5

1.7K 103 5
                                    

Gio menarik napas lega, sebab pekerjaan nya semua sudah selesai dan cafe pun akan segera di tutup, memang cafe tempat ia bekerja itu tutup pada jam sebelas tepat dan sekarang Gio pun akan segera pulang.

Gio berdiri di depan cafe, ia menatap sekitarnya dengan gelisah, jujur saja kejadian waktu itu membuat nya tak ingin lagi berjalan sendiri, lebih tepatnya Gio kapok dia tak ingin lagi bertemu dengan para preman itu.

"Gimana nih, kalau ketemu sama mereka lagi abis gue"ucap Gio pelan, ia berdecak kesal belum lagi ponsel nya sudah kehabisan daya.

Bagaimana caranya ia menghubungi Dirga untuk menjemput nya?
Sedang dalam kebingungan tak lama sebuah mobil Alphard berhenti di hadapan Gio.

Kaca mobil itu terturun memperlihatkan sosok Arkanza yang menatap Gio dengan datar, Gio terdiam di tempatnya tatapan bosnya itu selalu saja mampu membuat nya seakan membeku di tempat.

"Naik!"titah Arkanza yang sudah mengalihkan tatapannya ke arah depan.

Gio gugup sekaligus merasa tak enak hati" ga papa, gue bisa kok sendiri lagian kos gue juga cuma deket"

Bohong! Apa Gio fikir Arkanza akan percaya dengan ucapannya itu? Itu sangat mustahil, bahkan Arkanza tau dimana Gio tinggal, jangankan dimana Gio tinggal Arkanza saja tau siapa orang tua dari Gio.

Jangan tanya kam mengapa Arkanza tau, tentu saja ia mencari tau sebab ia harus tau siapa dan bagaimana seluk beluk dari calon masa depannya ini.

"M-A-S-U-K"ujat Arkanza sekali lagi dengan penuh penekanan.

Gio meneguk saliva nya dengan susah payah, dengan gemetar Gio membuka pintu mobil di bagian penumpang.

Arkanza berdecak sebal"gue bukan sopir lo! Duduk di depan!"bentak Arkanza tidak sabaran.

Dengan buru buru Gio Langsung pindah posisi, ia dengan lekas membuka pintu mobil di bagian depan lalu duduk dengan anteng walaupun jantung nya berdebar dengan kencang sebab takut jika Arkanza akan membentak nya lagi.

Tak lama mobil Arkanza pun jalan meninggalkan cafe.

°°

Sekitar dua puluh menitan akhirnya Arkanza berhasil mengantarkan Gio hingga tempat kos nya, saat ingin menatap Gio Arkanza sedikit terkejut sebab ia baru menyadari bahwa laki-laki incaran nya itu tertidur dengan pulas, seperti nya dia lelah akibat bekerja.

Entah angin dari mana namun melihat wajah polos Gio yang tertidur membuat senyum manis terukir di wajah Arkanza, namun senyum itu seketika hilang saat Gio perlahan membuka matanya.

"Engh, udah sampe kah?"tanya Gio menatap keluar mobil dengan mata yang berkedip kedip.

Arkanza hanya diam, matanya memandang lurus ke depan, melihat itu Gio diam ia menunduk.

"Makasih"ucap Gio lalu membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam kos nya.

Arkanza terkekeh saat ia tak lagi melihat sosok Gio, ucapan makasih dari Gio terngiang-ngiang di kepalanya, Arkanza rasa ia benar-benar tergila gila dengan laki-laki itu.

Arkanza meletakkan keningnya di stir mobil lalu tertawa, ia mengangkat kepalanya lagi lalu tersenyum tipis menatap pintu kos milik Gio.

"sweet and of course she's mine"

°
Dirga membantu Gio mengerikan rambutnya menggunakan handuk, Gio menutup matanya saat Dirga sesekali memijat kepalanya dengan lembut.

"Capek ya? Kerasa kan gimana capeknya kerja?" Tanya Dirga ia memeluk Gio dari belakang.

Gio pun bersandar, ia menghembuskan napas lelah dan memejamkan matanya.

"Sebab uang, kalau bukan uang ga mau gini"jawab Gio seadanya.

Dirga menarik napas gusar"ya udah lanjut aja, nanti kalau udah ga betah atau capek, lo harus nerima gue yang bayarin kuliah lo, kali ini ga usah nolak sebab ini gue yang mau dan ga butuh persetujuan lo"ucap Dirga ia mengangkat tubuh Gio lalu meletakkan nya dengan posisi benar untuk tidur.

Gio hanya diam, tenaga nya habis sumpah demi apapun Gio sangat lelah.
Sebenarnya Gio mendengar ucapan Dirga, hanya saja ia malas untuk berdebat dengan Dirga lagi, lagi pula Gio pun akan melakukan hal yang sama bahwa ia pun akan menerima jika Dirga nanti yang akan membayar kuliah nya, namun jika nanti ia benar-benar sudah tidak sanggup untuk bekerja.

Gio merasakan tangan Dirga memeluk nya, lalu Gio pun menyamping kan badannya agar bisa menghadap Dirga, setelah itu ia pun membuka matanya.

Dirga dan Gio pun saling pandang, mereka berdua saling menatap dalam keheningan. Dirga mencium kening Gio, membuat Gio spontan menutup matanya lagi.

"Good night and sweet dreams, baby"ucap Dirga dan memeluk Gio. Gio pun tak menolak perlakuan Dirga, ini sudah sering terjadi itu sebabnya Gio hanya diam dan menurut.

°°
Tengah malam Gio terbangun, ia haus matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua pagi.

Gio ragu apa ia akan keluar atau tidak tapi kali ini keadaan nya sedang genting bahwa Gio di landa haus yang harus segera di tuntas kan.
Baru saja membuka pintu Gio kaget sebab di luar begitu gelap dan tak ada cahaya apapunn.

Jujur Gio takut akan kegelapan, ia selalu berfikir jika di dalam gelap nyawa nya bisa saja hilang dan bisa saja ada kemungkinan kemungkinan lainnya.

Gio mengambil ponsel milik Dirga lalu menyalakan senter, ia keluar menuju dapur yang berada di samping kamarnya, mengambil gelas lalu meminum air dengan cepat.

Gio merasakan bahwa banyak pasang mata yang melihat semua gerak geriknya, hawa nya begitu dingin dan juga mencekam, Gio takut, seolah ada sesuatu di belakang nya Gio mendadak terdiam.

Ia memejamkan matanya saat merasakan ada sesuatu yang berdiri di belakangnya, perlahan-lahan Gio memutar badannya ia mengarahkan senter ponsel ke arah belakang.

"Aaa! Anjing! Bangsat! Dirga babii!"umpat Gio kesal, sebab Dirga sudah berdiri di belakang nya.

Dirga terkekeh"takut ya?"goda Dirga mencolek pipi Gio gemas.

"Bacot, gue kaget!"kesal banget tuh Gio rasanya, Gio kira itu setan.

Gio menghentak hentakkan kakinya kesal, ia berjalan masuk ke dalam kamar meninggalkan Dirga yang mengikuti nya dari belakang.

"Becanda, lagian gue kira lo kemana, gue bangun lo gada jadi gue keluar eh ternyata lo ada di dapur"ujar Dirga menjelaskan.

"Ya ga harus di kagetin juga Dirga!! Kalau gue mati mendadak gimana?"tanya Gio kesal, lalu ia pun kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

Dirga terkekeh geli, ia pun ikut tidur kembali namun sambil memeluk Gio dari belakang. Dirga meletakkan kepalanya di bagian leher Gio dan menutup matanya.

"Berat ah!"ucap Gio menyingkirkan kepala Dirga.

"Manjain dulu dong, biar tidur lagi"ucap Dirga membuat Gio melemparnya dengan bantal.

"Kayak anak kecil!"

"Jahat"

"Paduli bagong!"

finished content√

Makasih sudah membaca||

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang