43

1.8K 137 29
                                    

Setelah kepulangan Caca. Aqeela di landa dengan ke-frustasian. Bagaimana tidak, sedari tadi Rassya tidak mau makan, padahal ini juga demi kesembuhannya sendiri.

"Makan Rassya, abis itu minum obat. Katanya mau sembuh, gimana mau sembuh kalau kamu nya aja gak mau makan sama minum obat." ujar Aqeela seraya menyodorkan sendok berisi bubur.

Rassya menggeleng. "Gak selera."

Aqeela menggeram, tapi ia harus tahan karena Rassya sedang sakit, selain sedag sakit juga Aqeela harus menjaga sikap mulai saat ini.

"Makan yaaa." kata Aqeela dengan wajah melasnya.

Rassya menggeleng lagi. "Gak mau!"

"Kan biar kamu sembuh. Katanya tadi mau pergi ke Korea, kalau gak sembuh-sembuh gimana bisa kamu pergi ke Korea bareng aku sama Caca?"

"Tapi aku gak mau makan. Dari tadi makan terus."

"Itu kemarin, sayang. Baru juga sekali."

Aqeela berusaha mati-matian untuk bersabar, Tapi sungguh Rassya membuatnya kesal, dan sangat menyebalkan.

"Satu suap aja." Aqeela yang sudah menyodorkan bubur di sendoknya. "Buka mulutnya." suruhnya.

"Pahit. Jangan paksa aku." Rassya menutup mulutnya

Brakkk.

Dengan tiba-tiba Aqeela melempar mangkuk yang ada di tangannya, Aqeela sudah tidak bisa bersabar lagi. Rassya begitu menyebalkan.

"TINGGAL MAKAN APA SUSAHNYA SIH? AKU KAYAK GINI JUGA DEMI KESEHATAN KAMU. HARUSNYA KAMU BERSYUKUR AKU MASIH PEDULI SAMA KAMU SETELAH APA YANG KAMU LAKUIN." bentak Aqeela pada Rassya.

Rassya yang mendengarnya pun sempat tersentak. Tak terasa air matanya lolos begitu saja. Lebay memang, tapi itulah Rassya.

"M-maaf ak---"

Belum sempat Rassya menyelesaikan ucapannya, Aqeela sudah pergi terlebih dahulu.

"Aqeela." panggil Rassya

"Aq---"

Brakkk.

Aqeela menutup pintu dengan kencang hingga menyebabkan bunyi yang begitu keras, dan nyaring.

"Aqeela maaf." ujar Rassya dengan nada pelan.

Rassya turun dari kasur, ia memungut bubur yang berserakahan di lantai, Rassya memasukan bubur yang sudah jatuh kedalam mangkok, untung saja mangkok itu bukan terbuat dari kaca, tapi dari plastik.

Rasya mengaduk bubur yang sudah ia pungut tadi, ketika hendak memasukan semdok nerisi bubur itu, Aqeela mengambilnya.

"Kamu apa-apaan sih? Jorok tau gak!" ia merebut mangkok di tangan Rassya dan menaruhnya di nakas.

Aqeela tadi keluar hanya untuk memgambil minum untuk Rassya meminum obat.

"Maaf ak---"

"Bangun, istirahat."

Rassya pun akhirnya bangun, dan duduk di pinggiran kasur. "Maaf." menatap Aqeela dengan wajah bersalahnya.

"Cepet minum obat, abis itu tidur. Nanti besok biar pusingnya reda."

"Tapi kamu maafin aku kan?"

"Nih minum." Aqeela tak mau mendengarkan Rassya, ia lebih memilih memgambil minum lalu menyodorkannya kepada Rassya.

"Maaf." lagi, sudah nerulamg kali Rassya mengucapkan kata Maaf.

Tidak bosankah?

"Aku tanya, kamu emang punya salah?" tanya Aqeela dengan wajah serius.

"Tadi kan aku gak mau ma---"

Aqeela meletakan jari telunjuknya di bibir Rassya. "Sstt, cepet minum obatnya, abis itu langsung tidur."

***

Hari berjalan bbegitu cepatnya, hingga hubungan antara Rassya dan Aqeela mulai membaik, di tambah lagi Rassya juga sudah sembuh total.

Sekarang mereka tengah di kamar. Rassya yang sedang mandi dan Aqeela yang tengah menontin drakor di kasur menggunakan laptopnya

Rassya keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangya dan rambut yang basah, ia menggosok-gosokkan rambutnya menggunakan handuk kecil.

Aqeela hanya melirik Rassya sebentar saja, lalu atensi nya kembali memgarah pada laptop lagi.

Selang beberapa menit Rassya sudah memakai baju santai, ia memilih untuk tidak berkerja dulu hari ini. Bagaimana mau kerja ini saja sudah hampir jam 12 siang, waktunya makan siang.

Rassya loncat menuju kasur, membuat Aqeela terenyah. "Aduh Rassya, kamu apa-apaan sih." tak ayal, ia juga memukul lengan Rassya.

Rassya tengkurap dan menompa dagunya dengan kedua tangannya, lengannya memang sudah biasa untuk menjadi sasaran pukulan. Ia melirik laptop Aqeela sebentar. "Nonton apa? Drakor lagi?" tebaknya.

Aqeela hanya mengangguk kecil.

Beberapa menit mereka sama-sama diam karena menikmati Drakor itu.

"Oh iya, kita ke Korea nya kapan?" tanya Rassya setelah diam beberapa menit.

"Belum tau."

"Kamu mau nya kapan?" tanyanya lagi seraya mengusap kepala Aqeela penuh ketulusan.

"Aku kapan aja bisa. Tinggal kamu nya aja kapan bisanya."

Rassya berfikir sebentar, "Gimana kalau lusa?" usulnya.

"Lusa? Gak kecepetan?"

"Nggak."

"Boleh."

"Besok aku bakal pergi ke Panti Asuhan ya buat minta izin sama Ibu Panti nya. Sekalian ke minimarket dulu buat belanja kebutuhan Panti. Udah lama juga aku gak kesana." kata Rassya.

"Aku ikut." pintanya.

Rassya menganguk sembari tersenyum manis, tangannya pun terulur untuk mengusap pipi istrinya itu.

"Besok kamu mau ke kantor ga, Sya?"

"Kayaknya iya, udah beberapa hari aku belum liat lagi keadaan kantor gimana."

"Yaudah deh, semangat cari uang nya buat aku." iseng Aqeela

Rassya tersenyum gemas. "Aku bakal cari uang sebanyak-banyaknya untuk membiayai kebutuhan kamu. Aku pastiin apapun yang kamu mau aku bakal wujudin dalam bentuk apapun."

***

hai ges, kangen g? kangen g? hrs kangen lah

Cold Ceo's Favorite WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang