2

3K 144 4
                                    

Saat ini Gio berada di dalam kelas nya, ia mendapat mata kuliah pagi dengan terpaksa lah Gio bangun pagi-pagi agar ia tidak terlambat hari ini. Sebenarnya kejadian tadi malam cukup menguras tenaga nya, apalagi Dirga sangat mustahil jika hanya melakukan nya sekali saja, bahkan tadi malam mereka melakukan nya hingga jam empat pagi, badan Gio rasanya hampir remuk namun ia pun menikmatinya.

Kelas masih sepi hanya ada Gio seorang hal ini di jadikan kesempatan Gio untuk tidur sebelum dosennya tiba, ia menidurkan kepalanya di atas meja lalu memejamkan matanya perlahan, tanpa Gio tau seseorang masuk ke dalam kelas.

Ciit...

Suara geseran meja membuat Gio mengangkat kepalanya, menatap siapa yang sudah mengeluarkan bunyi itu di dalam fikiran nya Gio fikir kelas sudah ramai, namun nyatanya hanya ia dan seorang laki-laki yang duduk di ujung sana.

Gio menarik napas nya, ia mengeluarkan ponsel nya dan membuka aplikasi WhatsApp, menekan room chat nya dan Dirga lalu mengetik sesuatu disana.

Dirga

Kok gue bangun lo gada, kemana? 6.07
Gio?6.07

Ya?gue udah ke kampus, sorry ga bilang 6.20

Setelah mengetikkan itu Gio mematikan ponselnya, lalu kembali menelungkup kan kepalanya di atas meja hendak kembali tidur.

Namun pergerakan laki laki yang berada di ujung sana membuat Gio mengurungkan niatnya, ia menatap laki-laki itu yang berdiri dan pergi ke luar kelas.

"Eh? Mau kemana?"tanya Gio refleks mengeluarkan suara nya.

Laki-laki itu berhenti namun tak membalikkan badannya, cukup lama dalam posisi itu sedikit membuat Gio menatap nya heran, namun tak lama ia pun membalikkan badannya menatap Gio dengan tatapan yang membuat Gio membeku di tempat.

"Engh... Ma-maaf tadi r-refleks"ucap Gio terbata bata.

Setelah itu orang itu pun pergi entah kemana dan Gio menarik napas nya lega, gila baru kali ini Gio melihat orang dengan tatapan mata seperti itu, bohong jika Gio tidak takut itu sebabnya ia langsung gugup.

"Ngeri"ucap Gio bergidik ngeri.

Tak lama beberapa mahasiswa pun sudah berdatangan memenuhi kursi yang kosong, Gio sangat enggan untuk bersosialisasi dengan teman kelasnya, entahlah bagi Gio itu seperti hal yang sia sia dan ia tak menginginkan hal itu.

Jadi, tidak heran jika Gio tidak mempunyai teman ataupun teman kampus, yang ia punya hanyalah Dirga, jika berbicara tentang Dirga dia itu kembalikan dari Gio, Dirga memiliki teman yang sangat banyak, entah itu teman kerja ataupun teman nongkrong, soalnya Dirga sudah tidak kuliah ia kerja sekarang.

°
Pukul dua belas siang akhirnya kelas Gio selesai, ia berniat untuk mencari pekerjaan setelah ini jika tidak siapa yang akan membayar kuliah nya nanti, uang saku nya pun hampir menipis, ia akan bergantung pada siapa? Keluarga? Gio seperti sudah di buang oleh mereka, sebenarnya Dirga ingin membiayai Gio hingga lulus kuliah namun Gio merasa tak enak hati cukup lah sebagai teman saja tidak perlu hingga melakukan hal itu, kalau alasan Gio pada Dirga sih seperti itu.

Lagian juga Gio yakin ia akan menemukan pekerjaan, semoga saja ini hari baik untuk Gio, namun sekarang yang paling penting Gio harus makan ia berada di kantin sekarang, memakan nasi goreng kesukaan nya dan tak lupa dengan segelas es teh, begini saja Gio sudah merasa makan di tempat mewah.

Drett... Drett..

Gio meraih ponselnya dari dalam saku, ia menatap layar ponselnya dengan bingung sebab panggilan masuk dari nomer yang tak ia kenal, Gio bimbang ingin mengangkat nya atau tidak. Jika tidak Gio pun punya rasa penasaran yang tinggi, jadi cukup lama ponsel nya berdering akhirnya Gio mengangkat panggilan itu.

"Halo? Siapa ya?"tanya Gio namun sama sekali tak ada jawaban dari orang yang menelepon.

Gio menatap ponselnya dengan bingung, lalu meletakkan kembali di telinga.

"Halo? Ada orang ga? Sapa nih?" Tanya Gio sekali lagi.

Cukup lama tak ada jawaban akhirnya Gio mendengar suara riuh, seakan orang yang menelepon nya sedang di tempat yang ramai.

"Putar kepala mu hingga 180 derajat"hanya itu dan panggilan pun terputus.

Gio menuruti ucapan orang itu ia memutar kepalanya hingga 180 derajat, namun di sebabkan Gio bukanlah burung hantu jadi badannya pun ia putar agar bisa melihat apa yang di maksud orang misterius itu.

Yang Gio lihat hanyalah mahasiswa lain yang sedang makan dan juga saling berbincang, ia tak menemukan apapunn ataupun orang yang mencurigakan, semuanya tampak baik baik saja.

Gio menghembuskan napas kesal, ia mengunyah nasi goreng nya dengan kesal, orang iseng mana yang sudah mengerjainya.

Setelah itu akhirnya Gio pun selesai dengan makannya, ia mengenakan kembali tas ranselnya lalu menyelipkan uang dua puluh ribu di samping piring bekas nasi goreng nya dan berlalu pergi dari kantin.

Sekarang sudah jam satu siang, untung saja Gio sudah memasukkan banyak lamaran kerja nya kemarin di berbagai toko dan juga cafe, setidaknya ia masih ada harapan walaupun hanya sedikit kemungkinan.

Yah akhirnya sekarang Gio sudah berada di halte bus, ia hendak pulang ke kos nya rasanya badanya begitu lengket ia ingin mandi dan berganti pakaian setelah itu rencananya Gio akan kembali mencari pekerjaan.

Getaran ponsel nya membuat Gio kembali menatap benda pipih itu, sebuah nomer yang tak di kenal kembali menghubungi Gio, kali ini Gio sangat enggan untuk mengangkat nya takut takut kan jika itu orang yang iseng tadi.

"Halo?"pada akhirnya pun Gio akan mengangkat panggilan itu garis bawahi saja sebab ia punya kadar ingin tau yang sangat tinggi, jadi tidak heran entah itu tidak penting sekalipun Gio akan tetap penasaran.

"Selamat siang, apa ini nomer telepon dari bapak Gio Aldevta? Yang melamar pekerjaan di cafe anaya?"ucap orang di sebrang sana.

Wajah Gio berbinar ia mengangguk dengan semangat seolah orang itu sedang berada di hadapannya.

"Iya, saya sendiri"jawab Gio dengan jantung yang berdebar.

"Oh bagus kalau gitu, kami dapat kabar dari manager cafe bahwa anda di terima di cafe kami, jadi anda bisa mulai kerja malam ini, mohon bantuannya ya pak"ucap orang itu.

"Wah terimakasih, saya senang dengan kabar ini, saya janji akan datang tepat waktu"ucap Gio dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

"Ok selamat siang"

Setelah itu panggilan pun terputus, Gio bernapas dengan lega akhirnya ia ada harapan untuk hari esok, dengan semangat ia mengirim kan pesan pada Dirga untuk memberitahu kan tentang hal ini, dan tak lama bus pun datang.

finished content√

Makasih udah baca!



Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang