6. Bimbang (2)

163 11 6
                                    

Setelah Nenek terbangun, akhirnya Dal Mi mendengarkan penjelasan kenapa Ji Pyeong begitu terpuruk saat mendengar Nenek punya penyakit yang tak bisa disembuhkan. Dalmi akhirnya mengerti sejauh apa kedekatan Nenek dan anak baiknya. Ia akhirnya juga mengerti kenapa 15 tahun yang lalu, Ji Pyeong rela berbohong menuruti keinginan Nenek untuk memberiku teman.

Setelah puas bercerita satu sama lain, Nenek kembali tertidur. Ji Pyeong melepaskan tangan Nenek yang sedari tadi ia genggam, dan menyelimuti satu-satunya keluarga yang ia punya itu.
"Aku berjanji akan berusaha mencarikan donor mata untukmu, Nek. Kau tidak akan kehilangan penglihatanmu." ujarnya

Ji Pyeong juga menuntun Dal Mi kembali ke ranjangnya.
"Maafkan aku. Gara-gara mendengarkan ceritaku, kau jadi telat tidur dan kurang istirahat."

"Tidak apa-apa." jawab gadis itu sambil memberikan tatapan dan senyuman hangat.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.30, tapi Ji Pyeong belum bisa tidur. Dia masih menyelesaikan pekerjaannya yang sedikit terbengkalai tadi. HPnya berdering, direktur Yoon.

"Halo, direktur."

"Pak Han, syukurlah kau belum tidur."

"Ada apa direktur? Apa ada sesuatu yang penting sampai anda menelponku di jam seperti ini."

"Pak Han, apa kau mengenal Veronica Park dari Perusahaan Saham Exellent di Kanada?"

"Oh ya tentu saja, dia adalah temanku selama dulu aku tinggal di Kanada 6 bulan. Ada apa memangnya?"

"Dia dikirim oleh perusahaannya untuk hadir ke acara Demo Day Sandbox bulan depan. Awalnya aku akan menyuruh supir untuk langsung mengantarkannya ke hotel, tapi baru saja pegawainya di Kanada menelponku, dia bilang tadi saat sebelum take off Veronica berpesan ingin dijemput olehmu, teman lamanya."

"Jam berapa pesawatnya mendarat?" jawab Ji Pyeong sembari melihat jam tangannya

"Sekitar jam 2 pagi ini. Apa kau tidak keberatan jika aku meminta tolong menjemputnya ke bandara?"

"Baiklah direktur. Aku akan menjemputnya."

"Ya terima kasih Pak Han."

Hoaaahhhh
Ji Pyeong menguap, badannya sebenarnya sangat letih, ditambah efek setelah menangis karena masalah Nenek tadi meninggalkan sedikit rasa sakit di kepalanya. Tapi ia harus segera berangkat ke bandara.

Ia mendekati Nenek yang sudah tertidur lelap, memeriksa apakah badannya sudah terselimuti dengan baik. Kemudian ia mendekat ke ranjang Dalmi, memegang keningnya memeriksa suhu tubuhnya, masih hangat. Ia segera mengambil termometer lagi dan ternyata suhunya naik, 38 derajat.
Ia lalu menyelimuti Dal Mi sampai ke pundaknya agar ia tidak kedinginan.

"Aku pergi sebentar." bisiknya sembari membenarkan anak rambut yang menutupi kening Dal Mi.

Saat hendak berbalik ia mendengar Dal Mi berbicara pelan,

"Mau kemana malam-malam begini.."

"Ah maaf aku membangunkanmu ya."

"Kau mau kemana Ji Pyeong ssi?"

"Aku harus ke bandara. Menjemput temanku dari Kanada yang akan menghadiri demo day nanti."

"Laki-laki atau perempuan?" Dal Mi terkaget sendiri mendengar pertanyaannya.

Ji Pyeong tersenyum, lesung pipinya menghiasi kedua pipinya.
"Perempuan.."

Sadar tak sadar wajah Dal Mi mengerut mendengar jawaban Ji Pyeong,

"Kapan kau akan kembali?"

"Setelah mengantarnya ke hotel aku akan mampir ke rumahku sebentar. Aku harus membawa baju ganti. Lalu secepatnya kembali kesini. Tidak apa-apa kan?"

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang