3

2.4K 134 10
                                    

Dirga menatap bawaan yang ia bawa di dalam plastik, senyum nya mengembang sesaat mengingat kabar yang di berikan oleh Gio, harusnya sih ia pulang malam dari tempat kerja nya namun di sebabkan Gio tadi siang mengirimkan nya pesan jadi dia buru-buru menyelesaikan semua pekerjaan nya agar lebih cepat untuk pulang.

Sesampainya di depan kos, Dirga langsung masuk dan mendapati Gio sedang duduk sambil bermain ponselnya, laki laki itu belum menyadari jika Dirga berada di belakang nya, ya posisi duduk Gio menghadap depan tv jadi ia membelakangi pintu masuk.

Sekarang sudah jam tiga sore dan ini termasuk pulang kerja yang cepat bagi Dirga, biasanya sih ia pulang larut malam namun kali ini keberhasilan Gio harus Dirga rayakan itu sebabnya ia tadi mampir dulu membeli martabak kesukaan Gio.

"Fokus banget, ngapain sih hm?"tanya Dirga mencium pipi kiri Gio.

Gio tersentak kaget, ia menatap Dirga dengan waspada, tak lama ia langsung bernapas dengan lega dan mulai tersenyum antusias saat menatap sesuatu yang di bawah oleh Dirga.

"Kaget, oh apa tuh?"tanya Gio menunjuk kantong plastik yang di tangan Dirga.

Dirga tersenyum"buat lo, selamat udah dapet kerjaan"ucap Dirga mengelus kepala Gio dengan lembut.

Gio mengangguk dengan semangat, tangan nya dengan cekatan membuka kantong plastik yang di bawah oleh Dirga, setelah terbuka matanya berbinar saat melihat martabak coklat kacang keju kesukaan nya.

"Eh gila enak banget"ucap Gio seraya mengunyah martabak nya.

Dirga terkekeh gemas"abisin ya"

"Lu mau?"tanya Gio mengangkat kotak martabak nya di hadapan Dirga.

"Ga ah, itu manis banget tiap hari gue liat lo itu udah cukup manis, gamau manis yang lain lagi"jawab Dirga menaik turunkan alisnya.

Gio menatap jijik pada Dirga, ia melempar Dirga dengan bantal sofa yang ia pangku, melihat itu Dirga langsung lari menuju kamar.

"KOK LU UDAH PULANG, KENAPA? TUMBENAN!"teriak Gio sambil memakan martabak nya lagi.

Demi apa ini sudah seperti surga bagi Gio, padahal ia hanya memakan martabak namun seenak ini.

Dirga keluar dari kamar, bajunya sudah ia ganti dengan baju santai lalu menghampiri Gio yang ada di sofa dan bergabung bersamanya.

"Ya ga papa, pengen cepet pulang aja liat lo dan sekalian beliin itu"ucap Dirga ia menyenderkan kepalanya di bahu Gio.

"Oh makasih, oh ya tadi gue masak makan gih"ucap Gio sambil mengganti channel tv.

Martabak nya tadi ia masukkan ke dalam kulkas, kalau kata Gio martabak dingin juga enak coklat nya jadi agak beku lebih tambah enak berkali-kali lipat, aneh? itu lah Gio.

Mendengar ucapan Gio seketika Dirga berlari ke arah dapur, ia langsung duduk di meja makan dengan mata yang begitu memancarkan cahaya bahagia, jarang sekali Gio memasak, sekalipun ia masak berarti Gio sedang gabut atau sedang malas makan makanan di luar dan ini adalah kesempatan emas bagi Dirga.

Gio kaget, ia mengikuti Dirga ke dapur lalu menggeleng kan kepalanya saat melihat Dirga begitu lahap memakan makanan yang ia buat.

"Jangan kayak gitu cara makan lo!! Kayak fakir miskin yang baru makan setahun!"sentak Gio, pasalnya Dirga makan seperti orang kesurupan, grasak-grusuk gitu loh.

"Luw gwak tawu, gwimana ewnak nwya, mwasakan luw"ucap Dirga dengan mulut yang penuh.

Gio menatap bingung Dirga , ia memukul kepala Dirga lalu berkacak pinggang dengan tatapan garang, membuat Dirga meringis melihat nya.

"Ga sopan lo makan sambil ngomong, kayak orang yang ga di ajarin aja!"ucap Gio marah, lalu ia pergi kembali ke depan tv meninggalkan Dirga yang seperti nya bodoamat, ia lebih senang memakan makanan buatan Gio dari pada harus mendengarkan ocehan laki laki itu.

Kalian tidak tau saja, sebagaimana enak nya masakan Gio bahkan kalau kata Dirga makanan restoran akan kalah jika sudah di adu dengan masakan Gio, tapi ga tau sih lidah orang kan beda-beda namun Dirga yakin seribu ratus ratus persen kalian jika mencoba masakan Gio pasti akan setuju dengan pendapat Dirga.

°°
Sekarang Gio berada di hadapan seorang manager cafe anaya yang akan menjadi tempat kerja nya, Gio menunduk ia meremas tangan nya gugup.

Apa kalian tidak ingat laki-laki yang ada di kampus dan di dalam kelas Gio?nah menurut Gio manager yang ada di depannya ini memiliki tatapan yang sama, sangat mengerikan.

Sudah lima menit Gio berdiri di hadapannya namun sama sekali tak dapat respon apa apa, padahal Gio pun tidak datang terlambat, Gio takut jika ia tidak jadi di terima di cafe ini.

"Nama?"

Akhirnya, orang itu mengeluarkan suara nya, dari tadi kek kan Gio tidak harus menunggu lama.

"Nama saya Gio Aldevta, pak"jawab Gio seadanya.

"Pak? Kayaknya kita seumuran"ucap orang itu lagi.

Gio mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap calon bos nya.
Gio kaget, astaga ini laki laki yang ada di kampus nya tadi, pantas saja tatapan nya mirip, Gio rasa hanya dia yang mempunyai tatapan seperti itu.

"Oh maaf, saya tidak tau"ucap Gio dan kembali menunduk.

"Gila aja tatapan nya bikin gue merinding, kok bisa sih dia yang punya ini cafe?"_batin Gio.

"Kenapa sama tatapan gue?"tanyanya yang membuat Gio kaget.

"Eh? Ga gapapa, maaf"ucap Gio cepat.

"Lah kok dia tau?!!!! Anying?!"_batin Gio lagi.

"Stop berbicara dalam hati!!"sentak orang itu membuat Gio kaget.

"Ma-maaf"ucap Gio, ini Gio takut beneran loh.

"Jangan pake kata formal dan gue bukan bapak bapak!"ucap orang itu dengan nada kesal.

"Iya maaf, kan ga tau"jawab Gio, seperti nya sekarang Gio akan membiasakan menunduk.

"Hm, sebenarnya gue bukan butuh karyawan cafe, tapi ya udah lah"ujar nya lagi membuat Gio bingung.

Gio menatap papan nama yang ada di atas meja, lalu membaca nama yang tertera di sana.

"Oh namanya Arkanza"_batin Gio seraya mengangguk kecil.

"Lo bisa angkat kepala lo ga? Dan gue bilang jangan ngomong dalam hati!"ucap Arkanza, laki laki di hadapannya ini sangat menguras energi nya, bahkan biasanya ia yang malas berbicara pun sekarang menjadi sangat berisik.

Gio tersentak ia langsung menatap Arkanza yang menatap dengan tajam.

"Lo boleh kerja sekarang"ucap Arkanza lalu keluar dari ruangan nya.

Gio bernapas dengan lega, dia berfikir apa laki laki itu bisa membaca kata hati?? Soalnya dari tadi dia tau Gio ngomong apa, ngeri juga pikir Gio.

Setelah keluar dari ruangan nya Arkanza langsung pergi dari cafe, ia meremas stir mobil nya dengan kencang, wajahnya memerah ia tak bisa mengendalikan sesuatu di dalam diri nya.

"Sekarang apa?!"ucap Arkanza kesal.

"Gue harus dapetin dia"ujar Arkanza lagi.

"Tapi, dia pasti ga mau"jawab Arkanza dengan lesu.

"Kan bisa di paksa, kenapa harus takut dia ga mau?"ucap Arkanza entah sedari tadi berbicara dengan siapa.

"Ga boleh paksa paksa"ucap Arkanza dengan wajah kembali lesu.

"BOLEH!!!"teriak Arkanza dengan perubahan wajah yang marah.

"KALAU GA BOLEH BERARTI DIA HARUS DI HUKUM!!!!" teriaknya lagi dengan senyum yang aneh.

"ARGH!!! Akhirnya ketemu!!"

Arkanza tertawa lepas, ia menancap kan gas mobil nya dan mengendarai mobil nya dengan kecepatan yang penuh, entah rasa bahagia, emosi, takut, dan juga khawatir yang Arkanza rasakan, namun ia tak dapat mengendalikan semua emosi yang ia rasakan, itu terlalu menguasai nya.


finished content√

Makasih:/

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang