23

817 50 1
                                    

Keadaan Gio bisa di bilang sangat tidak baik, napasnya tidak teratur, lehernya penuh dengan darah. Ah tidak, leher cantik nan mulus itu kini sudah tidak memiliki kulit. Sekali lagi kita semua pasti tau siapa pelaku dari semua kebejatan ini, ya Arkanza.

Apa kalian berfikir jika Arkanza akan menangis meminta maaf pada Gio tentang kesalahannya?
Atau mungkin apa kalian juga berfikir jika Arkanza akan berubah sebab kembali nya Gio?

Cih, ini bukan cerita film drama yang ada di tv! Benar jika Arkanza mencintai Gio itu tidak dapat di pungkiri, namun kegilaan Arkanza lebih mendominasi semua ini.

Ada satu fakta yang harus kalian tau dari laki-laki tampan namun bejat itu, ia memiliki banyak fantasi gila yang hanya tertuju untuk Gio semata. Banyak hal hal yang tidak senonoh dan juga kriminal yang memenuhi otak Arkanza.

Bahkan sekarang Gio sudah tak mengenakan apapun, tubuhnya di ikat menggunakan tali warna merah. Satu kakinya di angkat sejajar dengan perutnya, mulut nya di ikat menggunakan tali yang sama dan itu masih terhubung dengan seluruh badannya Gio.

[Kalian pernah liat bdsm? Nah tau kan tali yang sering di pake mereka? Ada yang merah terus ada juga tuh yang warna kecoklatan, aku lupa namanya maap heheh]

Lehernya yang masih berdarah di biarkan begitu saja oleh Arkanza, sedangkan laki laki itu? Ia tengah berdiri di depan Gio dengan senyum yang merekah.

"Apa ini belum cukup?"tanya Arkanza sambil memegang megang tali yang mengikat tubuh Gio.

Gio sudah tidak bisa mengatakan apapun lagi, pandangan nya pun perlahan-lahan mulai meremang, jangan kan untuk menatap membuka matanya saja Gio rasanya sudah tidak mampu.

Ctas!

Arkanza mencambuk Gio dengan cambuk yang terbuat dari rotan, ukuran nya lumayan panjang dan memiliki ujung yang runcing dan tajam.

Air mata Gio menetes dan Arkanza tidak peduli akan hal itu.

Cats!

Gio menutup matanya kuat kuat, ia mengerang tertahan merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Arkanza mengambil sesuatu di samping Gio, sebuah jarum. Jarum itu ia tusukan tepat di nipple Gio, lalu mengitari kedua dada Gio.

Tidak berdarah, hanya saja rasa nya semakin sakit ada sekitar dua puluh dua jarum yang bersarang di dada Gio. Belum lagi sekarang Arkanza mengambil cambuk andalannya.

Ia menatap Gio dengan datar, tidak seperti dulu. Arkanza selalu melakukan nya dengan tersenyum dan terlihat penuh cinta, namun sekarang ia seperti orang asing dengan tatapan tajam.

Gio menatap sayu cambuk kawat yang di pegang oleh Arkanza, membayangkan jika itu mengenai tubuhnya sudah di pastikan tubuhnya akan sobek dan ia akan menerima sakit yang berkali-kali lipat.

Bugh!!

"Enghhhhh"

Badan Gio mundur secara tiba-tiba sebab Arkanza baru saja memberikan bogeman di perut datar Gio.

Sakit anjing! Mana Gio tidak melihat pergerakan itu, ia tidak bisa menyeimbangkan tubuh nya.

Arkanza pergi ke arah katrol dekat lemari yang menghubungkan tali pengikat Gio di sana, memutar katrol itu agar tubuh Gio terangkat ke atas dan jadi lah Gio tergantung sambil di ikat dengan kaki yang terangkat satu memamerkan kemaluan dan juga lubang nya.

Setelah di rasa cukup Arkanza mengambil sebuah nampan yang berisi bara api, ia meletakkan benda itu tepat di bawah Gio.
Hal hal gila ini sudah di pikir kan oleh Arkanza sejak lima bulan terakhir ini.

Kembali lagi Arkanza paa katrol itu, menurunkan Gio perlahan agar bisa tepat di posisi bara apa tersebut.

"Enghhh!! Arghhhhh!!"

Ingat bukan, jika hanya satu kaki Gio yang di angkat namun kaki satunya lagi tejulur ke bawah dengan bebas dan bara api itu tepat di bawah kaki Gio, bisa kalian bayangkan? Kaki kita yang menginjak putung rokok yang masih menyala saja rasanya begitu sakit.

Sedangkan ini? Bara apa! Arkanza dengan tega melakukan itu pada Gio, gara gara itu pun sekarang Gio sudah berteriak berteriak tidak jelas dan bergerak acak seperti menggeliat.

Arkanza terkekeh, menurut nya Gio nampak lucu seperti itu apa ia harus melakukan hal yang lain? Mungkin memandikan Gio dengan soda api? Ah atau dengan air keras, biar Gio semakin menggeliat seperti ulat bulu.

Arkanza terkekeh kembali, ia memuji otaknya sendiri dengan bangga sebab bisa melakukan ini pada orang yang ia cinta.

Entah Arkanza kalap atau apa, ia mengambil sebuah gergaji sambil menatap seluruh tubuh Gio dengan intens.

Gio sudah tidak bisa menangis, badannya lelah, kakinya terasa panas dan juga nyeri, pedih, semua rasa itu menjadi satu membuat Gio kehilangan kesadarannya di saat itu juga.

Arkanza mendekati kaki Gio, ia menendang nendang kaki itu dengan keras berfikir sejenak apa ini akan lama atau tidak.

Ia mulai menggergaji kaki Gio, di sebabkan Gio pingsan Arkanza terus melakukan nya dengan keras. Ia seperti sudah tidak berada di tempatnya, ini bukan Arkanza.

"Kaki ini yang berusaha lari kan? Kaki ini yang bawa lo menjauh dari gue! Ga pantes dia sama lo lagi, dia pengaruh buruk buat lo"ucap Arkanza saat sudah memotong kaki Gio dan melemparnya ke tempat sampah.

Beruntung Gio belum sadar dari pingsan nya, jika tidak ia akan merasakan sakit lagi yang lebih besar. Namun jika di pikir apa gunanya? Saat dia sadar pun ia akan merasakan sakit yang sama.

Seorang pria yang berumur matang masuk ke dalam ruangan itu, ia menatap Arkanza yang terduduk di lantai sambil menangis sebab ulah nya yang baru saja ia lakukan.

Pria itu menggeleng miris menatap anak nya yang menangis seperti anak kecil, Elfrata menghampiri Gio.

Bugh!!!

Satu tendangan keras menghantam kepala Arkanza, membuat Arkanza terpental ke dinding. Di sisi kepala nya darah sudah mengalir akibat tendangan itu, Arkanza tau siapa pelakunya dan ia hanya bisa pasrah lalu menatap ayahnya yang berdiri dengan datar menatap Gio.

"Hanya ini?"tanya Elfrata dengan datar dan kini sudah melihat Arkanza yang berusaha berdiri.

Arkanza terkekeh"setidaknya aku bisa melakukan semua fantasi yang aku punya ke dia, ga kayak ayah yang lemah. Ayah mana bisa menyalurkan fantasi gila ayah ke cowok yang ayah sayang itu? Cih"Arkanza mengucapkan itu sambil bersandar di sebuah meja panjang.

Elfrata terdiam"ya memang tidak bisa, tapi ibu mu mati sebab fantasi itu. Ayah sudah mengajarkan kamu dengan keras jangan sampai sebab ini kamu jadi lemah, ibu mu saja bisa ayah singkirkan apalagi kamu"

Mendengar ucapan ayahnya membuat Arkanza mengepalkan tangannya, Elfrata menatap Gio yang masih pingsan. Ia mengambil sebuah cambuk dan memberikan nya pada Arkanza.

"Perlihatkan jika kamu memang tidak lemah hanya karena cinta, jangan hanya bisa menghina saya. Maka dari itu jangan seperti saya yang kalah dengan cinta"ujar Elfrata dan pergi keluar ruangan itu.

Arkanza lagi lagi hanya bisa diam, sekian lama ayahnya baru kembali dan sekarang dengan seenaknya ia datang lalu mengungkit tentang ibunya.
Ia meremas cambuk itu dan menatap Gio dengan air matanya dan dendam yang tersirat.

Ctas!!
Ctas!!
Ctas!!

Cambukan itu penuh dengan amarah hingga Arkanza lupa jika di depannya adalah Gio. Gio yang pingsan badannya hanya bisa bergetar, sama halnya seperti Dirga waktu itu. Arkanza mencambuk tubuh Gio dengan acak dan membabi buta.

"Arghhh!!!!!"

Di dalam kepala Arkanza begitu ramai dan juga bising, ia menghentikan aksi mencambuknya dan memukul mukul kepalanya dengan kuat sambil menangis. Ternyata yang lebih menyedihkan dan juga sangat terlihat miris adalah Arkanza sendiri.

finished content√

Sabar, bentar lagi end kok!
Makasih udah baca...
Ga tau ya ending nya bakal apa, yang penting kita selalu ENJOY AJA BRODIE!!

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang