Jangan lupa Vote-nya, Kak.
Sorry kalau masih banyak typo.Happy Readyng
“Mas, jadi berangkatnya?” Dewa menoleh ke arah istrinya yang sedang duduk di kursi meja rias, mengoles krim malamnya.
“Iya,” jawabnya tanpa menoleh.
“Mas berangkat sama siapa?” tanya Arumi berjalan mendekati Dewa yang sedang memastikan barang bawaannya tidak ketinggalan.
“Sama Andre, karyawan kantor, sama Keyra juga.” Arumi mengerutkan keningnya, Keyra ikut suaminya ke Bandung?
“Mbak Keyra? Emang Mbak Keyra mau ngapai ke Bandung? Ikut Mas?” Dewa terkekeh geli melihat tatapan kesal milik istrinya, apalagi istri bertanya Keyra ke Bandung mengikuti dirinya.
“Nggak. Keyra punya Restoran, dia punya cabang di Bandung, sekalian kontrol katanya,” jelas Dewa takut membuat istrinya salah paham tentang dirinya.
“Ouh ....”
“Kamu nggak perlu khawatir, Keyra nggak akan rebut suami tampanmu,” canda Dewa yang dibalas pelototan mata oleh Arumi.
Arumi mendelik, berekspresi seolah ingin muntah mendengar ucapan PD suaminya. Sekarang ia baru mengetahui sifat suaminya yang sangat percaya diri.
“Yasudah, Saya pamit berangkat dulu.” Arumi menyalimi tangan Dewa dengan berat hati.
Cup!
Dewa mencium kening Arumi cukup lama, sedangkan perempuan itu hanya memejamkan mata menikmati kecupan suaminya.
“Jaga diri, jangan telat makan, apalagi sholat.” Dewa memperingati istrinya, takut-takut istrinya lupa makan atau ketinggalan sholat.
Dewa beralih mencium kening putranya yang tertidur di kasur. Begitu berat hati meninggalkan anak dan istrinya, ingin sekali dia tidak berangkat. Tapi, pekerjaannya membutuh dirinya.
“Boleh Saya cium bibir kamu?” Arumi menunduk menyembunyikan raut wajahnya yang memerah.
Dewa bertanya sekali lagi, “boleh?” Arumi mengangguk dengan kaku. Ia memejamkan mata ketika bibir suaminya mendarat di bibirnya. Cukup lama mereka berci***n, Dewa melepaskan tautannya, ia melihat Arumi menghirup oksigen dengan rakus serta wajah merahnya membuat dia gemaa sendiri.
“Hati-hati, Mas.” Dewa mengangguk lalu menggeret kopernya keluar kamar.
“Assamualaikum,” pamitnya pada sang istri.
“Wa'alaikumsalam.” Arumi berjalan mengikuti suaminya sampai teras, memastikan Dewa berangkat dengam selamat dan pulang dengam keadaan selamat.
•••
Hari pertama tanpa suaminya di rumah. Seperti biasa, selepas shalat shubuh, Arumi membantu Bi Inem memasak. Kali ini mereka memasak lebih banyak, mengingat Dirga dan Yuni belum pulang setelah keberangkatan anak dan keponakannya.
Arumi tidak perlu khawatir dengan Aksa, karena bayi itu masih tertidur. Tidak seperti biasanya yang sudah terbangun dan dijaga oleh suaminya.
“Mbak Rumi, sekarang mau masak apa? Kalau mau masak Tumis Kankung nggak bisa, soalnya Bibi belum belanja.” Bi Inem tahu istri anak majikannya selalu memasak Tumis Kankung tiap hari, makanan kesukaan Arumi.
“Bahan apa aja yang masih ada? Kita masak yang ada aja. Entar kita belanja, sekalian Arumi mau ikut.” Arumi menyahut sambil melihat-lihat bahan yang masih tersedia di kulkas.
Masih ada daging ayam, bayam, jagung, dan masih ada beberapa lagi. Arumi menyerahkan tomat dan cabai pada Bi Inem untuk diulek.
“Mbak Rumi mau ikut Bibi belanja?” tanya Bi Inem tidak yakin, pasalnya takut dimarahi majikanya, Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Duda [END]
General FictionArumi Hania, korban dijodohkan Mamanya. Ia menikahi seorang duda yang mempunyai seorang anak berumur dua bulan. Saat anak tirinya menangis, Arumi mencoba menyusui, dan ternyata ia bisa mengeluarkan ASI. Don't copy my story! start; 03-Maret-2022 fini...