Happy Readyng!
Jangan lupa Vote-nya, Kak.
Mereka membuka pintu dengan pelan, saat membuka pintu terdengar suara tangisan bayi nyaring. Disana terlihat Mama Yessy sedang menggendong Aksa sambil mengayunkannya pelan berharap sang cucu berhenti menangis.
“Ma.” Mama Yessy menoleh mendengar suara putranya. Ia melihat anaknya bersama menantunya sedang berjalan mendekat ke arahnya.
“Wa.” Mama Yessy berjalan mendekat menyerahkan Aksa pada gendongan putranya. Biasanya Aksa akan berhenti menangis jika berada di gendongan Ayahnya. Sesampainya di gendongan Dewa, bayi bukannya berhenti, malah semakin menjadi. Wajahnya memerah akibat menangis terus-menerus.
“Shut ... shut. Ini Ayah ....” Pria itu mengayunkan pelan, namun tetap saja bayi menangis, malah semakin keras. Arumi yang melihatnya tentu saja tidak tega, dengan berinisiatif ia meminta Dewa untuk menyerahkan Aksa padanya.
Awalnya Dewa ragu, tapi setelahnya ia membiarkan Arumi menggendong putranya. Ajaib, Aksa meredakan tangisannya, tapi wajah menghadap dada gadis itu, lalu mendekatkan wajahnya ke dada gadis itu.
“Rumi, kayaknya Aksa pengen susu,” ucap Mama Yessy saat melihat cucunya menghadap dad menantunya.
“Wa, coba ambilin susu Aksa di atas nakas,” perintah Wanita paruh baya itu yang diangguki anaknya. Setelah mengambil dot susu Aksa, pria satu anak itu menyodorkan dot pada mulut sang putra yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Aksa. Bayi malah menangis saat Ayahnya menyodorkan dot susu formulanya.
“Rumi, coba susui Aksa.” Entah mendapat ide gila dari mana, Mama Yessy menyuruh menantunya menyusui cucunya. Tapi entah kenapa dirinya yakin jika Aksa akan berhenti menangis jika Arumi menyusuinya.
“Ma!” protes Dewa tidak enak pada istrinya, tapi reaksi yang di tunjukan Arumi malah sebaliknya. Bagaimana rasa menyusui? Bagaimana kalau mencobanya dengan Aksa?
Arumi mengangguk. “Boleh, Ma. Coba aja dulu.” Dewa membulatkan matanya mendengar ucapan istrinya, kenapa ibu dan istrinya memikirkan ide gila tersebut.
“Yaudah, Arumi duduk di sofa dulu.” Mereka segera duduk di sofa ruangan. Arumi membuka satu-persatu kancing baju tidurnya, kebetulan dirinya tidak memakai bra. Dengan hati-hati Arumi menyodorkan satu payudaranya ke arah mulut anaknya yang langsung di lahap oleh Aksa. Ia merasa ada cairan keluar dari putingnya saat Aksa menghisapnya.
“Ma, kenapa ada cairan yang keluar.” Ucapan Arumi sontak membuat Mama Yessy mendekat, ia melihat payudara menantunya mengeluarkan ASI. Tentu saja ia tidak heran, karena dulu Runia juga pernah mengalaminya.
“Arumi, Kamu mengeluarkan ASI!” seru Mama Yessy yang membuat Dewa terkejut.
Bagaimana bisa perempuan yang menjadi istrinya bisa mengeluarkan ASI? Padahal perempuan itu belum pernah menyusui? Tapi, ada rasa senang hinggap di hatinya, Aksa tidak perlu meminum susu formula lagi, karena ada istrinya.
“Tapi, kenapa bisa, Ma?” Dirinya masih terkejut bisa mengeluarkan ASI.
“Bisa. Ntar Mama jelasin.” Mereka melupakan keberadaan Dewa yang merasa tububnya panas dingin, ia menatap dada sang istri dengan tatapan sulit diartikan.
“Arumi, Kamu mau menyusui Aksa?” tanya Mama Yessy ragu, pasalnya ia takut menantunyas menolak.
Arumi mengangguk antusias. “Boleh, Ma. Tapi, Mas Dewa?” Seketika Mama Yessy menatap putra tunggalnya. Yang ditatap hanya menampilkan senyum manis, ia menganggukkan kepalanya tanda mengizinkan.
“Nggak papa. Ntar Dewa coba periksa sama Dokter Ferdi.” Bagaimana pun dirinya harus melaporkan sesuati dulu sebelum bertindak kepada anaknya. Dokter Ferdi adala dokter yang menangani Aksa.
“Shh ....” Arumi mendesis saat Aksa dengan kuat menyesap putingnya dengan kuat. Ada sensasi rasa geli dan perih.
Dirinya masih tidak menyangka bisa mengeluarkan ASI. Mamanya pernah bercerita, beliau pernah menyusui anak tetangganya yang tidak bisa mengeluarkan ASI sebelum menikah.
Sangat lama Aksa menyusu, sampai akhirnya anak itu melepas putingnya. Mama Yessy menyarankan agar Aksa tidur dengan mereka, dan tentu saja mereka tidak keberatan.
Sekarang mereka sedang berada di kamar yang tadi. Dewa sedang merapihkam tempat tidur, mereka akan tidur bersama dengan Aksa yang berada di tengah.
Arumi menutup mata dengan tangan memeluk tubuh mungil Aksa. Matanya berat karena mengantuk dan lelah akibat acara tadi, tanpa sadar dirinya terlelap.
Dewa melihat mereka dengan pandangan haru, dirinya masih tidak menyangkan menikah untuk yang kedua kalinya. Ia merebahkan tubuhnya di sisi kanan lalu memeluk tubuh mungil anaknya.
•••
Oek ...
Oek ...
Arumi terbangun saat mendengar suara Aksa menangis, ia melihat Aksa yang sedang di gendong Dewa. Rupanya Dewa sudah bangun sebelum dirinya. Ia merasa kasihan pada suaminya, pasti setiap hari suaminya seperti itu, tanpa istri.
“Mas ...,” panggilnya serak. Dewa menoleh dan mendapati istrinya sudah terbangun, istrinya sedang duduk bersandar pada headboard dengan mata setengah tertutup dan tangan yang menutup mulut akibat menguap. Padahal jam masih menunjukkan angka dua dini hari. Yang dimana para sebagian orang akan beristirahat dengan tidur.
“Sini.” Arumi mengulurkan tangan, Dewa segera menyerahkan Aksa ke tangan istrinya. Dirinya yakin bahwa anaknya sedang merasa lapar dan haus.
Sesampainya Aksa di tangannya, Arumi membaringkan tubuhnya menyamping dengan Aksa di hadapannya. Ia membuka satu-persatu kancing baju tidurnya sampai terlihat payudaranya, ia mengeluarkan satunya lalu menyodorkan pada Aksa yang langsung di lahap oleh anak tirinya. Ia kembali menutup mata, membiarkan anaknya menyusu sepuasnya. Ia tidak memperdulikan Dewa yang kini menatapnya. Memelih menarik selimut sampai perut lalu menutup mata.
Dewa juga membaringkan tubuhnya di kasur dengan posisi membelakangi anak dan istrinya. Tentu saja dirinya adalah Pria normal, memiliki nafsu. Apalagi melihat payudara istrinya. Jika saja mereka saling mencintai, mungkin Dewa akan menerjang perempuan yang menjadi istrinya.
Adzan subuh berkumadang, Dewa terbangun dari tidurnya. Ia menguap beberapa kali, lalu mendudukan diri bersandar pada headboard mencari-cari handphone guna melihat jam, setengah empat lebih. Dewa menoleh ke kiri melihat anak dan istrinya masih tertidur pulas, dengan anaknya yang masih menyusu.
Dengan hati-hati Dewa menepuk pipi Arumi. Berhasil, Arumi terusik, perempuan itu mengerjapkan matanya pelan. Ia menoleh pada suaminya yang kini menatapnya.
“Apa?” tanya Arumi serak khas bangun tidur.
“Udah shubuh, kita sholat,” ajaknya pada sang istri yang di balas anggukan kepala. Arumi melepaskan putingnya dari mulut anaknya dengan pelan-pelan takut terbangun dan mengganggu waktu sholatnya.
Setelah berhasil, Arumi turun dari kasur menuju kamar mandi untuk berwudhu. Sedangkam suaminya sudah selesai berwudhu dan tengah menggelar sajadah. Untung saja Hotel keluarga Nugraha menyediak fasilitas seperti ini.
Selesai berwudhu, Arumi segera memakai mukena yang sudah di siapkan suaminya. Ia menatap heran ke arah suaminya yang kini menatapnya seperti tengah ... menunggu.
“Saya imami.” Seolah mengerti tatapan sang istri, Dewa segera berbicara. Arumi mengangguk, akhirnya mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah. Selesai, Arumi mengulurkan tangannya pada suaminya yang di balas uluran. Ia mencium tangan suaminya takzim, melepas, namun kejadian selanjutnya membuat dirinya terkejut. Dewa mencium keningnya. Sungguh jantungnya berdebar, baru pertama kali dirinya merasakan ini dengan laki-laki lain, kecuali Papanya.
Buru-buru Arumi menetralkan rasa terkejutnya. Ia langsung membereskan peralatan sholatnya. Mereka akan langsung pulang ke kediaman keluarga Nugraha. Semua kebutuhannya sudah di kirimkan oleh Mamanya tadi.
[B E R S A M B U N G]
Jangan lupa Vote-nya, Kak.
Cianjur, 05-Maret-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Duda [END]
General FictionArumi Hania, korban dijodohkan Mamanya. Ia menikahi seorang duda yang mempunyai seorang anak berumur dua bulan. Saat anak tirinya menangis, Arumi mencoba menyusui, dan ternyata ia bisa mengeluarkan ASI. Don't copy my story! start; 03-Maret-2022 fini...