6

1.6K 100 1
                                    

Pagi pagi sekali Gio sudah berada di kampus, seperti biasa entah apa maksud dari dosen nya yang selalu memposisikan Gio mendapat mata kuliah pagi, ini menyebalkan Gio masih mengantuk ia dengan terpaksa harus bangun pagi-pagi dan melupakan tidur nyenyak nya.

Tak lama Arkanza masuk, ia menatap Gio dengan datar, sadar sedang di tatap Gio pun menatap balik Arkanza rasanya ini begitu canggung. Arkanza memutus kontak mata mereka lalu duduk di kursi ujung.

"Sapa ga ya? Kalau ga di sapa ntar gue keliatan ga sopan banget sama bos gue"ucap Gio ragu.

Namun dengan tekad yang bulat akhirnya Gio berdiri hendak menghampiri Arkanza, Gio duduk di samping Arkanza dengan gugup sekaligus canggung.

"Gue duduk sini ya, setidaknya kalaupun kita ga di cafe di luar pun kita harus akrab"ujar Gio menatap Arkanza.

Arkanza membalas tatapan Gio, ia mengangguk mengiya kan ucapan laki-laki di sampingnya.

"Ngantuk?"tanya Arkanza saat melihat Gio menguap.

"Iya"jawab Gio lalu menelungkup kan kepalanya di atas meja, kelas masih sepi hanya ada mereka berdua jadi Gio akan tidur sebentar.

"Kalau dosen dateng bangunin gue"ucap Gio lagi, lalu menutup matanya.

Arkanza hanya diam, ia menatap Gio yang sudah tertidur, entah apa yang Arkanza fikir kan namun setelah nya Arkanza meletakkan sebuah kain agar menutup wajah Gio, awalnya Gio bergerak tak nyaman namun setelah nya Gio diam dan Arkanza pun tersenyum tipis.

Arkanza menatap Gio dengan raut wajah yang begitu antusias, hal gila ini muncul begitu saja, ya Arkanza membawa Gio ke rumah nya dan sekarang mereka sedang di kamar Arkanza.

Sudah lima jam Gio pingsan dan Arkanza dengan sabar menunggu nya bangun, gerakan yang Gio tunjukkan tadi membuat Arkanza seperti menemukan harta Karun.

"G-gue dimana?"tanya Gio berusaha mengingat ingat.

Arkanza lompat ke atas kasur"di kamar!"jawab nya dengan riang seperti anak kecil.

Gio memelotot kan matanya"kok gue disini? Lu apain gue anjir"

Gio marah, tentu saja sebab kedua tangannya di ikat oleh Arkanza di kedua sisi kasur, membuat nya tak bisa bergerak apa lagi berdiri untuk melepaskan diri.

"Jangan marah"ucap Arkanza menunduk.

Napas Gio memburu ia menatap tajam Arkanza.

"LEPASIN GUE ANJING! LU MAU NGAPAIN NGIKET GUE KAYAK GINI?!"tanya Gio berteriak.

Ia kesal sekaligus marah, sebab perasaan Gio tak melakukan kesalahan apapun pada Arkanza bahkan pekerjaan nya di cafe pun terlihat baik baik saja, jadi maksud dan motif Arkanza mengikat nya itu apa?

Arkanza mendongakkan kepalanya menatap mata Gio dalam, perubahan wajah nya terlihat sangat jelas di mata Gio. Jujur seketika nyali Gio menciut, ia meneguk saliva nya susah payah, Gio bisa melihat jika kali ini tatapan Arkanza lebih mengerikan dari pada sebelumnya.

"Jangan BERTERIAK!!!"

Gio tersentak kaget, ia takut Arkanza membentak dengan bola mata yang menghitam, ini lebih mengerikan dari pada film horor yang kemarin lalu Gio tonton bersama Dirga.

Plak!!

Arkanza menampar pipi Gio, bisa di lihat jika sudut bibir Gio mengeluarkan darah berarti Arkanza menampar nya dengan sekuat tenaga.

Air mata Gio menetes, siapa bilang ini rasanya tidak sakit? Ini sungguh sakit, lebih baik Gio jatuh tersandung dari pada harus di tampar seperti ini.

Arkanza berjalan dalam diam ke arah sklar lampu, ia mematikan lampu dan semua nya pun menjadi gelap, Gio menatap sekitar nya dengan panik, ia benci gelap!

Delicious torture√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang