#READY FOR WAR#

392 66 4
                                    

"Aku baru membayangkan bangun di pagi hari dengan pemandangan hamparan pasir pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku baru membayangkan bangun di pagi hari dengan pemandangan hamparan pasir pantai. Lalu ditemani cuaca pagi yang cerah, langit yang biru, dan suara deburan ombak." Gerutu Yeaji

"Hey, sahabat kita sedang butuh bantuan! Ayo semangat!" Ucap Joongi

Yeaji berjalan menuju mejanya dan membuka satu persatu berkas yang di berikan Donghae. Sebenarnya mereka tidak perlu susah payah mencari ini dan itu. Mereka hanya tinggal, mempelajari bahan yang ada dan lalu tinggal beraksi saja. Karena Donghae sudah menyiapkan semuanya dengan sangat lengkap dan rapih.

"Boleh juga pekerjaanya." Puji Yeaji

"Anak yang manis, sayang sekali nasibnya tidak semanis itu."

"Yak! Lihat ayah dari salah satu pelaku pembullyan ini. Dia kan, wah ... ini namanya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui."

"Sambil menyelam minum air mungkin maksudmu."

"Ahh sama sajalah! Dia tidak sekalian kita ringkus? Hahahahah, pasti akan sangat seru di persidangan nanti."

"Sepertinya itu bukan urusan kita sekarang, sayang sekali. Kita meminta pemanggilanya untuk kasus suap di sekolah saja. Ya, walaupun kita tau dia melakukan hal lain. Hal lain yang lebih besar dari itu."

"Jadi yang akan menjadi saksi untuk mendiang Sejeong ini, Hwang Yeji dan Kim Yeri. Mereka pelaku juga sebenarnya, tapi dari data ini tertulis kalau mereka tidak ikut andil dalam pembullyan terakhir."

"Maksudmu pembullyan puncak?"

"Tepat! Dan selanjutnya ada Hwang Haneul, salah satu staff sekolah yang akan menjadi saksi mata atas di sembunyikanya kasus Sejeong ini. Sekolah macam apa itu?!"

Joongi juga melihat beberapa berkas tambahan dari Donghae perilah Minjun. Sebenarnya hanya untuk sekedar info saja. Mereka sama sekali tidak akan ikut campur dalam masalah Minjun.

"Hukumannya pasti sangat berat." Ucap Joongi

"Kasus kakanya? Pembunuhan berantai itu kan?"

Joongi menganggukan kepalanya.

"Dia membunuh kedua orang tuanya, lalu membunuh 5 orang remaja perempuan yang dimana mereka adalah pelaku pembullyan adiknya. Lalu menggunakan senjata secara ilegal sampai melukai warga sipil, memasang peledak secara sengaja dirumah seseorang, dan menyerang 2 remaja sampai terluka parah."

Prokkk .....

Prokkk .....

Yeaji langsung memberikan sebuah standing ovation setelah mendengar kalimat panjang dari Joongi. Kalau di ibaratkan sebuah pertunjukan itu sudah yang paling spektakuler.

"Bravooo!!" Sorak Yeaji

"Sudah pasti penjara seumur hidup, belum lagi dengan dendanya. Ah tidak-tidak, ini sih sudah pasti hukuman mati."

6th Sense [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang