15

937 67 3
                                    

Dua hari sudah berlalu dan sudah pasti Gio masih berada bersama Dirga, Gio akan pulang dua hari lagi ia bahkan tidak khawatir dengan Arkanza jangankan khawatir memikirkan keadaan laki laki itu saja Gio tak pernah, bahkan terbesit di pikiran nya tentang Arkanza pun tidak pernah.

Sebegitu tidak peduli nya Gio dengan Arkanza, ingat Gio menerima Arkanza sebagai pacar nya sebab dia hanya tertekan dan terpojok oleh keadaan.

Hari ini Gio ingin memasak makanan penutup, mungkin seperti camilan contoh nya puding, salat buah, dan sejenis makanan manis lainnya.
Gio sedang memotong motong buah yang baru saja ia keluarkan dari kulkas, tangannya begitu telaten mengupas dan motong semua buah itu.

Hingga tak menyadari ada sosok hitam yang berdiri di belakang nya, Gio yang malang mulutnya di bekap dengan sebuah sapu tangan tak lama setelah itu penglihatan Gio memburam, ia memberontak namun tenaga nya seakan habis dan netranya tertutup, Gio pingsan.

Sebelum pergi dari sana sosok hitam itu mengiris pergelangan tangan Gio, lalu menjilat darah yang keluar tanpa rasa jijik dan mencium bibir Gio dengan lembut.

"Im facking miss you!"ujar nya lalu menggendong Gio seperti karung beras.

Ini akan merubah segalanya, semuanya tanpa terkecuali, alur dan segala nya akan terubah di antara mereka, dunia akan terasa menyiksa, mati akan terasa lebih nyata, nafas terasa begitu menyakitkan dan hembusan angin bak api yang menjalar.

Cinta tak lagi ada artinya, banyak siksa yang terasa lebih nikmat berujung dengan fantasi yang mengerikan, tergila gila akan sebuah kesakitan dan lebih dalam mengarungi penyakit yang terus berdatangan.

Menimbulkan ketergantungan dan juga hormon yang berlebihan, menjadi kisah yang gila yang menggangu semua mental, entah lah akan berakhir seperti apa? ini semua di putar oleh si pemilik alur sendiri, Arkanza.

°
Dirga membuka matanya ia menatap panik di sekitarnya, tubuh nya di ikat di sebuah tiang yang berdiri dengan kokoh. Badannya telanjang, seingat Dirga ia tadi ingin ke toilet namun setelah itu ia lupa apa yang terjadi padanya.

Ruangan ini menyeramkan, belum lagi dengan lampu yang menyorot dirinya, Dirga terasa dejavu dengan semua ini persis dengan gambar yang ia lihat dua hari yang lalu dan sekarang ia ada di dalam gambar itu.

Lampu keseluruhan menyala, ia spontan menutup mata cahaya nya terlalu terang, tak lama Dirga membuka matanya, ia melihat dua laki laki sudah berdiri dihadapannya menggunakan topeng.

Dirga ingin mengeluarkan suara, namun terhenti saat merasakan lidah nya tak lagi seperti dulu, ia membuka mulutnya seakan menjulurkan lidahnya namun itu sia sia, sebab lidahnya terpotong dan Dirga tidak tau siapa yang melakukan hal keji padanya.

Dua pria di hadapan Dirga masih belum bergerak, pintu terbuka memperlihatkan sosok Arkanza yang masuk dengan tatapan yang datar penuh rasa dendam.

"Udah bangun ternyata, gimana tidur nya? Enak? Mau fasilitas lain yang lebih menenangkan? Tuan Dirga?"tanya Arkanza mengejek.

Dirga kesusahan untuk berbicara, ia bahkan tidak tau siapa Arkanza dan mengapa dia melakukan hal ini pada dirinya, ingin sekali rasanya Dirga memukul Arkanza namun ia tak berdaya.

"Karena gue gamau main jadi gue serahin lo sama mereka berdua, gue harus lihat pacar nakal gue udah bangun apa belum"

"Lakukan apapun padanya!"

Setelah mengatakan itu Arkanza keluar, meninggalkan Dirga bersama kedua bawahnya tidak perlu waktu lama Arkanza sudah bisa mendengar jeritan Dirga, ia tersenyum menang mendengar itu.

Langkah nya masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa putih, ah tunggu, lebih tepatnya ruangan ini seluruhnya putih, kasurnya pun putih dan keseluruhan hanya ada warna putih.

Di sebuah kasur terdapat seorang laki-laki yang sedang pingsan belum sadar kan diri, itu Gio.
Arkanza mendekati Gio dengan perlahan, menyentuh kening Gio yang baru saja ia gores dengan cutter pen milik nya, sangat cantik dan indah untuk satu karya itu.

"Gue kesel, gue marah, tapi gue sayang lo, bukan berarti gue ga bakal hukum lo"ujar Arkanza ia mengambil cutter pen nya dan tersenyum tipis.

"Sedikit hadiah dari gue sebab lo udah bikin gue nahan kangen cukup lama"

Arkanza menyayat dalam lengan Gio, menusuk cutter pen itu hingga merobek pergelangan tangan Gio, menarik nya kebawah membuat goresan itu semakin panjang dan lebih dalam.

Pengaruh bisu Gio perlahan-lahan mulai hilang dan kesadaran Gio pun sedikit demi sedikit kembali pulih, baru saja ingin menarik napas Gio sudah merasakan sakit yang teramat di lengan nya.

Ia menatap Arkanza yang begitu antusias mengiris lengannya, darah merembes keluar dengan cepat dan banyak, membuat Gio semakin tak bisa menahan adalah Arkanza terus menekan dalam cutter pen nya.

"AAAAA!! ARGHHHHH!!" teriak Gio memberontak lalu menendang Arkanza hingga tersungkur.

Ia menatap lengannya yang ternganga akibat ulah Arkanza, bahkan Gio sampai membuang pandangannya sebab melihat benda putih seperti daging itu keluar bersamaan dengan darah.

Arkanza berdiri, ia kembali mendekati Gio yang kesusahan mengambil napas nya, Ini sakit, ini perih, ini begitu menyakitkan!
Gio menatap benci pada Arkanza, emosi nya memuncak saat Arkanza kembali memungut cutter pen yang tadi sempat jatuh akibat Gio menendangnya.

Tanpa mempedulikan tatapan Gio, Arkanza kembali memegang paksa lengan laki laki itu, tenaga Gio cukup kuat sebab geram dan kesal Arkanza menahan lengan Gio menggunakan kaki, membuat Gio menjerit sakit sebab Arkanza menginjak lengannya yang masih terluka.

"Lo emang ga punya perasaan ANJING!!!" maki Gio ia memberontak namun sama sekali tak di hiraukan oleh Arkanza.

Arkanza mengambil jarum dan benang di dalam laci nakas, ia menatap lengan Gio dengan datar tanpa mau melihat wajah Gio yang marah dan juga kesakitan.

Arkanza akan menjahit lengan Gio, ia terkekeh saat menatap wajah Gio yang semakin pucat.

"Tenang ini ga sakit, paling cuma nyeri"ujar Arkanza mengelus pipi Gio, bermaksud menenangkan laki laki itu.

Gio menepis tangan Arkanza ia mendorong tubuh Arkanza agar menjauh dari dirinya, namun itu sia sia Arkanza mulai memasukkan jarum tajam itu di kulit Gio tanpa menggunakan suntik bisu atau apapun dengan tega Arkanza melakukannya.

"Arghhhhh!! HIKS!! SAKITTTTT!!!!! PLEASE!!! GUE MOHON LEPASIN GUE- AAAAAAA!! ANJING SIALAN LO! LEPASIN GUE BABI!!!"

Arkanza tak begitu fokus dengan Gio, ia hanya fokus dengan proses operasi abal-abalan nya, jahitan demi jahitan Arkanza lakukan dan luka Gio yang lebar tadi kini hampir setengah tertutup.

"Gue mohon, jangan lagi, sakit....sakit banget hiks ud- ARGHHHHHH!!!!!"

Arkanza melakukan nya lagi ia tak berhenti ataupun membiarkan Gio mengucapkan apapun, dan jahitan terakhir Arkanza mengambil sebuah air lalu mencipratkan sedikit air itu di luka Gio, membuat...

"ARGHHHHH!!!!!!!"

Gio teriak histeris yang terdengar memilukan jika siapapun yang memiliki hati kemanusiaan akan iba, Arkanza mencipratkan air dari larutan garam dan juga jeruk nipis pada luka baru itu tidak heran kan jika Gio berteriak kesakitan sebab itu.

Arkanza menatap mata Gio yang berair dan juga memerah, tatapan Gio kosong bibirnya pucat dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat, badannya bergetar dan Arkanza tersenyum melihat itu.

"Istirahat, pasti capek kan? Good night baby"ucap Arkanza mencium kening Gio dan keluar dari ruangan itu seperti tak terjadi apa-apa.

Biadab memang, tak punya hati namun mencoba mencintai, Gio menatap langit langit di ruangan itu dengan mata merah sembab nya, mulutnya terus berucap  tanpa henti jika ia sangat benci dengan Arkanza.

"Benci, benci, benci, gue benci lo Arkanza, benci"

Terus mengulangi kata-kata itu dengan tatapan kosong penuh kehampaan dan kesakitan yang terlihat jelas.


finished content√

Makasih udah baca ya!

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang