A decision

1.9K 71 14
                                    

Keputusanku sudah bulat! Antara Kak Ain dan Rizky tak akan ada satupun yang aku pilih, aku mencintai keduanya. Aku tak mau menyakiti salah satu dari mereka, mereka begitu berarti bagiku. Semenjak kepulangan kami dari Raja Ampat, aku mulai menjauhi Rizky dan Kak Ain, sesak rasanya, sesak sekali! Saat harus mendiami Rizky seperti itu, saat dimana dulunya kami selalu menghabiskan waktu bersama, sekarang hanya tinggal kenangan. Hubunganku dengan Rizky memang sudah diujung tanduk, setiap bertemu di kantorpun kami seolah tak saling kenal.

Rizky sempat menanyai penyebab perubahan sikapku, setiap hari dia tak pernah absen untuk datang menjemputku ke kantor, tapi selalu kutolak. Rizky tak pernah menyerah untuk memperhatikanku, walaupun selalu ku balas dengan pil kekecewaan. Bahkan Rizky pernah bersungkur di hadapanku sambil menangis, apa saat itu aku tersenyum puas saat melihatnya seperti itu? Jawabannya tidak! Air mataku ikut jatuh dengan jatuhnya air mata Rizky, ingin rasanya ku usap air mata itu dan kupeluk erat tubuhnya.

Tak jauh berbeda dengan Rizky, akupun melakukan hal yang sama pada Kak Ain. Tapi entah kenapa? Aku tak terlalu memusingkan Kak Ain. Setiap malam aku menangis, tapi yang aku tangisi adakah Rizky, bukan Kak Ain. Apalagi mimpi itu terus menghantuiku, apa jawaban dari mimpi itu adalah saat dimana aku meninggalkan Rizky seperti sekarang ini? Ya mungkin itu jawabannya.

Sampai suatu hari Rizky mulai lelah, mulai lelah dengan sikapku, Sekali lagi mataku bengkak dan merah karena menangisi perubahan sikap Rizky yang mulai mengacuhkanku. Tapi aku memang pantas mendapatkannya! Aku sudah membuatnya terluka, jadi akupun pantas untuk dilukai. Ya sesekali Rizky masih memberikanku perhatian, tapi seperti dipaksakan. Aku hanya bisa sabar, semua demi kebaikan Rizky dan juga Kak Ain.

Aku sudah memilih hari dimana aku akan mengakhiri hubunganku dengan Rizky. Besok adalah hari terakhir aku di kantor, dengan kata lain besok adalah penarikanku dari kegiatan PSG yang beberapa bulan ini aku jalani. Itu berarti aku tak bisa bertemu dengan Rizky lagi, membayangkannya saja sudah membuat dadaku sesak. Hari dimana aku akan mengakhiri semuanya adalah besok. Dan kalian tau? Lusa adalah Anniv bulan ketiga hubunganku dengan Rizky, dan besok aku akan mengakhirinya. Kejam? Silahkan caci maki aku sesuka hati kalian, aku pantas dicaci maki.

*****

Kantor hari ini tampak lain dari biasanya, karna hari ini adalah penarikan siswa-siswi PSG, jadi kantor tempat dimana aku PSG mengadakan acara kecil-kecilan sebagai tanda perpisahan. Kusapu tatapanku menyusuri ruangan mencari sosok Rizky, tapi tak ku temukan. Semua larut dalam kebahagiaan kecuali aku, aku sangat-sangat membenci hari ini. Kulangkahkan kakiku menuju ruang training, kulihat Rizky tengah duduk sambil menundukkan kepala, entah apa yang sedang dia lakukan? Tapi melihatnya lagi-lagi membuat air mataku tak bisa kubendung.

"Rizky" ucapku lirih, namun ku yakin dia bisa mendengarnya. Rizky mendongkakkan kepalanya menatapku, terlihat raut kesedihan disana. Air mataku lolos jatuh begitu saja, aku melangkah mendekati dan memeluknya. Kucurahkan semua sesak dihatiku, aku sudah tak tahan memendam sakitnya hati ini.

"Hey kenapa kamu menangis? Bukankah ini hari yang kamu tunggu-tunggu, bergabunglah dengan mereka dan bersenang-senanglah". Ucapan Rizky sungguh membuatku sakit, bagaimana mungkin dia mengatakan bergabunglah dan bersenang-senanglah seenak jidatnya. Tak taukah kamu Rizky! Aku bahkan sangat membenci hari ini. Kueratkan pelukanku, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya, rasanya aku tak bisa mengakhirinya, tapi akupun tak mau membuat Kak Ain sakit. Aku harus apa?

Rizky membalas pelukanku setelah beberapa menit tak membalasnya, kami berpelukan lumayan lama, air mataku masih betah untuk menetes.

"Oh ayolah! Don't cry" Rizky melepas pelukannya dan mengusap air mataku.

"Look at me!" Rizky memegang kedua pipiku dan menatap mataku lekat, "Aku nggak peduli seberapa cueknya kamu sekarang Adel! Yang aku tau, aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, dan itu nggak akan menggoyahkan pertahananku! Kapanpun kamu butuh aku, aku selalu welcome Del,"  Lagi-lagi air mataku jatuh, aku merasa sangat berdosa sudah membuat orang yang aku cintai dan yang mencintaiku seperti ini. Mulutku seperti di sumbat, tak dapat berkata apa-apa.

Lontar (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang