19. Lamaran

139 9 4
                                    

Senyum indahmu saat menerima surat pertama dariku
Matamu berbinar kala kau membaca suratku
Aku.. Yang dulu bahkan tak bernyali untuk menyebutkan namaku..
Tak berani berharap lebih..

Rumah burung kecil ini menjadi saksi bisu,
Bagaimana aku mencoba kembali, mencari jejak yang kuharap kau tinggalkan sedikit untukku,
Agar aku tak kehilangan arah saat ingin kembali padamu.

Tahun ini aku menyerah, setiap langkah yang menyertaiku pergi ke Seonju, untuk sekedar menghabiskan rasa penasaranku mencari kemanakah dirimu pergi.

12 tahun berlalu, kau tiba-tiba muncul dihadapanku, menjadi gadis penuh semangat dan impian besar. Tapi sekali lagi, harapanku harus dijatuhkan, karena bahkan kau tidak mengenaliku.

Kemudian, dalam lelah dan cemburu, aku menyadari bahwa semua adalah kesalahanku. Aku pengecut, tak berani mencarimu, tak berani menyebut namaku dihadapanmu, tak berani jujur padamu bahwa akulah si penulis surat.

Hingga tangan Tuhan kemudian bekerja, membawa kita dalam satu cerita dan jalan yang sama.

Takdir? Sejak aku mengerti apa itu takdir, aku bahkan tak pernah mensyukurinya. Bagaimana seorang anak tak bersalah harus terpisah dari orangtuanya yang tak menginginkannya, harus tumbuh di lingkungan panti asuhan. Tapi , sejak bertemu denganmu, aku percaya Takdir itu nyata. Kau cinta pertama dan terakhirku.

Suara lembut Ji Pyeong dalam video itu, mengiringi rentetan foto-foto kisah perjalanan Dal Mi dan Ji Pyeong. Dal Mi bahkan sudah tak mampu menahan air mata haru dan bahagia. Sampai kemudian Ji Pyeong memanggilnya dari atas panggung,

"Seo Dal Mi ssi, dengan segala kehormatan, aku menunggumu diatas panggung ini."

Dal Mi berdiri dan kemudian melangkah maju ke arah panggung.
Setelah mereka berhadapan, Ji Pyeong kemudian berlutut sambil memegang sebuah kotak putih berisi cincin berlian yang senada dengan kalung yang sekarang bertengger di leher Dal Mi.

"Seo Dal Mi ssi, seperti lirik indah yang ada dalam lagu, kau sangat tahu betapa aku mencintaimu. Aku tak meminta apapun darimu selain kesediaanmu menemaniku dan mendampingiku hingga ujung usiaku. Dal Mi ssi, bersediakah kau menjadi istriku?"

Air mata bahagia Dal Mi sudah tak tertahankan lagi, ia tak sanggup berkata-kata dan hanya mampu memberikan anggukan yakin menjawab lamaran laki-laki yang sangat ia cintai itu.

Ji Pyeong tersenyum lebar, kemudian ia memakaikan cincin itu di jari manis kiri Dal Mi. Ia lalu berdiri dan memeluk Dal Mi dengan sangat erat. Hampir semua orang di pesta sangat terharu dan turut berbahagia.

🐰

"Aku akan meminta restu pada Nenek dan Ibu malam ini juga."

"Sejak kapan kau mempersiapkan semua itu tadi?"

"Belum lama ini."

"Video tadi, kau buat sendiri?"

"Tentu saja.."

"Kapan kau ada waktu untuk membuat itu? Kau selalu sibuk."

"Jika itu untukmu, aku akan selalu punya waktu, Seo Dal Mi ssi.."

"Terima kasih Ji Pyeong ssi.."

"Apa kau bahagia?"

"Tentu saja. Aku sangaat bahagia."

Ji Pyeong semakin mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Dal Mi. Dia menyetir dengan tenang menuju ke rumah Dal Mi.

🐰

Nenek dan Ibu masih menonton televisi di ruang tamu saat Dal Mi dan Ji Pyeong datang. Dada Ji Pyeong berdebar dengan sangat kencang, walaupun ia cukup yakin Nenek dan Ibu akan merestui, tapi tetap saja, meminta seorang gadis dari keluarganya bukan sebuah hal yang mudah.

Cintaku, Untuknya? Atau Untukmu? (Start Up FanFiction, JiDal Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang