16

902 64 3
                                    

Dua orang laki-laki bertubuh kekar tak berhenti mencambuk seorang laki-laki yang terikat tak berdaya di sebuah tiang, badannya penuh dengan darah bahkan sedikit hancur sebab semalaman terus menerus di cambuk tanpa henti.

Arkanza duduk di sebuah kursi yang tepat berada di hadapan adegan kekerasan itu, wajah tampan nya mencetak sebuah senyum menawan yang dapat membuat siapa saja mabuk akan senyum itu.

Jari jari tangan nya menyatu, matanya menyorot tajam pada laki-laki yang entah sekarang masih hidup atau sudah mati.
Arkanza berdiri, tatapannya berubah menjadi sangat datar dan bola matanya mulai menghitam.

"Biar saya yang lanjut kan"

Mendengar deep voice itu seketika dua laki laki tadi langsung bersujud berhenti mencambuk laki laki yang untungnya belum mati.

"Apa sebenarnya yang dia lihat dari diri mu? Beritahu aku!"ujar Arkanza tepat di wajah Dirga.

Ya laki laki itu adalah Dirga, wajah nya yang menawan kini sudah penuh dengan cairan merah yang tiada henti bercucuran dimana mana, tubuh nya yang selalu di idam idamkan oleh para gadis kini sudah hampir remuk dan juga terkelupas memperlihatkan daging putih berdarahnya, keadaannya begitu mengenaskan namun itu tak membuat Arkanza melihat nya iba.

Sakit itu yang Dirga rasakan, namun yang lebih sakit lagi adalah orang di hadapannya ini menyiksa nya tanpa alasan yang jelas dan bahkan Dirga tak pernah tau siapa orang yang ada dihadapannya.

Tidak ada yang ingin mati di tangan orang tak di kenal atau mungkin orang yang sama sekali kalian tidak pernah tau keberadaan nya, seperti Dirga dia tidak mengenal Arkanza namun Arkanza mengenal Dirga.

"Bingung? Maksud ku sebenarnya apa yang di sukai Gio dari orang seperti diri mu ini? Begitu lemah, tak berdaya, sangat tidak pantas berada di dunia"ujar Arkanza menepuk nepuk kepala Dirga.

Mendengar nama Gio Dirga pun mengangkat kepalanya, menatap Arkanza dengan mata yang memerah bahkan sekarang Dirga sudah menetas kan darah dan bukan air mata lagi, Dirga yang malang.

Seakan tau dengan tatapan Dirga, Arkanza pun terkekeh kecil.

"Ya, semua ini tentang Gio. Sebenarnya jika kau tidak terus menerus menempel pada kekasih ku itu mungkin kau tidak akan menjadi buruk rupa seperti ini, belum lagi dia meninggalkan aku dan tanpa ijin menemui diri mu. Pesona apa yang kau miliki hingga mampu terus menarik perhatian Gio dari diri ku?"tanya Arkanza datar.

Mendengar semua itu Dirga terkekeh, ah ternyata sebab Gio. Dirga menggeleng miris matanya menatap Arkanza seolah menantang, membuat Arkanza tersenyum simpul lalu mengambil kawat cambuk yang di pegang oleh laki-laki yang ada di samping nya.

Jika saja lidah Dirga tidak di potong, Mungkin Arkanza akan mendengar beribu celaan dan juga makian yang keluar dari mulut Dirga, sebenarnya Dirga sudah sangat muak dengan ini tapi kembali lagi ia tak berdaya.

"Tatapan mu itu seolah meminta lagi siksa itu"ucap Arkanza yang kini sudah terpengaruh oleh Tuan Efres.

Dengan membabi buta Arkanza mencambuk asal seluruh tubuh Dirga, dua laki laki kekar itu pun tak luput dari amukan cambuknya, mereka menjerit tertahan namun tidak dengan Dirga.

Tenaga nya sudah habis, suaranya pun sudah serak dan tenggorokan nya sakit, jika saja pita suaranya bisa berbicara mungkin dia akan menyerah dari lama untuk tidak menjerit terus menerus.

Arkanza berhenti, ia menatap Dirga yang kesusahan bernapas tubuh laki-laki itu kembali mengeluarkan darah segar, Dirga berfikir jika ia akan mati kehabisan darah.

"Biar gue liatin ke Gio kayak apa lo sekarang, gue fikir Gio pasti suka liat lo kayak gini tapi ga sekarang nanti aja. Gio terlalu indah buat gue kasih liat ke bajingan kotor kayak lo"ucap Arkanza menendang perut Dirga.

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang