1. Kenyataan

269 18 4
                                    

POV Seo Dal Mi

Kuhempaskan tubuhku pada tempat tidur yang bahkan tak sempat kubereskan pagi ini. Seluruh pakaianku yg sedari tadi basah oleh hujan akhirnya mengering dengan sendirinya. Kenyataan pahit bahwa aku telah dibohongi selama belasan tahun benar-benar menamparku. Kecurigaanku, setelah beberapa malam yang lalu menyamakan tulisan 'Nam Do San' dalam surat-suratku dengan tulisan Han Timjangnim yang ternyata sama persis, akhirnya terjawab dengan jelas pagi ini. Bagaimana mungkin mereka semua bisa membohongiku setelah sekian lama. Bahkan nenek, yang kukira akan selalu ada di pihakku adalah sumber kekacauan semua ini.
Aahhhh kepalaku sakit sekali, entah karena aku basah kuyup kehujanan seharian ini, atau justru karena kekalutan pikiranku. Sebaiknya aku tidur, semoga besok sakit kepalanya hilang.

🐰

Sementara itu di bawah,

"Iya anak baik, Dal mi sudah sampai. Dia baik-baik saja. Aku bahkan tak sempat menanyakan apapun karena dia langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya. Kau tidak perlu khawatir anak baik, Dal Mi akan baik-baik saja. Besok akan aku kabari. Tidurlah.."

Ji Pyeong hanya bisa memijit keningnya yang terasa sakit setelah menutup telpon dari Nenek. Bayangan atas apa-apa saja yang sudah dia lakukan kepada Dal Mi sedari tadi berkelebat, meninggalkan penyesalan yang teramat dalam di hatinya. Seandainya sedari awal dia yang datang menemani Dal Mi di pesta itu, seandainya sedari awal dia mengakui omongan Nenek bahwa dia menyukainya, seandainya sedari awal dia tidak perlu mencari Nam Do San yang asli, seandainya sedari awal dia menulis surat itu menggunakan namanya, maka ia tidak perlu menerima tatapan semenyakitkan itu dari Dal Mi. Ahh.. Seandainya..

🐰

"Dal Mi yaa.. Bangunlah, ayo sarapan. Nenek sudah menyiapkan bubur untukmu. Badanmu demam semalaman, ayo bangun makan buburmu dan minum obat."

Aku hanya menggeliat, lalu membalik badan memunggunginya. Aku masih marah pada Nenek.

"Dal Mi yaa.. Aku mohon, makanlah dulu, badanmu demam semalaman.. Aku janji akan menceritakan semuanya, tapi kau harus menurutiku dulu sebelum aku bercerita. Aku bahkan tidak bersiap untuk membuka kedai corndog hari ini. Aku akan menghabiskan seluruh waktuku untuk bercerita kepadamu. Menjelaskan semuanya. Bangunlah Dal Mi ya.." pinta Nenek dengan suara yang menahan tangis.

Aku tidak tega mendengar Nenek berbicara membujukku sampai seperti ini. Akhirnya aku bangun, duduk di tempat tidurku. Wajah Nenek berubah sumringah, dan langsung membawa meja makan kecil yang diatasnya sudah tersimpan bubur serta madu hangat.

Aku melahap makanan itu hingga mangkoknya licin, tak peduli pada ekspresi Nenek yang menahan tawa karena ia tahu aku menahan lapar. Tak ada makanan apapun yang masuk ke dalam perutku sedari kemarin. Ditambah aku kehujanan hampir seharian, tentu saja demam akan menghampiriku. Aku lalu melahap obat yang sudah Nenek siapkan. Setelah itu aku kembali tidur bahkan saat Nenek belum sempat berkata apa-apa. Tapi seakan sudah sangat mengenalku, Nenek hanya tersenyum kecil membereskan semua peralatan dan kembali ke bawah setelah mengelus lembut kepalaku.
Aahhh Nenek.. Sebenarnya aku sangat ingin memelukmu, tapi gengsiku saat ini sedang diatas angin, aku masih ingin merajuk padamu atas apa yang sudah kau lakukan.

Sementara itu di apartemennya, Ji Pyeong sangat tidak sabar menanti kabar dari Nenek apakah Dal Mi baik-baik saja atau tidak. Berkali-kali ia mencoba menelpon Nenek tapi telpon itu bahkan sama sekali tak diangkat. Dia bingung apakah sebaiknya langsung ke rumah Nenek saja untuk tahu apa yang terjadi. Tapi.. Apakah Dal Mi tidak akan marah jika melihatku disana? Tentu dia akan marah bukan? Tapi rasa khawatir ini bisa membuatku gila! Aku harus tahu kabar Dal Mi setelah kemarin terpergok mengambil dan membaca surat yang (Dal Mi rasa) seharusnya menjadi milik Do San. Kemarin hujan turun sangat deras seharian, entah Dal Mi kehujanan atau tidak. Tapi aaakkkhhhh bagaimana inii??!!! Apa yang harus aku lakukan?!

Hingga akhirnya tanganku seolah bergerak sendiri mengambil kunci mobil yang sedari tadi ada di depanku, dan bergegas menuju rumah Nenek, setelah 5 sambungan telponku padanya tak juga diangkat.

Di sisi lain, kekhawatiran juga menyelimuti Do San, ia sama sekali tak bisa tidur setelah Dal Mi meneriakinya di terminal bis semalam. Dia merasa sangat jahat sudah membodohi Dal Mi (dan dirinya sendiri) sedari awal mereka bertemu. Ponsel Dal Mi bahkan tak bisa dihubungi sejak semalam. Pun dengan ponsel Nenek yang sudah 10x kutelpon, tapi tak pernah diangkat.

"Sebaiknya aku bersiap ke kantor saja. Aku yakin Dal Mi akan bersedia jika aku mengajaknya berbicara langsung."

Do San langsung bersiap untuk menuju ke kantor, walaupun badannya sedikit oleng karena tak tidur semalaman.

🐰

Ting... Tong...
Ting... Tong...
Ting... Tong...

Dal Mi yang baru saja selesai mengambil air minum mendengar ada yang membunyikan bel rumahnya. Nenek baru saja pamit 15 menit yang lalu karena harus ke pasar membeli bahan makanan. Di rumah hanya tersedia bahan baku untuk membuat corndog, sedangkan Nenek harus merawat Dal Mi yang bahkan sejak meminum obat tadi demamnya belum juga turun.

Saat Dal Mi membuka pintu ia terkejut melihat siapa yang datang, pun dengan orang yang berada diluar rumah tak kalah terkejut karena melihat orang yang membuka pintu.

"Ada perlu apa, Han Timjangnim?"

"Oh.. Ehh.. Apa Nenek ada di rumah?"

"Nenek sedang ke pasar." jawabku sembari berniat segera menutup pintu.

"Eh Dal Mi ssi, tunggu jangan tutup dulu pintunya."

Aku terdiam menunggu kalimat apalagi yang akan diucapkannya.

"Ehm.. Aku.. Aku.. Aku diminta Nenek untuk menjemputnya dan mengantar beliau ke kedai corndog pagi ini. Itulah kenapa aku ada disini sepagi ini."

Aku tahu Ji Pyeong berbohong. Nenek tadi bilang bahwa ia akan libur berjualan hari ini. Aku menarik pintu berniat untuk menutupnya lagi. Tiba-tiba mataku terbelalak melihat Ji Pyeong berlutut di tangga rumahku.

"Maafkan aku Dal Mi ssi.. Maafkan aku.. Tolong dengarkan dulu penjelasanku.."

"Han Timjangnim, bangunlah.. Kenapa kau berlutut seperti itu?! Apa yang akan dikatakan tetangga jika ada yang melihat kau begini!"

"Maafkan aku Dal Mi ssi.."

"Bangunlah, aku mohon. Ayo masuk, kita bicara di dalam." akhirnya aku mengalah.

To be continue..

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang