Happy reading, Guys!
Jangan lupa vote dan komen, ya! Thanks a lot!
----
Bina dan Ariana kompak membangunkan Alana yang masih terlelap. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi, sedangkan Alana dengan nyenyak tertidur di atas kasur.
Jika ditanya mengapa Ariana berada di sini? Jawabannya adalah, Ariana memilih bersama Alana dibanding sang abang. Katanya, dia mau menemani Alana sebelum menjadi kakak iparnya.
Sedangkan Bina, jangan ditanya. Sahabat Alana itu selalu bersamanya, bedanya adalah mereka tidak di rumah Bina, mereka berada di istana Alana yang besar. Sanak keluarga Alana pastinya berkumpul di rumah besar ini, tidak mungkin bila Alana tetap di rumah Bina.
"Is, lo pada buat kaget!" kesal Alana cemberut.
Bagaimana tidak kesal, kedua insan itu membangunkan Alana dengan cara tidak wajar, mengagetkannya!
"Siapa suruh tidur jam 2!" sembur Bina.
Ya, Alana baru saja tertidur di jam dua pagi. Sebagaimana kebiasaan Alana, dia tidak bisa tidur cepat, paling cepat bagi Alana adalah jam 1.
Alana bangun mendudukkan diri atas ranjang, mengumpulkan nyawa seraya memejamkan mata. Kepalanya sakit dibangunkan dengan cara tidak manusiawi!
"Mandi sana. Mbak make-up udah dateng," ujar Bina.
"Cepet banget!" komentar Alana serak.
"Ya, iya, cepat. Akad jam 9, Say!" ujar Ariana bergaya tak biasa.
"Harus banget jam 9? Gak bisa undur dikit?" Alana malah menawar, Bina terkekeh.
"Enggak, lo harus nikah cepat sama abang gue! Cepetan mandi!" usir Ariana galak.
"Iya, iya..." ucap Alana pasrah.
Beranjak, Alana memasuki kamar mandi. Ariana sempat menanyakan beberapa hal pada Bina, menuntaskan rasa penasarannya.
"Kenapa Alana gak ikut ke salah satu orang tuanya?"
"Alana gak mau, katanya lebih enak sendiri!" jawab Bina seadanya, bukan haknya untuk mengatakan detailnya.
"Gue ngerasa aneh, Alana kayak senang ketemu ibunya, tapi kayak menahan diri! Gak tega banget nyaksiin Alana yang nahan nangis, rasanya pengen peluk dia!" ucap Ariana mengingat kejadian kemarin di mana ibu kandung Alana tiba bersama keluarga barunya.
"Gak tanya ke Alana langsung apa, ya?" Ariana bermonolog.
"Tanya saat yang tepat, dia pasti jawab, kok. Bukan ranah gue buat ngasih tahu," ucap Bina mendengar suara Ariana.
Bina mengerti, Ariana perhatian pada sang sahabat. Ia dapat melihat bagaimana interaksi Ariana yang lebih sering mengajak Alana untuk banyak bicara. Bukan kesannya ingin tahu, tetapi Ariana mencoba mendekat diri kepada calon kakak iparnya.
Sepuluh menit kemudian, Alana keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe dan handuk menutupi rambut basahnya.
"Lama banget gue lihat-lihat!" komentar Bina, Alana hanya memutar bola matanya malas.
"Biasa, ketemu calon suami harus wangi!" ucap Ariana menambahi.
"Apa, sih, kalian!"
"Sudah, Mbak? Bisa langsung di make-up?" tanya perias yang memang baru memasuki kamarnya.
"Iya, Mbak."
Perias tersebut membimbing Alana untuk duduk di sebuah kursi rias berhadapan langsung dengan Ring Light LED. *Ini lampu yang biasa digunain perias buat merias pengantin*
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana & Arthur: After Married
RomantizmKarena beberapa hal, Alana meminta orang tuanya untuk menjodohkan dirinya. Dengan syarat: 1. Pria yang dijodohkan itu menerima segala kekurangannya di dalam dirinya. 2. Pria yang dijodohkan itu memiliki hubungan harmonis pada keluarganya. 3. Ketik...