bab 22

10 1 4
                                    

Suasa menjadi sunyi. "Daddy bilang kalau anda mempunyai anak laki laki, maka Daddy menyuruh kami untuk berteman dengan anak anda." ucap Anggara yang sedang mengarang.

"Ha? Anak laki laki?." Tanya bapak tsb sambil menyipitkan mata nya.

"Hussst... anak perempuan kali brow." bisik Askan sembari menyenggol Anggara.

Lirih Anggara dengan gugup. "Eee maksud saya anak perempuan."

Ia berpikir ingin menjodohkan anak nya dengan Anggara. Ia yakin kalau anak perempuan nya akan hidup kaya raya jika anak nya bersama Anggara.

Mereka pun berjalan menuju rumah pak Ardiyansah untuk mencari bukti dirumah nya.

"Silahkan duduk dulu tuan muda. Saya mau buat cemilan dulu." Ujar pak Ardi.

Saat ia sedang membuat cemilan, Anggara dan Askan membuka lemari-lemari yang ada di sekitar mereka. Diruang tamu sama sekali tidak ada bukti yang mencurigakan.

Mereka berjinjit ke arah kamar pak Ardi agar tidak ketahuan.

"Yakin lu ini kamar nya?." Ucap Anggara.

"Udh lo ikutin aja dah, siapa tau ada bukti di kamar ini." sahut Askan sambil berjalan kembali.

Saat sedang mencari informasi Askan tidak sengaja melihat foto Asyinta. Ucap askan "jir, ini bukan nya kakel itu ya?."

"Hah, mana coba sini gua lihat."

ia menjelitkan mata nya sambil membuka mulut.

"Iya kan?." Tanya Askan.

Anggara mengangguk. Karena penasaran kenapa ada foto Asyinta di laci kamar ini, mereka berdua mengobrak abrik berkas berkas pak Ardi. Tak sengaja buku diary terjatuh ke kaki Anggara. Ternyata itu adalah diary pak Ardiyansah.

Ia menatap ke arah Askan. Anggara menarik satu bangku untuk membaca.

Isi diary tersebut "Awal nya saya menganggap kita bertiga adalah sahabat. Seiring nya waktu saya menyadari sikap Baswana. Ia lebih dekat dengan Andani dari pada saya. Sejak saat itu saya mulai membenci Andani. Saya menyoret Andani dari foto kami bertiga. I hate Andani! Semenjak saat itu mereka ingin jalan jalan ke luar saya tak di ajak sama mereka. Saya pun berpikir untuk memitnah Andani supaya Baswana membenci dia."

Askan sontak kaget melihat cerita tersebut. Begitu pula dengan Anggara. Anggara yakin kalau papa Cinta tidak bersalah. Yang bersalah adalah... Ardiyansah?

Mereka melanjutkan membaca cerita tersebut.

"Saat saya sudah membuat Andani di benci saya merasa bersalah akan semua ini. Karna ke irian, saya melupakan kenangan kami bertiga saat dahula kala. Diary ini akan menjadi kenangan yang menyakitkan. Tak akan pernah saya lupakan masa kelam itu. Rasa nya ingin meminta maaf ke Andani, tapi ..... Saya tidak mau Baswana malah membenci diri saya. I'm sorry Andani♡."

"WHATTT?" Ucap Askan berteriak. Anggara sontak menutup mulut Askan.

"Sssttt.. huh, ini akan kita bawa ke rumah, saat Sampai di rumah kita akan lanjutkan membahas buku ini."

Anggara menarik tangan Askan dan keluar dari kamar. Pak Ardi membawa cemilan yang sudah ia goreng ke ruang tamu.

Ucap Anggara saat di ruang tamu "Maaf. Kami disuruh Daddy untuk pulang. Ada acara keluarga. Sekali lagi saya minta maaf, lain kali kami akan berkunjung lagi."

***

Mereka pun sampai di rumah. Dan bergegas ke kamar.

"Huh. Jadi selama ini Ardiyansah yang telah menggelap kan uang perusahaan Daddy. Dan ia menuduh Pak Andani. Kurang ajar." Sahut Askan.

Cinta Anggara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang