3. Permintaan Maaf (2)

150 16 2
                                    

Selama di dalam lift, Ji Pyeong hanya bisa memikirkan apa yang akan diobrolkan oleh Dal Mi dan Do San. Ia khawatir, sekaligus cemburu meninggalkan mereka berdua saja di kamar. Tapi ia tak punya hak apapun untuk melarang ataupun bersikukuh menemani mereka disana.

"Ya! HAN JI PYEONG! Apa kau tidak mendengarku?" teriak Nenek. Untung saja di lift itu hanya ada mereka berdua.

"Oh maafkan aku Nek, tadi aku sedang memikirkan sesuatu."

"Aku sampai 5x memanggilmu baru kau bisa mendengar"

"Hah? Benarkah Nek? Duh aku benar-benar minta maaf .." ujar Ji Pyeong sambil salah tingkah mengusap-usap tengkuknya.

Sesampainya di cafe mereka memesan 2 gelas hot americano, dan duduk bersama di meja ujung.

"Bagaimana ceritanya tadi pagi kau bisa ada di rumahku dan akhirnya menemukan Dal Mi pingsan?"

"Semalaman aku khawatir dan tidak bisa tidur. Sejak jam 5 tadi pagi aku coba menelpon Nenek tapi tak pernah diangkat. Karena khawatir ada apa-apa akhirnya aku memutuskan untuk datang langsung ke rumahmu. Ternyata Dal Mi yang membuka pintu karena Nenek sedang ke pasar.. Dal Mi hampir tak mengizinkan aku masuk. Tapi aku berlutut di tangga rumahmu, memintanya untuk memberiku kesempatan meminta maaf."

"Kau berlutut di depan Dal Mi?"

"Iya Nek.. Aku tidak tahu lagi cara lain agar dia mau mendengarkan penjelasanku.. Tapi setelah kami masuk ke dalam dan duduk bersama di ruang tamu, lidahku terasa sangat kelu. Sampai akhirnya Dal Mi masuk ke kamarnya karena kepalanya sakit dan tak lama setelah itu aku mendengarnya mengerang kesakitan. Dan ya.. Terjadilah kejadian tadi yang Nenek saksikan."

Nenek hanya mengangguk-angguk mendengarkan cerita Ji Pyeong.
"Aku tak menyentuh HPku setelah menutup telponmu semalam. Saat Dal Mi terbangun karena ingin ke kamar mandi, ia terlihat sangat pucat. Aku langsung mengikutinya ke kamarnya. Ternyata ia demam tinggi. Tapi dia menolak makan dan minum obat. Akhirnya semalaman aku hanya bisa mengompresnya. Demamnya tak kunjung turun.. Aku khawatir sekali."

"Kenapa kau tidak menghubungiku Nek.."

"Dal Mi melarangku menghubungi siapapun. Dia bilang dia ingin sendiri. Walaupun suhu badannya panas, dia masih bisa tegas dan galak kepadaku, apa yang bisa aku lakukan?"

"Aku khawatir Nek.. Aku sangat takut terjadi apa-apa pada Dal Mi.."

Nenek hanya bisa mengenggam tangan Ji Pyeong untuk menenangkannya. Saat tiba-tiba ponsel Nenek berbunyi dan nama Do San tertera disana.

"Halo. Do San na?"

Ada jeda sebentar,

"Oh begitu, baiklah aku akan segera ke atas."

"Ayo Ji Pyeong ah, Dal Mi menyuruh kita kembali ke kamarnya."

"Baiklah Nek."

Hati dan pikiran Ji Pyeong kalut, ia sangat penasaran apa yang diobrolkan oleh Dal Mi dan Do San, tanpa tahu cara untuk mengetahui hal itu.
Sesampainya di kamar, perawat sedang memeriksa suhu tubuh Dal Mi yang ternyata naik lagi. Kepalanya sakit lagi, dia berbaring untuk meredakan sedikit sakitnya.

Ji Pyeong terlihat sangat khawatir, begitu pun dengan Do San. Nenek hanya bisa menangis melihat Dal Mi kesakitan.

"Biarkan aku menginap disini malam ini."
Ucap Ji Pyeong dan Do San bersamaan. Mereka lalu saling berpandangan dan akhirnya saling membuang muka. Kepala Dal Mi terasa lebih nyut-nyutan dari sebelumnya karena melihat tingkah mereka berdua.

"Biarkan aku berdua dengan Nenek malam ini, aku ingin malamku tenang."

"Tapi Dal Mi ya, bagaimana kalau kalian butuh sesuatu? Nenek akan kesulitan mengurusmu sendirian." jawab Ji Pyeong.

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang