Happy readyng.
Sorry kalau banyak typo.
Double up!Selepas pulang dari rumah Andre, Dewa terus saja melamun. Ia kepikiran tentang ucapan Andre yang mendadak memberi tahunya.
Dewa memijat pelipisnya dengan tangan kiri, dan tangan kanannya di pakai untuk memegang setir. Gerbang kediamannya terbuka, Dewa melihat ada dua mobil hitam yang bukan milik orang tuanya.
Memarkirkan mobil di garasi khusus mobilnya, Dewa lekas turun dari mobil dengan membawa satu kantong plastik sedang yang berisi beberapa kantong bakso yang tadi ia beli di jalan.
“Pak Satpam, di rumah ada siapa?” tanya laki-laki beranak satu itu kepada Satpam yang habis keluar dari samping pintu rumahnya yang terhubung dengan dapur.
“Ouh, itu ada Mas Dirga sama Mbak Yuni,” jawab laki-laki paruh baya itu, menjawab dan langsung pamit untuk ke pos.
Dewa langsung masuk ke dalam rumah dengan pikiran menuju Dirga dan Yuni, adik Papa Dewo datang kesini. Dari ruang tamu, ia melihat keluarga adik Papanya sedang duduk di sofa tengah mengobrol dengan orang tuanya. Matanya menatap sekliling mencari istrinya, namun matanya 'tak menangkap kehadirannya. Ia bernafas lega ketika istrinya tidak ada disana. Ia hanya tidak mau istrinya diganggu oleh Keyra, anak Tantenya. Dewa mengetahui Keyra sangat menyukainya dari dulu sebelum Dewa menikah dengan Teresa, istri pertamanya. Dewa takut Keyra berbicara macam-macam pada Arumi yang selalu ditanggapi serius oleh istrinya, dan berpikir macam-macam tentang dirinya.
Salah satu dari mereka menyadari kehadiran Dewa yang masih berdiri dekat ruang tamu. Keyra, orang pertama yang menyadarinya.
“Eh, Kak Dewa.” Perempuan berjarak empat tahun dibawahnya menghampirinya dengan wajah berbinar. Semua orang menoleh kearah Dewa yang sekarang berjalan menyalimi mereka satu-persatu.
“Dewa, duduk dulu,” ujar pria paruh baya ketika melihat Dewa berjalan menuju dapur dengan sekantong plastik sedang. Dewa menggeleng. “Maaf, Om. Dewa mau panggil istri Dewa dulu.” Sedangkan Keyra keluar rumah entah melakukan apa.
“Yasudah, panggil istrimu. Om belum pernah melihatnya, maaf karena tidak menghadiri pernikahan kalian.” Dewa mengangguk lalu meneruskan berjalan menuju dapur untuk menyimpan bakso yang tadi ia beli.
“Bi, tolong tuang bakso ini ke dalam mangkok, ntar bawa ke ruang tamu. Bawa tujuh aja, sisanya Bibi sama yang lain makan.” Bi Inem mengangguk lalu melaksanakan perintah majikannya.
“Arum.” Dewa melihat istrinya sedang menyusui Aksa di sofa. Seketika Arumi menoleh melihat suaminya yang berdiri dekat pintu lemari. Dewa berjalan menuju lemari lalu membukanya.
“Ada apa, Mas?” tanya Arumi ketika melihat Dewa membuka lemari dan mengeluarkan beberapa pakaian santai, lalu berjalan ke arah walk in closet mengambil beberapa pasang setelan jaz.
“Saya mau keluar kota, melihat pekerjaan pembangunan proyek Mall di Bandung.” Laki-laki itu masih fokus menata pakaian ke dalam koper.
Arumi mendekat dengan Aksa yang masih digendongannya.
“Sini, biar Arumi bantuin,” tawarnya, Dewa menggeleng. “Nggak usah biar Saya, kamu lagi gendong Aksa, kasian ntar kedenpet.”
”Berapa lama Mas di Bandung?” tanya Arumi yang memilih duduk di pinggir ranjang melihat Dewa yang menresletingkan koper.
“Kata Andre, mungkin sekitar semingguan, tapi katanya gimana beres kerjaannya.” Arumi menghebuskan nafas, dia merasa canggung bila dirumahnya sekarang tanpa Dewa. Apalagi selama dua bulan menikah, Dewa belum pernah meninggalkannya pergi keluar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Duda [END]
General FictionArumi Hania, korban dijodohkan Mamanya. Ia menikahi seorang duda yang mempunyai seorang anak berumur dua bulan. Saat anak tirinya menangis, Arumi mencoba menyusui, dan ternyata ia bisa mengeluarkan ASI. Don't copy my story! start; 03-Maret-2022 fini...