♀️Keputusan Besar ♂️

21.5K 5.7K 2K
                                    

Hayiii

Absennya dulu yerobun~

Udah, thanku udah stay di cerita ini sampai mau tamat 🤍

Dera berdiri memegangi tangan gue, dia menarik tubuh gue mendekat padanya sampai dia bisa merangkul gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dera berdiri memegangi tangan gue, dia menarik tubuh gue mendekat padanya sampai dia bisa merangkul gue.

Sekarang situasinya makin rumit, bukan cuma takut sama Mami, gue juga takut sama Dera. Gue nggak tahu kalau dia bakal datang pas gue teriak. Pikir gue dia ada di dalam aula lebih lama.

Mata gue udah berkaca-kaca takut memandangi Dera. Namun seolah nggak ada takutnya dia menatap Mami gue dengan tatapan menantang.

Melihat itu Mami menyunggingkan senyum miring meremehkan. "Pacar anak saya? Yang benar aja, tcih."

Mami geleng-geleng kepala. "Ke sini kamu Jo!" suara Mami memang lebih pelan daripada yang tadi, tapi itu pertanda buruk buat gue.

"Saya bilang ke sini, tunggu apa lagi kamu di situ, mau berada dipelukan laki-laki? Nggak malu kamu memangnya? Sadar, kamu juga laki-laki sekarang."

Gue menggigit bibir karena menahan tangis. Perlahan gue melepaskan rangkulan Dera dari pundak gue. Dera masih sempat mau nahan gue tapi pada akhirnya gue memilih ikut masuk ke mobil bareng Mami. Di dalam mobil, gue melihat Mami yang berdiri bicara sama Dera entah tentang apa, tapi wajah Dera kelihatan marah.

Mami ikut masuk ke dalam mobil usai bicara sama Dera. Saat mobil akan jalan, gue masih sempat melihat ke luar, memandangi Dera yang berdiri di samping mobil Mami.

Di dalam mobil pun gue mengunci mulut rapat-rapat, gue masih jengkel sama apa yang Mami lakukan tadi. Gue tahu gue juga salah teriak begitu di depan aula, tapi Mami jelas jauh lebih salah karena terang-terangan bilang tujuan dia ngelahirin gue cuma buat warisan Eyang.

"Jadi, kamu masih mau menolak hasil keputusan keluarga? Iya?"

Gue mengabaikan pertanyaan Mami. Bekas tamparan tangannya tadi masih terasa sakit, begitupun luka di hati gue.

"Kenapa cuma diam?"

"Terus Jojo mesti ngereog!?" jawab gue asal bunyi.

Mami makin naik pitam. "Terserah kamu, mau atau nggak ujungnya juga kamu tetap harus menjadi penerus."

"Tapi nggak setelah mereka tahu saya seorang cucu perempuan seperti Nana."

Mami gue kelihatan benar-benar emosi, mungkin kalau nggak dilihat supir dari kaca depan, Mami udah nampar gue lagi.

Setidaknya bilang maaf ke anaknya yang udah dia lukai, ini malah terus ngomongin warisan doang. Sakit!

My Handsome Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang