PAGE 16 🔅 Gone

1.3K 162 162
                                    

Wah rame ya ternyata, karena udah lebih dari 15 komen, jadi aku akan menepati kata-kata ku. Makasih ya jangan lupa vote dan komen.

Kalau nyampe Chap ini 40 komen baru di update Chap berikutnya 🤠











Chan pergi ke pemakaman itu. Dia untuk pertama kalinya mengunjungi pemakaman istrinya itu.

"Maafkan aku, aku tidak tahu kau sudah pergi. Aku bahkan tidak mengingat mu, tolong maafkan aku" kata Chan di depan kuburan itu.

"Dia benar-benar mempermainkan aku, apa yang harus aku lakukan? Maafkan aku tapi aku sepertinya mencintai dia. Tapi aku benci kebohongannya" gumam Chan dengan mata berkaca-kaca.

🔅🔅🔅

"Terima kasih" kata Minho pada kurir itu. Hampir dua bulan dia pergi dari sana. Minho sudah menginap di rumah teman-teman secara bergantian.

Saat dia pergi dia benar-benar tidak membawa uang atau apapun, dia hanya membawa dirinya. Tapi Jisung untung saja mau meminjamkan satu kamarnya untuk Minho.

Minho mengulang semuanya dari awal, karena dia meninggalkan dokumennya ijazahnya di rumah Chan jadi dia hanya bisa bekerja paruh waktu saja.

Makanan instan di depannya itu membuatnya tersenyum. Ini seperti sebuah roda yang berputar. Dulu Minho berada di posisi ini lalu naik dan kembali pada posisi ini. Memang jika melakukan sesuatu dengan instan itu maka hasilnya juga akan instan.

"Tidak apa, setidaknya aku pernah pergi ke restoran mewah" gumam Minho sambil berkaca-kaca. Bukan restoran itu yang dia rindukan, tapi pria yang dia ajak ke sana.

"Sudah cukup jangan berharap Minho, biarkan dia bahagia kau sudah mempermainkan dia. Dia pria baik" gumam Minho.

"Ini! lain kali bekerja dengan benar, setiap jam lari ke kamar mandi" gumam bos Minho. Pria manis itu menunduk sambil menerima uang itu.

"Minho kau baik-baik saja kan? Kau terus muntah dari tadi. Apa kita ke dokter saja ya" kata teman kerja Minho. Pria manis itu menggeleng pelan, jika dia ke dokter mungkin uang itu akan habis sekali pakai padahal Minho sudah bekerja keras sebulan ini.

"Sepertinya hanya masuk angin, jadi tidak usah khawatir. Besok aku akan sembuh" kata Minho sambil tersenyum.

Beginilah Minho sekarang, pergi pagi pulang malam. Hanya itu yang dia lakukan untuk mendapatkan yang. Sudah hampir satu tahun dia menikmati kehidupan dengan mudah dengan menggunakan harta orang lain.

"Aku pasti bisa" kata Minho sambil tersenyum.

"Sampai kapan kau akan diam menumpang di sini? Kamar ini sudah ada yang akan menyewa besok. Jadi sekarang kemasi semua barang mu" kata Ibu Jisung pada Minho.

Pria manis itu hanya bisa mengangguk mendengarkan itu. Dia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.

"Maafkan aku bibi, besok aku akan pergi" gumam Minho.

"Cepatlah pergi sudah cukup kau hidup  menumpang di rumah orang. Tidak tahu diri" kata wanita itu. Minho nampak menganguk pelan lalu masuk ke dalam.

"Seungmin apa aku bisa menginap di rumah mu untuk satu malam?" Tanya Minho pada Seungmin rekan kerjanya.

"Minho maaf tapi, ibu ku tidak suka menerima tamu" kata pria itu. Minho nampak menganguk sambil tersenyum.

"Tidak apa Seungmin, sepertinya aku tidur di penginapan saja untuk malam" kata pria itu.

Saat Minho membeli mie cup instan di mart dia tak sengaja melihat tes kehamilan di sana.

"Hampir seminggu ini aku terus mual, apa aku? Tidak jangan sampai" gumam Minho. Tapi dia sangat penasaran dan membelinya satu untuk memastikannya.

Minho memegang perutnya yang sudah terisi, dia lalu mencari penginapan yang paling murah di sana.

Minho masuk ke sana, sekeras apapun Minho bekerja tetap saja uang yang dia kumpulkan tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal.

Saat mengeluarkan barang-barangnya lagi itu, Minho tak sengaja melihat alat tes itu.  Dia lalu berjalan dengan ragu ke kamar mandi.

Minho menghela napas saat melihat asilnya. Terdapat dua garis merah di sana.

"Apa ini? Bagaimana bisa? Aku sepertinya tidak sanggup" gumam Minho sambil berjalan ke dalam. Dia langsung menangis, kenapa hidupnya seperti ini.

"Kau terlambat" kata bos Minho saat melihat Minho datang agak kesiangan. Wajah Minho nampak sangat pucat dan lebam.

"Jika kau memang tidak ingin bekerja di sini ya silahkan berhenti, banyak orang yang ingin pekerjaan ini" kata pria itu. Minho menunduk sambil berusaha memohon maaf.

"Minho kau di depan saja ya, aku yang akan di belakang" kata Seungmin pada Minho. Mungkin karena menghirup aroma ayam itu membuat Minho menjadi mual.

"Terima kasih Seungmin" kata Minho.

Minho melakukan pekerjaannya dengan baik, namun tiba-tiba seseorang datang dengan beberapa orang.

"Aku ingin memesan 5 ayam" kata pria itu. Minho meneguk salivanya saat melihat salah satu dari orang yang dia kenal adalah Chan.

Minho berkaca-kaca melihat pria itu, tapi Chan nampak tidak melihat dirinya karena sibuk mengobrol dengan salah satu wanita.

"Tuan" panggil pria itu.

"Maafkan aku" kata Minho dia lalu mencatat semua pesanan mereka.

"Sudah Minho, hentikan semuanya" gumam Minho sambil menjambak rambutnya sendiri.

Dia berusaha bergegas untuk mengambil barang-barang di penginapan.

"Tuan waktu cekout sudah habis, tolong bereskan barang anda" kata resepsionis itu.

"Baik Maafkan aku" kata Minho sambil menunduk.

Minho kembali menenteng tasnya malam itu. Dia tidak tahu harus tinggal di mana lagi.

"Jika ke rumah bibi apa aku di terima?" Gumam Minho dia benar-benar tidak tahu harus tinggal di sana. Uangnya juga sudah habis.

Minho duduk di depan halte bis itu. Dia memejamkan matanya berusaha untuk menenangkan dirinya.

Pria itu mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Hal itu membuat Minho membuka mata.

"Kau? Akhirnya aku menemukan mu" Kata Minho saat melihat wanita itu.

"Plakk!"  Tiba-tiba wanita itu menampar Minho.

"Aku sudah menyuruh mu untuk tidak mengatakannya pada Chan. Gara-gara kau hubungan aku dengan anak ku hancur" kata wanita itu. Minho nampak diam saja sambil memegang pipinya.

"Aku sudah memberikan mu kehidupan yang bagus tapi kau menghancurkan semuanya. Karena kesepakatan kita kau hianati, jadi kau akan aku jebloskan ke penjara" kata wanita itu lalu dia menyuruh beberapa orang yang dia bawa untuk menangkap Minho.

Minho nampak pasrah saja saat dirinya dijebloskan di dalam sel itu. Jujur sepertinya penjara lebih baik daripada dia harus hidup luntang-lantung di luar sana.

"Aku tidak percaya wajah polos seperti mu bisa manjadi penipu" kata polisi wanita itu pada Minho. Pria manis itu nampak diam saja sambil duduk di pojok sel.

"Minho" suara itu membuatnya terbangun. Minho berusaha menatap wajah seorang yang masuk ke dalam selnya.

Minho berusaha mundur saat melihat pria itu.

"Pergi" kata Minho. Pria itu nampak mencengkram tangannya.

"Kenapa kau di sini? Ayo pulang" kata Chan pada pria itu dengan tatapan galaknya.

"Siapa kau! Pergi sana, kau tidak punya hak untuk mengatur hidup ku" kata Minho sambil menepis tangan Chan.

"Kau istri ku!" Kata pria itu pada Minho.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

While You were Wake Up || Banginho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang