pecah belah

69 10 10
                                    

"Lo ga mau gue anter? udah jam 2 nih, lo kan penakut Ji." ejek Bahiyyih.

Jihan mendengus kesal, ia memang penakut. Tapi di bawah kan ada banyak orang, dan suara tawa mereka juga masih terdengar sampai atas.

"Di bawah masih rame, gausah lah."

"Oke, hati-hati."

Gadis itu mengangguk dan segera turun ke bawah, saat sampai disana ia melihat banyaknya orang yang masih terbangun. Mereka sedang bermain abcd lima dasar, Jihan pun membungkukkan badannya ketika mereka menyapanya.

Kamar mandi rumah Yeji sebenarnya di lantai 2 juga ada, tapi Jihan memilih kamar mandi bawah karena ia juga haus. Dan kebetulan kamar mandi bawah berada di samping dapur bawah tangga.

"Gue merinding." ucap Jihan sambil mengelus tangannya.

Dengan berani Jihan memasuki kamar mandi, semuanya berjalan lancar. Saat ia hendak keluar, tak sengaja ia mendengar seseorang sedang berbicara. Menurut Jihan orang itu sedang telponan, ia sangat ingin keluar karena menguping itu tidak baik.

Namun saat hendak membuka pintu, tangannya menjadi lemas saat mendengar ucapan orang itu.

"Gue rasa ada yang curiga sama Giselle, lo juga curiga kan."

"Jihan?" lanjutnya dengan tangan yang hendak membuka pintu itu.

Badan Jihan menegang, pintu terus dibuka paksa namun orang itu tidak bisa membukanya karena ia menguncinya dari dalam. Kaki Jihan bahkan sudah melemas hingga gadis itu terduduk di lantai kamar mandi.

"Gue rasa lo ga bodoh Jihan."

Jihan meneguk ludahnya, tangannya gemetar dan lidahnya kelu untuk menjawab orang itu.

"Kalau mau selamat kayak Karina, lo harus nurut. Atau lo mau kayak Lia?"

Kepala Jihan seketika pusing saat mendengar nama Lia di ucapkan, ia melihat pintu berhasil dibuka dan menampilkan seseorang dengan senyumnya menyapa Jihan.

"K-kak—"

DUG!

Jihan pingsan, dan kepalanya membentur bak mandi.

"Good night, Jihan."

———————

Heejin yang sedang memakai masker wajahnya malam-malam karena insomnianya kambuh pun menjadi kaget karena suara teriakan seseorang dari bawah. Dengan cepat ia membangunkan teman sekamarnya dan mengajak mereka turun. Saat keluar kamar, ia melihat semua orang ikut keluar dan panik.

Di bawah dekat dapur sudah bergerombol orang disana, Heejin dan yang lain dengan segera mempercepat langkah mereka untuk melihat apa yang terjadi.

Mereka melihat tubuh Jihan yang berada dalam gendongan Hyunjin, muka gadis itu pucat dan ada darah yang mengalir dari kepalanya.

"Ha..."

Heejin menutup mulutnya, ia sangat terkejut melihat gadis itu. Sedangkan seseorang yang berada di tengah-tengah mereka sedang tersenyum tipis.

"Kok bisa dia kayak gini?" tanya Chaeyeon.

Jaemin yang duduk di dekat Jihan pun menoleh, "Kayaknya kepeleset sih, soalnya waktu ditemuin dia udah pingsan."

"Yang nemuin pertama siapa?" tanya Karina.

"Bahiyyih sama Wooyeon." tunjuk Jaemin kepada 2 orang gadis yang sedang membantu Yujin untuk membersihkan darah Jihan.

"Dia gapapa kan?" tanya Yeji hati-hati.

"Gapapa kok, cuma berdarah di dahi doang untung ga banyak."

Setelah selesai membalut dahi Jihan dengan kain kasa, Yujin mencoba untuk membangunkan gadis itu dengan mengoleskan minyak kayu putih di hidung Jihan.

Winter menguap karena mengantuk, dan tak sengaja melihat Eunbin yang tersenyum tipis ke arah Bahiyyih. Dan saat menolehkan pandangannya ke arah Bahiyyih, tatapan mata gadis itu berbeda dengan Eunbin. Karena ia terlihat seperti orang yang sedang menahan emosinya.

"Mereka kenapa?" batin Winter.

"Jangan ikut campur." desis Giselle tepat di telinga Winter.

——————

"Kata gue juga apa, mending kita cepet pergi dari sini." sentak Yuri, dirinya sudah sangat kesal berada disini.

"Tapi kita gabisa gegabah! yang kita bawa bukan cuma 1 atau 2 nyawa goblok."

Chaeyoung menatap tajam Yuri, sedangkan yang lain hanya diam tak mau ikut berbicara.

"Kan udah gue bilang disana kata akun berita yang terpercaya tuh aman!"

Yeji berdiri, "Lo bacanya kapan sih?" tanyanya.

"5 hari yang lalu."

Gadis itu menghela nafas, "5 hari yang lalu? terus sekarang gimana? masih aman?" lanjut Yeji.

"Gimana mau liat? listrik aja padam."

"Itu tau! makanya kita harus pikirin mateng-mateng." sela Chaeyoung kesal, sedangkan Yeji hanya menggeleng melihatnya.

"Ya santai dong! dikasih usulan dari 3 hari yang lalu ga dipikirin sama sekali. Giliran gini lo malah nge goblok-goblok in gue."

Melihat akan terjadinya adu mulut yang panjang, Somi segera berdiri dan mengajak Yuri untuk meninggalkan ruang tamu itu di ikuti Shuhua dan Hitomi di belakangnya. Sedangkan Chaeyoung yang hendak membalas ucapan Yuri pun tertahan oleh tangan Siyeon.

"Malah begini."

Jeno menghela nafas mendengar ucapan Jaemin, ia menatap semua orang yang ada disana. Sebenarnya ia setuju dengan Yuri untuk pergi dari sini sejak 3 hari yang lalu, namun bagaimana lagi, ia harus mengikuti ucapan teman-temannya dan saat itu suara Yuri kalah dengan Chaeyeon.

Renjun menatap mereka satu-persatu, "Terus gimana? ga mungkin kan kita disini terus, apalagi setelah kejadian Jihan."

"Karena gue yakin salah satu dari kalian ada yang terlibat sama kejadian ini." lanjut Renjun dalam hati.

"Mau gimana lagi, gue juga pusing. Bye."

Chaeyoung berdiri meninggalkan ruang tamu bersama Siyeon dan Eunbin yang menggandeng lengannya.

"Bangsat."

Nama : Choi Lia
Status : end.

Nama : Choi LiaStatus : end

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zombie prediction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang