurus sisanya."
Runia mengerti dan menyuruh Dewa untuk segera menemui Arumi dikamar perempuan itu. "Arumi belum makan, mendengar kamu akan pulang, Arumi sangat bersemangat, sampai melupakan dirinya belum makan."
Dewa segera pamit untuk menemui istrinya. Pria itu membuka pintu kamar pelan, melihat istrinya tengah duduk selonjoran dengan tangan mengusap perut buncitnya. Empat bulan lagi buah hati mereka akan segera lahir, dan Dewa menantikan hari itu. Hari dimana ia menemani Arumi berjuang untuk melahirkan buah hati mereka.
"Arum." Arumi mendingak dan tersenyum manis melihat suaminya sudah ada dihadapannya. Perempuan itu memeluk suaminya erat. "Mau makan sate," rengeknya menduselkan hidung pada dada bidang Dewa.
Dewa mengangkat melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Ternyata sekarang pukul setengah delapan malam. Arumi belum makan, dan menginginkan Sate untuk teman makannya.
"Yasudah, kamu tunggu disini. Saya akan membelikannya sekarang." Arumi menggeleng cepat. "Aku mau ikut!"
"Ini sudah malam, Arumi. Tidak baik untuk kesehatan kamu dan baby. Bagaimana jika setelah pulang kamu masuk angin?" Arumi cemberut, Dewa melarangnya. Padahal ia beralasan ingin membeli sate agar bisa merasakan angin malam yang terasa sejuk.
"Aku mau ikut! Mas tidak boleh melarang! Aku memakai jaket, jadi tidak akan masuk angin!" Dewa memilih mengiyakan permintaan istrinya daripada masalah lebih panjang.
•••
Setelah sepulang dari membeli sate, Arumi melamun di balkon. Udara sejuk malam yang membuatnya rileks, sedikit memberinya kelegaan pada hati yang sedang gundah.
Arumi termenung sampai tidak menyadari Dewa dibelakangnya. Pria itu melingkarkan tangannya pada pinggang sang istri dan tidak lupa mengelus perut buncit itu.
"Ada apa? Kenapa melamun disini? Kamu tidak takut sakit? Hm?" Karena pikiran Arumi yang berkelana, dia tidak menghiraukan pertanyaan suaminya.
"Arumi, kamu tidak menjawab pertanyaan Saya?" Dewa menepuk pipi chubby istrinya pelan. Arumi terlonjak keget. "Ish! Jangan menepuk pipi aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Duda [END]
General FictionArumi Hania, korban dijodohkan Mamanya. Ia menikahi seorang duda yang mempunyai seorang anak berumur dua bulan. Saat anak tirinya menangis, Arumi mencoba menyusui, dan ternyata ia bisa mengeluarkan ASI. Don't copy my story! start; 03-Maret-2022 fini...