22. Tantangan

126 8 3
                                    

1 tahun kemudian,

Kehidupan pernikahan yang dijalani Ji Pyeong dan Dal Mi berjalan dengan sangat baik. Mereka bisa saling mengandalkan satu sama lain untuk urusan rumah maupun pekerjaan. Untuk urusan anak, mereka tidak pernah berniat menunda tapi Tuhan memang belum mempercayakan keturunan dalam pernikahan mereka.

Selain itu, Dal Mi merasa sangat nyaman menjalani perannya sebagai istri. Karena memang tidak ada yang berubah dratis dalam kehidupannya, kecuali ia sekarang punya teman tidur dan teman setia yang selalu ada untuknya dalam situasi apapun.

Ji Pyeong tidak pernah membatasinya bergerak, untuk segala hal yang ingin Dal Mi kerjakan, untuk segala impian yang ingin Dal Mi raih, Ji Pyeong akan menjadi pendukung utamanya.

Perayaan 1 tahun pernikahan mereka kemarin hanya dihabiskan dengan makan bersama dirumah nenek, bersama Ibu, In Jae dan Direktur Ji (yang kini sudah resmi berpacaran), dan tentu saja bersama Nenek yang fisiknya masih sangat sehat, hanya matanya saja yang tidak bisa melihat. Perjuangan mendapatkan donor mata bukanlah hal yang mudah.

🐰

Malam itu, sekitar jam 2 pagi HP Ji Pyeong berdering. Dal Mi terbangun dan melihat siapa yang menelpon. Ada nama Veronica Park disana. Dia kemudian membangunkan Ji Pyeong.

"Sayang bangunlah, Veronica menelpon."

Ji Pyeong tak bergeming.

"Sayang.." ujar Dal Mi sambil mengguncangkan tubuh Ji Pyeong dengan agak keras agar suaminya itu segera bangun.

"Hmm..kenapa sayang? Jam berapa ini?" ujar Ji Pyeong mengerjap-ngerjapkan matanya

"Ini, Veronica menelponmu."

Tapi deringan telpon itu sudah terputus.

"Tunggulah sebentar, jangan langsung tidur lagi. Siapa tau dia akan menelpon lagi."

Ji Pyeong mengangguk tapi matanya terpejam.

Dugaan Dal Mi benar, Vero menelpon lagi.

"Halo." angkat Ji Pyeong

"Ji Pyeong ssi, maaf mengganggumu malam-malam."

"Ada apa?"

"Suamiku bilang ada pasien yang siap mendonorkan matanya untuk nenekmu. Tapi kalian harus segera kesini dalam waktu 3 hari ke depan. Jika tidak, akan diberikan pada pasien waiting list selanjutnya."

Mata Ji Pyeong langsung terbelalak.
" Benarkah? Syukurlah.. Akhirnya ya Tuhan.. Terima kasih.. Baiklah, aku dan keluargaku akan segera berangkat malam ini juga kesana. Terima kasih Vero.. Terima kasih banyak.."

"Baiklah. Senang bisa membantu, aku tunggu kedatanganmu dan keluargamu disini."

"Ya, sekali lagi terima kasih."

Setelah telpon ditutup, Ji Pyeong langsung menghambur memeluk Dal Mi.

"Nenek dapat donor mata sayang, akhirnyaaa.." Ji Pyeong menangis dipelukan Dal Mi

"Ya Tuhan.. Terima kasih.. Aku bahagia sekali sayang.." Dal Mi ikut menangis.

Ji Pyeong melepas pelukannya,

"Kita harus berangkat malam ini juga ke Kanada, segera telpon Ibu dan Nenek agar bersiap. Kabari In Jae juga, mungkin dia ingin ikut."

"Baiklah sayang."

Dal Mi segera menelpon ibunya, memintanya bersiap untuk terbang ke Kanada malam ini. Ji Pyeong segera memesan tiket pesawat untuk mereka berempat. Saat akan memesan hotel, Vero mengiriminya pesan bahwa selama disana mereka bisa menggunakan apartemen lamanya yang kini kosong, karena ia sudah pindah ke rumah suaminya. Ah, Ji Pyeong merasa sangat beruntung bisa mendapatkan semua kemudahan itu.

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang