Chapter 7

796 74 1
                                    

Port of Busan, pelabuhan tersibuk di negara ini, nampak lengang. Hanya beberapa orang yang sedang menunggu sebuah kapal dari Jepang bersandar. Kapal besar yang mengangkut ratusan kontainer itu merapat di sisi utara pelabuhan itu. Para awak kapal segera turun, setelah mengurus perijinan dan administrasi yang diperlukan. Mereka semua pergi menuju dorm yang disediakan untuk beristirahat.

Di sebuah gudang kosong di sisi barat pelabuhan itu, satu pasukan bersiap menunggu aba aba. Gudang yang digunakan sebagai markas sementara mereka tampak beberapa peralatan dan senjata dipersiapkan untuk operasi malam ini.

Kapten Song memusatkan perhatian pada Bunny yang sedang menyetel kamera dronenya. Drone berukuran mini tersebut terbang dengan sempurna menyesuaikan arahan tangan remote Bunny. Diperhatikannya layar monitor tampilan kamera tersebut. Diarahkannya drone tersebut ke beberapa titik. Dia menatap puas ketika tempat yang diinginkan terlihat sesuai harapannya.

"Kapten, mari bersiap." Ditolehkannya kepalanya ke Kapten Song.

Kapten Song mengangguk. Dilihatnya jam tangannya. Pukul 00.00 tepat. Pandangannya beralih ke pasukannya.

"Kalian menyebar ke tempat masing masing. Siaga dan tunggu instruksi selanjutnya."

"SIAP KAPTEN !!"

Pasukan bergerak sesuai perintah Sang Kapten. Sementara Bunny dan Kapten bergerak ke tempat yang mereka tentukan.

Waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Sebuah mobil box besar dan tiga buah mobil hitam berhenti di dermaga. Orang orang berpakaian hitam turun dari kendaraan itu. Mereka berpencar, sebagian bersiaga mengamankan daerah sekitar, sebagian lagi menaiki kapal besar. Mereka menelusuri deretan kontainer kemudian berdiri di depan kontainer besar berwarna biru, yang terletak di tengah kapal.

'Lima belas orang, enam orang berada di kapal, tiga orang di sekitar mobil box dan enam orang lainnya berpencar mengamankan sekitar mereka.'

Mereka membuka kontainer itu. Puluhan wanita berpakaian minim nampak ketakutan. Bagaimana tidak, di depan mereka berdiri lelaki bertampang garang dengan senjata api di tangannya. Setelah berjam jam terjebak di kapal besar itu dengan perasaan tak menentu akan nasib mereka.

"Keluar !"

Mereka keluar dari kontainer tersebut. Keadaan sekeliling yang gelap membuat mereka makin ketakutan. Tertatih tatih mereka mengikuti lelaki itu menuju ke sebuah mobil box besar.

"Cepat masuk ! Dan jangan berisik. Aku tak segan segan menembak jika kalian macam macam." Ancamnya.

Tangis tanpa suara menghiasi wajah mereka. Saling memeluk menenangkan satu sama lain. Berharap ada yang menolong mereka.

'Sembilan puluh lima wanita. Semua telah masuk ke mobil box itu.'

Sementara itu seorang lelaki lain memasuki kontainer itu. Di dalamnya telah dimodifikasi, ada semacam blower yang mengeluarkan oksigen sehingga meskipun berhari hari di dalamnya takkan kesulitan bernafas. Ada sebuah toilet dan ruangan kecil terkunci. Lelaki itu membuka ruangan itu dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, sebuah brankas seukuran tas. Dan membawanya ke mobilnya.

'Aku melihatnya. Paket terakhir sudah keluar.'

Kapten Song memperhatikan sekeliling. Beberapa lelaki berpakaian hitam musuhnya terlihat berjaga dengan senjata di tangannya.

'Semua siaga, tunggu aba aba dariku. Bunny kau standby di tempatmu.'

Sopir mobil box memeriksa muatannya, para gadis itu. Dia menutup dan mengunci pintu boxnya. Berjalan memasuki ruang kemudi. Ia tengah bersiap untuk pergi dari dermaga. Ketika akan memasuki mobilnya tiba tiba suara langkah kaki terdengar. Ia menoleh ke belakang, sekelompok orang menyergap dengan senjata yang membidik ke arahnya.

CODE NAME : BUNNY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang