Sudah satu minggu Aqeela dirumah dengan berdiam di kamar, tak ada yang ia lakukan selama ini, hanya kuliah, menonton tv, memasak, itu saja. Ohiya, Aqeela juga sudah bisa jalan seperti biasa.
Ia berjalan menuju dapur, setelah itu ia duduk di meja makan. Memperhatikan Titi yang sedang memasak. Masih ingatkah kalian dengan Titi?
"Ti."
"Apa mbak?" sahut Titi.
"Kamu gak ada niatan buat nikah, Ti?" tanya Aqeela.
"Hehe, gimana ya! Sebenernya Titi mau sih nikah muda kayak, mbak. Tapi, anu, masalahnya gak ada yang mau sama Titi, mbak. Hehe." Titi cengengesan.
"Ya kamu cari dong, brondong kek, duda kek. Kan bisa."
"Nanti aja palingan, mbak. Tunggu Titi bener-bener udah siap. Kalau sekarang mah belum siap, sama belum ada calonnya juga."
"Kan enak, Ti, kalau kita nikah, kita jadi tanggung jawab suami kita. Kan biar kamu gak cape-cape kerja lagi."
"Iya mbak, mbak ngomong kayak gitu karena mbak udah punya suami. Kan mbak juga awalnya gak mau kan?"
Aqeela terkekeh, bisa saja Titi ini. Ia jadi teringat dimana satu hal yang terjadi, sehingga kejadian itu bisa ia capai sampai titik ini.
"Iya, Ti, awalnya aku juga gak mau. Karena aku masih kuliah, tapi setelah di pikir-pikir, enak juga ya nikah muda."
"Iya, karena Mas Rassya nya udah cinta sama mbak Aqeela. Coba aja kalau Mas Rassya gak cinta sama mbak, mbak pasti bakal nyerah kan?"
"Iya sih, tapi gapapa. Ini udah terlanjur kejadian juga."
Aqeela mengobrol dengan Titi di dapur, sekali-kali mereka tertawa, hingga tak sadar dari arah kejauhan ada yang memanggil.
"Mamaaaaaaa."
Aqeela menoleh pada sumber suara itu. "Caca?"
Caca berlari kearah Aqeela, dan langsung memghamburkan kepelukannya. Ia benar-benar rindu dengan Aqeela, ia juga sangat rindu dengan pelukan seorang Ibu.
"Caca kok bisa kesini? Sama siapa?" tabya Aqeela seraya meneh ke kanan ke kiri.
"Caca sama tante bule." Caca menunjuk kearah Sandrinna yang baru datang.
"Eh, San."
"Sorry, ya, gua bawa Caca kesini. Soalnya Ibu Panti tadi nelpon gue katanya Caca mau ketemu lo, tapi handpone lo ga aktif."
Aqeela menepuk jidatnya. "Astaga. Belakangan ini gue jarang buka hp. Maaf ya Caca."
Caca menganguk lucu. "Ayo main." ajaknya.
"Caca main sendiri dulu ya, Mama mau ngomong dulu sama tante bule." kata Aqeela sembari tersenyum manis.
Caca mengacungkan jempolnya. "Okay!"
Setelah kepergian Caca, Aqeela menoleh pada Sandrinna. "San, lo sama Pak Rey gimana?"
"Kayaknya masih lama deh. Soalnya Orangtua Rey yang mau, soalnya tahun ini juga Rey udah jadi S2. Mereka juga nyuruh gue buat lulusin kuliah dulu, dan harus punya pengalaman kerja."
"Gue jadi pengen cepet-cepet lulus deh, soalnya pengen jadi Ibu rumah tangga aja, itu udah lebih dari cukup buat gue." sarkas Aqeela.
"What? Lo gak mau ngejalanin Karir lo dulu?"
"Kayaknya nggak, Rassya aja kemarin nyuruh gue buat berhenti kuliah aja. Karena buat apa juga, nanti ujung-ujungnya dia sendiri gak bakalan ngizinin gue kerja."
"Pantes sih dia ngomong gitu, karena buat apa juga? Duit dia udah banyak, ngapain cape-cape nyari lagi."
"Tapi, San, gue tuh pengen punya pengalaman kerja, tapi gimana lagi, mau gue ngomong kek apa juga Rassya tetep gak bakal ngizinin."
"Yaudah, lo turutin aja apa maunya dia, jan ampe lo durhaka ama dia."
"Mending lo cepet nikah deh, San. Biar anak kita bisa seumuran. Kan bisa tuh nantinya mereka bakal jadi bestie."
"Anak lo udah gede, anak gue baru di dalem kandung, nantinya."
"Bisa banget lo."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Ceo's Favorite Wife
Short StoryINI BUKAN CERITA TENTANG PERCINTAAN MASA SMA ATAU SEJENISNYA! SEORANG CEO DINGIN REYENSYAH RASSYA HIDAYAH DI JODOHKAN DENGAN MAHASISWI YAITU AQEELA AZA CALISTA SECARA MENDADAK! AWALNYA MEREKA MENOLAK PERJODOHAN ITU, TETAPI MEREKA TETAP MEMBANGUN RU...