5. Bimbang

159 12 1
                                    

"Direktur, aku ada sedikit permintaan." ujar Ji Pyeong pada Direktur Yoon saat menyerahkan draft yang sudah ia periksa.

"Ya Pak Han, ada apa?"

"Jika Direktur mengizinkan, aku akan bekerja dari RS, pekerjaan yang sekiranya bisa kukerjakan dan kusetorkan lewat email, akan kukerjakan dari sana. Sisanya, jika memang ada yang harus kukerjakan langsung atau ada client yang harus kutemui secara langsung maka akun akan selalu siap."

Direktur Yoon memandang laki-laki di depannya dengan senyum yang lebar. Selama hampir 10 tahun mengenalnya, baru kali ini ia rela untuk susah payah bolak-balik mengurus urusan kantor dan urusan pribadinya. Ia jadi ingin menggodanya sebelum memberikannya izin.

"Apakah Nona Seo seberharga itu untukmu, Pak Han?"

"Ya.. Eh, oh tidak begitu Direktur. Aku hanya ingin membantu Nenek. Seperti yang sudah kuceritakan kemarin,"

"Silahkan Pak Han." ucap Direktur Yoon memotong omongan Ji Pyeong dan memberinya izin atas permintaannya. Ia yakin Ji Pyeong bisa mengatur waktunya dengan baik, walau tidak bekerja di kantor, Direktur Yoon yakin Ji Pyeong akan tetap menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

"Terima kasih, Direktur.."

"Ya Pak Han, kapan lagi aku bisa melihat dirimu bahagia karena jatuh cinta seperti ini?"

Ji Pyeong hanya menatap Direktur Yoon dengan senyuman lebar dan lesung pipi yang tergambar jelas di wajahnya. Ia sudah tidak bisa mengelak lagi di depan atasan yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri ini.

"Kalau begitu aku permisi, Direktur."

"Ya, sampaikan salamku untuk Nona Seo, semoga dia segera sembuh."

"Baiklah Direktur, nanti akan kusampaikan. Aku permisi."

Ji Pyeong segera berlari ke kantornya, mengambil laptop dan segala berkas, yang sebelumnya sudah ia minta siapkan kepada Dong Chun, lalu bergegas keluar Sandbox. Tak lupa ia mampir ke toko buah untuk membeli pesanan Dal Mi.

🐰

Dal Mi masih termenung memikirkan dirinya, bagaimana bisa pelukan lembut dari Ji Pyeong tadi pagi benar-benar berkesan untuknya. Ia bahkan tak membalas pelukan itu, tapi kenapa sampai sekarang ia tak bisa berhenti memikirkan Ji Pyeong?!
Ia bergumam sendiri,
Lalu bagaimana dengan Do San? Bukankah aku masih resmi menjadi pacarnya?
Aaahhhhh aku tidak tauuu, kesalku sambil, mengacak-acak rambutku.
Tepat saat itu, pria yang kurindukan kehadirannya sejak pagi membuka pintu kamar rawatku.
Dia panik melihatku memegang kepala, dan langsung berlari mendekatiku sambil menyimpan tas, tumpukan berkas dan sebuah kantong putih di sofa yg ia lewati.

"Dal Mi ya, kau baik-baik saja? Kenapa kepalamu? Apakah sakit lagi?"

"Eh.. Hmm.. Aku tidak apa-apa Ji Pyeong ssi, kepalaku hanya sedikit gatal karena sejak kemarin belum keramas.."

"Huh.. Syukurlah, bagaimana suhu tubuhmu?" Ji Pyeong memegang kening Dal Mi.
Pipi Dal Mi memerah,

"Masih hangat, dimana termometernya?" tambahnya

Dia membuka laci almari kanan ranjangku dan menemukan apa yang ia cari. Tanpa ba bi bu ia langsung mengarahkan termometer itu pada Dal Mi.

Tiiit, lampu termometer itu memerah dengan angka 37.8 tertera di layarnya.

"Kau masih demam.."

"Apa kau membawa pir hijaunya?" tanya Dal Mi mencoba mengalihkan fokusnya dari dadanya yang terus-terusan berdegup kencang.

"Ah tentu saja. Hampir saja aku lupa."

Ji Pyeong berjalan ke sofa mengambil kantong putih yang ia letakkan disana. Saat itu Nenek keluar dari kamar mandi.

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang