40

1.2K 127 22
                                    

Aqeela berlari kecil kearah kamarnya dengan perasaan campur aduk, diikuti dengan Rassya di belakangnya. Rassya benar-benar takut jika Aqeela-Nya pergi. Tidak akan Rassya biarkan, Rassya benar-benar takut.

Saat ini Aqeela dunianya, jika dunianya pergi lantas bagaimana dengan Rassya nantinya?

Aqeela memasuki kamarnya, lalu ia menutup dan mengunci pintu serapat-rapatnya. Dari luar kamar, Rassya menggedor-gedor pintu, tak ayal ia juga mengancam Aqeela jika ia pergi ia juga akan pergi dari dunia ini.

Aqeela hanya bisa menahan air matanya agar tidak keluar lagi dan lagi. Untuk apa menangisi pria seperti Rassya yang sudah tega mengkhianatinya.

"Buka Aqeela. Kalau kamu gak bukapintunya, aku dobrak sekarang." ancamnya.

"Pergi, Sya. Aku butuh waktu." pintanya dengan lirih.

Aqeela mulai menyiapi kopernya yang kosong, lalu ia memasukan baju-bajunya kedalam koper itu dengan perasaan kecewa, sedih, bercampur aduk.

Pintu terbuka, memperlihatkan Rassya yang sudah berpakaian yang jauh dari kata rapih, dengan wajah yang ketakutan.

Rassya yang melihat Aqeela keluar dan membawa koper pun semakin panik, ketakutan. Ketakutan paling besar bagi Rassya adalah kehilangan Aqeela-nya.

"Kamu mau kemana, sayang?" tamya Rassya panik, ia memegang kedua bahu istrinya dengan wajah melasnya.

Aqeela segera menepis tangan Rassya yang ada di kedua pundaknya itu. Ia berjalan kearah liar tanpa memghiraukan panggilan Rassya yang sedari tadi menggelegar di dalam rumah.

"Kamu mau kemana?" Rassya segera menahan pergelangan Aqeela.

"Aku butuh waktu. Bisa kamu lepasin tanganku?" jawabnya melirih.

Titi yang melihat itu dari arah dapur, merasa kasihan dengan Rassya, tapi ia juga tidak kalah kasihan dengan Aqeela. Mungkin saja Rassya menyakiti Aqeela terlalu dalam hingga membuatnya begitu. Pikir Titi

"Nggak, aku gak akan biarin kamu pergi, sedetikpun dari aku. Aku mohon." Rassya semakin ketakutan.

"Aku bisa jelasin semuanya."

Aqeela terisak, "Bahkan keadaan kayak gini pun kamu belum minta maaf sama aku."

"A-aku minta maaf," jawab rassya cepat

Dengan sekuat tenaga Aqeela menepis tangan Rassya dan pergi keluar, membuka gerbang.

Taksi pun datang, Aqeela sudah memesan nya terlebih dahulu.

"Aqeela, aku gak akan biarin kamu pergi sayang. Aku mohon aku minta maaf. Aku di jebak, tolong kamu percaya sama aku."

"Jangan pernah cari aku. Kalau aku tau kamu cari aku, aku gak akan pernah mau ketemu kamu."

Aqeela segera menaiki Taksi tersebut, dan Talsi itu mulai menjauh dari pekarangan rumahnya. Bahakan sudah tidak terlihat.

Rassya menjatuhkan tubuhnya di aspal. Ingin mengejar Aqeela tapi ia takut dengan ancaman istri nya itu. Aqeela sepertinya tidak main-main mengatakan itu. Dan Rassya benar-benar takut jika ia tidak akan bertemu lagi dengan Aqeela.

Ketakutan terbesarnya benar-benar terjadi padanya.

Rassya mengepalkan tangannya. Diana! Ia perempuan ular itu harus segera Rassya beri pelajaran.

***

Aqeela menceritakan semuanya pada Mamahnya sesuai yang ia lihat tadi siang. Yang dimana Rassya dengan seorang perempuan tengah bercumbu di kantor. Seperti tidak ada tempat lain saja.

Viena, Mamah Aqeela menhela nafas beratnya. "Setidaknya kasih Rassya kesempatan untuk menjelaskannya. Kamu jangan asal main pergi aja."

"Tapi aku kecewa sama dia, Mah." gertak Aqeela.

"Mamah tau, bahkan sangat tau. Tapi coba beri Rassya waktu untuk menjelaskannya, siapa tau berbedakan dengan yang kamu lihat?" ujar Viena dengan lemput, sekali-kali ia megusap surai anaknya.

"Beda gimana? Aku udah jelas liat dia ciuman sama perempuan di kantor, keliatannya juga Rassya menikmati dan gak keberatan sama sekali sama apa yang dia lakuin. Dimana letak berbeda penglihatannya, Ma? Dimana?" ucapnya dengan suara purau.

"Mamah gak perlu bela dia." sambung Aqeela.

"Mamah gak bela Rassya sayang. Iya, Mamah tau kamu pasti kecewa dengan Rassya, tapi apa gak sebaiknya kamu dengarin dulu penjelasan Rassya."

"Terserah." Aqeela berjalan meninggalkan Mamahnya. Percuma ia bercerita pada Viena jika begini.

Ketika Aqeela berjalan menuju kamarnya, ia di kaget kan dengan suara Siena yang tengah berada di meja makan dengan kopi yang Siena buat tadi. "Kata gue juga apa, Rassya tuh orang yang gak baik, dia tuh gak cocok sama lo." ujar Siena.

"Gue tau lo anak baik-baik. Lo pantes dapet laki-laki yang bisa menghargai lo. tentunya bukan Rassya." sinis Siena.

Aqeela tak menghiraukannya ia tetap berjalan kekamarnya. Pikirannya benar-benar berkelana kemana-mana. Sempat-sempatnya disaat begini Aqeela memikirkan Rassya, bagaimana jika Rassya belum makan, ini kan jam makan siangnya.

Aqeela berusaha menepiskan pikirannya. Tapi tetap tidak bisa, sebagaimana pun Rassya menyakitinya, tapi tetap saja hatinya masih mengkhawatirkan cowok yang notabenya adalah suaminya.

Aqeela menghela nafas beratnya. Ia yakin Rassya pasti tidak akan makan, ia bahkan sangat yakin.

***

Rassya sedari tadi mengunci pintu kamarnya, ia mengunci dirinya sendiri. Pikirannya benar-benar pusing, di tambah lagi Mamihnya sangat berisik, sedari tadi menggedor-gedor pintunya.

"Rassya ayo makan dulu. Mamih udah siapin udang nih." kata Mamihnya dari luar sana.

Titi dan Nina yang berada di depan pintu kamar Rassya dan Aqeela pun saling bertatapan. Titi mengedikkan bahunya acuh, Titi juga tidak tahu permasalahannya.

Titi sudah bercerita perihal keributan yang terjadi diantara Rassya dan Aqeela, namun Titi juga tidak tahu apa masalah yang terjadi.

Titi tak mencari informasi lebih, padahal bisa saja Titi mencari tahu. Tapi sepertinya untuk saat ini tidak, mungkin masalahnya privasi baginya.

"Sya ayo makan dulu. Udah 4 jam kamu di dalem kamar. Gak bosen?"

"Pergi, Mih. Jangan buat Rassya nekat pergi dari sini."

"Rassya gak boleh ngomong macem-macem."

Dari luar sana Rassya bisa mendengar suara Rey dan Sandrinna teman istrinya di depan pintu kamarnya. Sepertinya.

"Tante ini ada masakan dari Aqeela untuk Pak Rassya. Katanya Aqeela tahu pasti Pak Rassya belum makan." Sandrinna memberika rantang kecil.

"Iya tante, bagaimana pun maslaahnya. Aqeela tidak akan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri."

Ya memang benar yang di katakan Rey, Nina juga menganguk menyetujui ucapan Rey.

"Rassya ayo makan dulu, ini kamu di bawain masakan sama Aqeela."

Rassya yang di dalam mendengar nama Aqeela di sebut langsung bangkit dari tempat tidurnya dan langsung membuka pintu.

"Mana Aqeela?" tanya Rassya.

Semua yang ada disitu menatap Rassya dengan cengo. Benarkah ini Rassya? Tapi, mengapa ia seperti gembel?

Bagaimana tidak, wajah Rassya yang begitu merah, apalgi matanya yang sembab. Baju yang sudah jauh dari kata rapih, rambut yang begitu acak-acakan seperti terstrum.

"Sya, ini lo?" kaget Rey.

"Mana Aqeela?" Rassya ta menghiraukan pertanyaan yang keliar dari mulut Rey.

"MANA AQEELA?" tekannya sekali lagi.

***

Cold Ceo's Favorite WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang