24

1.2K 69 4
                                    

Gio baru saja sadar dari pingsan nya, ia sekarang sudah berada di sebuah ruangan tertutup dengan beberapa tirai layaknya di tempat operasi.

Gio hendak berdiri namun pergelangan tangannya terikat dan kedua kakinya pun sama, entah apa yang akan terjadi padanya selanjutnya dan sekarang Gio hanya bisa pasrah.

Ia menerka nerka apa Arkanza akan membunuhnya, beberapa menit Gio baru merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Perih, dan begitu sakit yang ia rasakan. Ini mungkin disebabkan cambukan Arkanza tadi, Gio sempat pingsan saat itu.

Tirai di buka oleh beberapa pria bertubuh besar, menjauhkan semua tirai yang menutupi Gio. Sekarang Gio bisa melihat Arkanza, penampilan nya begitu kacau, disisi kepalanya pun terluka dan berdarah.

Ia melihat Arkanza membawa sebuah gunting yang panjang, Gio tidak panik dan dia juga tidak takut. Jika memang harus ia mati di tangan Arkanza maka Gio hanya bisa pasrah.

Ia lelah, lelah batin dan juga fisiknya. Toh tidak ada gunanya juga jika Gio berteriak minta tolong ataupun memaki maki Arkanza, laki laki selalu menulikan telinga seolah olah tak mendengar apapun yang di ucapkan oleh Gio.

Jadi, untuk apa Gio mengeluarkan suara? Pita suaranya pun sudah sakit, sekarang bukan takut yang Gio rasakan melainkan muak dan sedikit tercampur rasa tidak sabar akan apa yang Arkanza lakukan selanjutnya.

Arkanza mendekati Gio"Hey baby, do you know that I love you? sorry if i have to do this, its all because i love you. Makes you stop being such a troublesome brat, just this way."

Arkanza mengatakan itu sambil memeluk Gio yang hanya diam, suaranya rendah terdengar sedikit bergetar lalu ia mencium kening Gio.

"Lo tau?"

Arkanza menatap mata Gio.

"Gue ga pernah percaya sama sekali apapun yang lo bilang, bahkan sebab lo gue juga ga percaya apa itu cinta. Jangankan cinta, bahkan sekarang buat hidup pun gue udah ga percaya dan lebih pasrah"sambung Gio membuat Arkanza menjauh dari diri nya.

Gio menatap Arkanza dengan tajam"sampai sekarang pun gue ga tau sebenernya lo itu siapa, yang gue tau lo hanya pendatang yang tiba-tiba menerobos masuk dalam hidup gue dan merajai semua dunia gue seolah olah lo adalah sesuatu yang panting bagi gue"ujar Gio tajam.

Tangan Arkanza terkepal erat, Gio selalu bisa memancing emosi nya.

"Tutup mulut lo itu!"bentak Arkanza menunjuk Gio.

Gio tersenyum sinis"kenapa?bukanya gue emang bener? Lo bukan siapa-siapa, jangan berfikir gue nerima lo jadi pacar gue itu tandanya gue sayang sama lo, waktu itu gue cuma kepepet keadaan yang nyuruh gue buat nerima bajingan kotor kayak lo ini"

Tstk?!!

Satu tusuk bersarang di perut Gio. Gio terbatuk-batuk mulutnya mengeluarkan darah namun ia masih bisa tersenyum dan mengeluarkan suara.

"Ini namanya cinta? Emang seharusnya orang kayak lo ga bisa di percaya"

Arkanza terkekeh, ia mengangguk dengan mantap.

Arkanza mengangkat gunting yang ia pegang, lalu menusuk nusukkan itu pada perut Gio dengan wajah yang sangat datar seperti sudah tak memiliki nyawa hanya ada raga yang tak terisi.

"Uhuk..uhukk.."Gio masih terbatuk-batuk, kesadaran nya hampir hilang ia menatap Arkanza dan air matanya meleleh.

Tatapan mereka bertemu, entah tatapan apa itu namun Arkanza bisa melihat jika Gio mengucapkan kata seperti 'ya lakukan lagi'

Tak lama Gio benar benar menutup matanya, napasnya sudah selesai namun air matanya tetap mengalir.
Arkanza diam, ia terduduk di dekat brangkar Gio.

Melihat kedua tangannya yang terkena cipratan darah milik Gio, Arkanza menangis.
Perasaan nya tidak enak, rasa yang tidak pernah dia rasakan kini tiba-tiba menyelimuti hatinya, ia menyesal.

Arkanza berdiri melihat Gio masih hidup atau tidak, sambil menangis dan gugup Arkanza memeriksa detak jantung Gio.
Nihil, Gio sudah benar-benar pergi.

"Ga ga ga boleh!! Lo ga boleh pergi! Balik gue bilang!! Gio anjing?!! Bangun bangsat! Arghhhhh!!!!"

Arkanza menarik dan memukul rambut nya kasar, ia menangis sesenggukan sambil menggigit jari jari nya panik.

Tidak! Gio tidak boleh pergi! Lima bulan tanpa Gio saja ia hampir gila, lalu bagaimana jika tanpa Gio selama nya? Akan bagaimana hidup Arkanza selanjutnya?

Tidak! Arkanza tidak ingin sendiri! Gio harus kembali lagi padanya bagaimana pun caranya!

"Gio please...bangun sayang, gue janji kalau lo bangun ga akan ada lagi kayak gini. Bangun..iya lo bener gue kesepian makanya jangan tinggalin gue"ucap Arkanza air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

Ia sudah putus asa, tangannya terulur untuk memeluk Gio. Arkanza menangis, bayangan nya tentang suatu saat nanti tanpa Gio sudah memenuhi isi kepala nya.

"Kalau lo pergi gue juga harus ikut"ucap Arkanza dengan tatapan kosong.

Beberapa menit dengan posisi itu tak lama Arkanza menegakkan tubuhnya, ia berjalan ke arah meja dan mengambil cutter pen milik nya.

Srek!!

Arkanza menyayat lehernya, ia terjatuh dengan darah yang merembes keluar dari lehernya dengan banyak.

Saat mendengar ada suara terjatuh para bawahannya langsung memasuki ruangan itu, mereka terkejut saat mendapati tuan mereka sudah tergeletak penuh dengan darah di lantai dan juga Gio sudah tewas di atas brangkar.

Mereka ingin membawa Arkanza, namun kedatangan Elfrata membuat mereka mengurungkan niat, mereka semua menunduk.

"Cih, bukan kah sudah pernah saya katakan jika orang orang seperti kita tidak seharusnya mengenal apa itu cinta. Saya berharap lebih pada kamu, sebab saya sudah gagal. Lalu mengapa kau juga harus mengikuti langkah saya? Cukup saya yang gagal dan kamu tidak perlu ikut juga gagal"ujar Elfrata menatap Arkanza, bibir laki laki itu pucat dan badannya sudah kaku tak bernyawa.

Elfrata keluar dari sana berjalan dengan tatapan kosong.

Berfikir bahwa takdir itu penuh dengan drama, sisi jahat dari takdir adalah permainan cinta. Ini tidak akan ada habisnya hingga kapan pun, ia tak memiliki ujung hingga setitik napas yang berhembus meninggalkan tubuh.

Ikatan yang membelenggu setiap pergerakan tubuh, mengendalikan dalam sadar maupun tidak sadar. Siapa bilang kekuatan cinta itu tidak ada? Ada, hanya saja dalam cerita ini tidak membuktikan dengan pasti apa itu cinta.

Ini hanya alur yang rumit, di pegang oelh sang pemilik jalan cerita sendiri. Sebab ini adalah miliknya, ketika dia pergi maka disana lah alur dan jalan nya pun telah usai.

-TAMAT-

Ini hanya cerita yang tertulis tanpa ada maksud dan tujuan apapun, cerita yang saya sendiri buat dengan hasil berfikir keras yang saya bisa. Tidak pernah berharap kejadian ataupun Carita yang saya buat akan terjadi di dunia nyata, namun terlepas dari itu semua nyata nya cinta memang kejam tak memiliki jalan keluar.

•Salam author

Terimakasih masih membaca cerita saya..

29 Maret 2022


Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang