32. Penyesalan

237 18 11
                                    

   

       Diruangan nuansa putih itu terlihat Tedja sedang duduk dikursi dan di depannya sang Dokter sedang memegang hasil lab dan Rontgen dari pemeriksaan Kiara barusan .

" Gimana Dok ? " Tanya Tedja harap cemas . Ia mengamati teliti apa yang dilakukan dokter itu .

Terdengar helaan nafas panjang sang Dokter sebelum menghadap Tedja .
" Saya rasa kamu sudah tau apa yang sebenernya terjadi . " Kata Dokter membuat Tedja menelan ludahnya sendiri dengan susah payah .

" Hasil lab dan Rontgen ini sudah sangat jelas,.... Kiara harus di - kemoterapi. " Lanjut Dokter membuat Tedja menahan nafasnya seperkian detik itu .

" Kemo ?" Gumam Tedja lirih.


" Iyah . Sudah stadium 3 , Tedja . "



BUMMNNN !!!

Bagaikan disambar petir , Tedja seakan lemas ditempatnya . Matanya layu menatap ke sembarang arah .
Memang bukan pertama kalinya, Tedja sudah tau tentang sakit Kiara . Tapi apakah secepat itu?
Pas pemeriksaan pertama memang Dokter sudah bilang bahwa sudah stadium 2 .

Dan sekarang , stadium 3 , artinya Kiara benar-benar harus dirawat .

Yah , Kiara mengidap Leukimia . Entah sejak kapan Tedja tidak tau seberapa lama Kiara memendam rasa sakit itu seorang diri.
Dan sekarang .. ia harus bagaimana ? Bukan masalah tentang biaya pengobatan sebagaimana mestinya. Tapi yang pertama bagaimana ia harus mengatakan pada adiknya itu ? Apa yang akan ia katakan? Dan setelah itu ia harus bagaimana ?

Entahlah !

Untuk sekarang ini otak Tedja buntu . Benar-benar buntu .

" Dan Iyah , Saudara Tedja . Kiara membutuhkan segera pendonor sumsum tulang belakang. "

Sekali lagi Tedja terperanjat dengan pernyataan sang Dokter.
Apa ? Sumsum tulang belakang ?

" Dan ini harus dilakukan segera , mengingat keadaan Kiara yang semakin hari semakin lemah . "

" Dimana saya harus dapatkan nya Dok ? Apa pihak rumah sakit bisa mencari pendonornya ? " Tanya Tedja kemudian .

Sang Dokter pun memandang Tedja dengan heran .
" Pendonor harus sama DNA nya sama Kiara . Dan untuk sumsum tulang belakang biasanya hanya pihak keluarga yang mempunyai kesamaan 90% . " Terang Sang Dokter .

Tedja tercekat .
Bagaimana mungkin , sedangkan dirinya dan Kiara soal biologis bukanlah saudara kandung .

" kamu bisa jadi cocok dengan DNA nya adik kamu ." Celetuk sang Dokter kemudian .

Tedja terdiam .
Pikirannya berkecamuk .

"Bagaimana mungkin ....-" gumam Tedja dalam lamunannya , membuat Dokter itu menyerngit heran .

"Maksutnya ??"

Tedja tersadar . Ia mendongakkan wajahnya yang tertunduk itu menghadap sang Dokter .
" Kami bukan saudara kandung , Dok !"

Dokter itu tertegun .
Namun beliau segera menatap kembali hasil Rontgen Kiara dan lalu duduk di kursi kerjanya.

" Kalau begitu Ayah atau Ibu ?"

" Kami sebatang kara . " Sahut Tedja membuat Dokter itu tertegun sekian kalinya .


" Lalu ???"

Entahlah .
Tedja hanya terdiam . Ia tidak tau harus apa yang dilakukan .

Dokter itu menghela nafas dengan kasar . Hingga Tedja merubah posisi duduknya dan kini menghadap sang Dokter itu .

I'M YOURS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang